DUA BELAS

241 24 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore
"Cafe Blazer dulu ya. Gue laper"

Gavin dan Arkan menyetujui usul Leo. Mereka segera bersiap siap, perut mereka sudah berbunyi sejak tadi.
GAL masuk, semua perempuan di dalamnya langsung teriak histeris. GAL selalu seperti itu jika mengunjungi suatu tempat.

"Eh, itu kan geng GAL ya?"
"Leadernya cakep njir"
"Kak Leo say hi please"
"Kak Arkan manis banget"

GAL terkekeh mendengar penuturan dari perempuan di sekitarnya. GAL bukan model dan semacamnya. GAL termasuk anak pemilik perusahaan yang sudah sering masuk berita. Perusahaan orang tuanya bahkan sudah di kelola sendiri. Gavin memilih duduk di dekat jendela, tempat dimana dirinya pertama kali bersama Kathryn. Awal pertemuannya.
"Cepet sembuh Kath" batinnya.

Waitress datang membawa pesanan yang sudah Arkan pesan sejak tadi "Makasih mba"

GAL makan dalam diam, tidak ada yang ingin memulai nya hingga Arkan bertanya "Sahabat lo yang di Alsum masih suka sama lo Gav?" Di sela sela makannya.
Gavin mengangguk "Tapi lo suka juga sama dia?" Tanya Leo
"Ga" jawab Gavin santai.
Leo dan Arkan ber 'Oh' ria. Tidak ingin membahas topik mengenai sahabat Gavin.

Serena, salah satu murid Alsum yang menyukai seorang Gavin Dylan. Gavin memang termasuk tidak dingin pada Serena. Gavin menyukai Serena sebagai sahabat. Tidak lebih. Di tengah asiknya GAL makan, pintu utama berbunyi tanda ada yang masuk "Itu KAE kan?"

Gavin langsung menoleh kebelakang setelah mendengar nama geng itu, sudah pasti akan ada Kathryn. Namun harapannya sirna, benar itu KAE, tapi tidak ada Kathryn disana "Aura Emely sini" panggil Leo melirik kursi kosong di sampingnya.
Aura dan Emely duduk, memesan segelas Mochacinno dan Latte Float.

"Apaan?" Tanya Aura dan Emely bersamaan.
Leo bertanya "Temen lo yang satu mana?"
"Sakit" Jawab Aura.
"Sakit apaan?" Tanya Arkan penasaran.
"Cuma pusing. Tapi tadi udah baikan"
"Eh tunggu, ngapain lo nanyain Kath?" Tanya Aura penuh selidik, menyipitkan matanya.
Gavin yang sedari tadi diam, menahan pertanyaan yang membuat Gavin sendiri benar benar takut "Si Kathryn ntar jadi balapan?" Aura mengangguk.
"Emangnya kenapa?" Tanya Emely datar.

"Gatau aja mereka" bisik Emely pada Aura.

Aura dan Emely jadi berpikir saat dimana Kath ingin balapan dengan seorang cowok selagi masih di Spanyol. Pertanyaan itu sama persis, se takut itukah seseorang jika Kath balapan? Benar. Kath perempuan, dan dia jago dalam arena balap membalap. Siapun tidak akan pernah bisa mengalahkannya, sekaligus Om Alex sekalipun.

"Gue kurang yakin aja. Aura, Emely, Sisca itu pentolan Taruna dan dia juga pembalap cewek jagoan Taruna" jelas Leo dengan raut wajah tidak bisa diartikan.
Arkan menelan makanannya "Iya bener. Banyak yang ngelawan dia. Tetep aja kalah, tapi kalo lawan kita kita sih, pasti kita yang menang"

Aura dan Emely saling menatap "Kathryn juga bisa ngelawan lo lo pada" ucap Aura menunjuk satu persatu GAL.
Emely merasa disekitarnya masih memperhatikan meja tempatnya duduk bersama GAL "Sebegitu famous kah GAL?"

"Famousan juga KAE. Udah model, sempurna dah"

"HAH!?" Tanya GAL bersamaan.

"Eh itukan yang cewek berdua model di Spanyol bukan si?"
"Kalo gasalah iya deh"
"Foto instagramnya cakep cakep njir"
"Eh, masih cakepan yang satu siapa namanya?"
"Kathryn gitu bukan? Tapi ga ada orangnya"
"Padahal gue pengen foto bareng tau"

GAL dan KAE diam mendengar penuturan disekitarnya "Gue harus dapetin Aura" batin Leo tersenyum kearah Aura.
"Gue harus dapetin Emely" batin Arkan sama dengan Leo.
Diam diam Gavin tersenyum. Kath memang sempurna. Banyak yang mengenal Kath lebih dari Gavin sendiri. Gavin harus menjadikan Kath kekasihnya, sebelum Kath di dapat orang lain. Kath bisa saja menjadikan siapapun pacarnya. "Gue harus pacarin Kath sebelum si brengsek dapet duluan"

The Memories Left BehindWhere stories live. Discover now