9. Dia, Jiwa yang Rapuh

109K 10.3K 1.2K
                                    

Bagian Sembilan

"Dia yang terlihat baik-baik saja, adalah dia yang paling banyak menyimpan luka."

-Hung Out-

Dua perempuan itu duduk di sisi kanan dan kiri tempat tidur, keduanya saling berpandangan. Lalu suara perempuan yang berada di atas tempat tidur mengintrupsi keduanya.

"Beneran nih?"

"Iya bener, masa kami bohong sih," balasnya.

Valen, perempuan yang sekarang sedang membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur tersenyum lebar. Sangat lebar. "Gabrino nanyain aku, sekolah atau nggak sampai ke kelas?" ulangnya.

Perempuan dengan nama Tari Gumilar itu menganggukan kepalanya.

"Masa gue bohong sih, iya nggak Sha? Gabrino ke kelas kan tadi?" Tari menoleh menatap Resha yang duduk berseberangan dengannya.

Resha mengangguk mengiyakan.

Valen terkekeh geli. "Sering-sering aja deh aku nggak masuk biar Gabrino nanyain," ujarnya.

Resha menjitak kepala Valen pelan. "Lo tuh ya," geramnya. Kepalanya menggeleng kesal menatap Valen yang terus saja tersenyum seperti orang gila semenjak Resha dan Tari, dua sahabat dekat Valen menjenguknya ke rumah dan menceritakan jika hari ini Gabrino datang ke kelas IPA 1 hanya untuk menanyakan apa Valen masuk sekolah atau tidak.

Tari terbahak, beda halnya dengan Resha yang kadang selalu mengingatkan Valen untuk tidak menyukai Gabrino. Tari malah menjadi penyemangat Valen untuk terus mengejar cinta Gabrino.

"Mukanya kayak aneh itu pas tahu lo nggak masuk," beber Tari lagi.

Valen terus saja tersenyum.

"Kayaknya nih ya, dia khawatir sama lo," lanjut Tari dan Valen yakin jika hari ini ia akan tersenyum sepanjang hari.

Resha mendesah lalu ia mengomentari ucapan Tari. "Kalau Ateng emang khawatir dengan Valen, dia pasti datang buat jenguk Valen. Bukan begitu?"

mendadak ucapan Resha larut dalam pikiran Valen.

Apa benar ia peduli? Atau ini hanya sebuah harapan yang aku ciptakan di tengah keputusasaan.

"Dia akan datang kalau dia benaran khawatir," Tari membalas sembari tersenyum menenangkan Valen.

-Hung Out-

Frans baru saja selesai bermain futsal, ia berlari ke pinggir lapangan lalu duduk di samping Gabrino yag hari ini entah ketabrak becak dimana sampai jadi pendiam hari inu

"Kenapa sih?"tanya Frans setelah laki-laki itu selesai membuka penutup botol air mineralnya.

Gabrino mengangkat bahu, Frans mengerinyit heran karena itu.

"Lo lagi puasa ya? Diam mulu," komentar Frans lagi.

Gabrino menggeleng.

"Lalu kenapa?"

Gabrino mendesah pelan, lalu menoleh kepada Frans. "Valen sakit."

Frans yang kebetulan saat itu sedang minum terbatuk-batuk mendengar penuturan dari Gabrino, sedangkan Gabrino malah diam saja memperhatikan Frans yang terbatuk dengan alis terangkat.

"Kenapa?"

Ada beberapa menit terbuang bagi Frans untuk menatap Gabrino dengan pandangan tidak terbaca sebelum akhirnya senyum tengil laki-laki itu bertengger di wajahnya. "Sejak kapan seorang Gabrino Fadel peduli dengan Valenia Talita, atau gue aja nih yang ketinggalan cerita?" Frans meledek.

Hung OutWhere stories live. Discover now