Believe [1]

7.4K 687 18
                                    

Seokjin terdiam getir melihat pasien yang tengah dia tangani kini tak bernapas lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seokjin terdiam getir melihat pasien yang tengah dia tangani kini tak bernapas lagi. Ada rasa sakit yang sekali lagi muncul di hatinya. Dia bahkan ingat berapa pasien yang tak bisa dia selamatkan selama 4 tahun menjadi seorang Dokter. Jika wajah tampannya selalu tenang dan lembut, tidak dengan hatinya. Pria itu selalu merasakan kesedihan yang amat mendalam saat gagal menyelamatkan nyawa orang.

Langkah kakinya memburu, pikirannya benar-benar kalut sekarang. Sebelum masuk untuk menangani seorang pasien, Seokjin mendapat kabar jika sang adik mengalami kecelakaan. pikirannya benar-benar melayang jauh pada Taehyung. Khawatir dan marah. Bisa-bisanya anak itu berani menyetir mobil sampai berakhir di rumah sakit. Sudah lama seokjin benar-benar tidak bisa mengendalikan Taehyung, padahal dulu Taehyung adalah anak yang manis dan penurut, adik yang selalu dia rindukan tawanya. Jadi,perasaan semacam beban karena harus mengurus Taehyung setelah ibunya meninggal itu tidak ada sama sekali. Tapi Taehyung yang dulu dan sekarang sunggu berbeda. Seokjin tak lagi menemukan senyum tulus dan manis adiknya sejak anak itu menginjak bangku SMA.

"Bagaimana keadaan Taehyung?"

Baru saja Suho keluar dari kamar rawat Taehyung saat Seokjin datang dengan wajah khawatir

"Tenang Seokjin, dia tidak apa-apa, Jiho tengah menjaganya di dalam."

Seokjin menghela napas lega. Tiba-tiba saja badannya yang tadi menegang langsung lemas, membuat pria jangkung itu jatuh terduduk di lantai. Suho menatapnya cemas..

"Kau baik-baik saja?"

"Tidak, aku tidak baik-baik saja." ucapnya lirih. Suho terlihat semakin cemas,"Aku tadi benar-benar ketakutan. Aku pikir, aku tak akan bisa melihat adiku lagi." Sambungnya.

Suho menepuk pundak Seokjin pelan lalu membantu lelaki itu berdiri. Wajah tak karuan Seokjin benar-benar menganggunya. Sebagai sahabat dia paham betul apa yang dialami Seokjin. Dia sendiri juga pernah mengalami hal yang sama. Suho pikir semua dokter pernah mengalami perasaan yang sama seperti yang dia dan Seokjin rasakan. Suho cukup beruntung dibanding seokjin yang harus berlarut-larut dalam depresinya setelah menjadi seorang Dokter.

Suho hanya meyakinkan dirinya sendiri jika kematian pasiennya bukan kesalahannya tapi takdir. Sudah sering Suho mencoba menekankan itu pada Seokjin, berharap lelaki itu akan sembuh dari perasaan -perasaan yang mengganggunya, hanya saja setiap orang berbeda. Dia dan Seokjin benar-benar berbeda.

Seokjin mengatur napasnya. Dia hanya butuh badannya seimbang untuk berjalan menuju ruangan kerja.

"Kau tidak melihatnya dulu?" Suho mengehentikan laju Seokjin saat lelaki itu akan beranjak pergi. Seokjin menggeleng, tidak untuk saat ini. Dia harus kembali ke ruangannya untuk menenang diri.

Believe [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang