Masa Orientasi Siswa

392 4 2
                                    

Adaptasi menurut KBBI kurang lebih berarti menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Sedangkan adaptasi menurut Rindu berarti berjuang. Iya, menjalani rutinitas di tempat yang seratus delapan puluh derajad berbeda dari tempat di mana dia biasanya tinggal, bukanlah sesuatu yang mudah. Sudah seminggu terhitung sejak Rindu untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Jakarta. Berkat bantuan dari pamannya, dia berhasil diterima di sebuah SMA yang cukup ternama di Jakarta Selatan. Dan hari ini akan tercatat menjadi sejarah baru dalam hidup gadis berambut hitam legam itu, hari pertamanya berseragam putih abu-abu.

Pukul enam kurang lima menit, Rindu sudah berdiri di depan gerbang. Ada banyak siswa baru seperti dirinya yang juga sudah berkerumun di sana. Lima menit lagi gerbang di buka. Rindu tampak begitu kikuk di antara antusiasme para siswa baru lainnya. Di antara mereka, memang Rindu adalah yang paling tampak sederhana. Tanpa riasan maupun barang-barang branded yang semuanya serba baru. Hanya ada tas ransel lusuh dan sepatu hitam yang sudah tidak mengilap lagi serta jam tangan kecil yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Tapi bukan itu yang membuatnya resah dan tidak percaya diri, melainkan karena ia takut dengan Masa Orientasi Siswa yang dalam hitungan menit akan dijalaninya. Demi memikirkannya, Rindu sampai tidak bisa tidur sampai tengah malam. Berulang kali mengecek tasnya, memastikan semua perlengkapan MOS sudah berada di dalamnya.

Memang seminggu setelah pengumuman penerimaan siswa baru, seluruh ketentuan MOS berikut barang-barang dan penugasan yang harus dibawa pada hari pertama sudah diumumkan. Tapi toh Rindu baru sampai di Jakarta seminggu lalu, dan dia baru sempat mempersiapkan semuanya di saat anak-anak yang lain mungkin sudah tinggal asyik memilih tas dan sepatu baru. Selidik punya selidik, ternyata paman dan tantenya tidak melihat bahwa di antara blangko daftar ulang milik Rindu, terselip selembar kertas penugasan MOS hari pertama.

Pukul enam tepat, gerbang dibuka. Gadis itu tampak semakin gelisah. Berkali-kali memanjatkan doa dalam hati, semoga nasib baik berpihak padanya hari ini.

“Baris yang rapi, cepat!”

Dua orang senior berpakaian rapi dan memakai jas almamater berdiri tegap saling berhadapan tepat di gerbang yang telah dibuka sebagian sehingga menyisakan satu jalan sempit di depan keduanya yang hanya terpaut sekitar tiga puluh senti. Pada celah sempit itulah, setiap siswa baru diwajibkan menunduk pada keduanya secara bergantian dimulai dari senior yang paling kanan sambil mengucap salam. Selanjutnya, mereka kembali berbaris dan berjalan menyusuri track yang telah ditentukan panitia. Di sepanjang jalan itulah, ada banyak senior lain yang berdiri di sudut-sudut tertentu dan setiap siswa baru harus menyapa semuanya. beberapa ada yang sengaja berdiri di tempat yang tidak terlihat, sehingga beberapa siswa pun tidak melihatnya dan harus rela mendapat bentakan maupun cibiran dari senior-senior itu. Satu dua senior pun ada yang sengaja mengerjai siswa baru dengan meminta ucapan salam dalam lima bahasa yang berbeda. Di sinilah Rindu mulai mendapatkan masalah pertamanya.

“Ucap salam dalam lima bahasa, cepat!”

“Selamat pagi, Kak,” jawab Rindu lirih.

“Good morning,” lanjutnya dengan suara bergetar di ujungnya.
Baru mengucap dua kalimat itu, Rindu sudah kehabisan jawaban. Ia bingung harus menjawab apa lagi.

“Kok diem? Lo tadi baru jawab dua, gue mintanya lima, lo nggak budeg, kan?” Senior lelaki itu pun menegurnya dengan sinis. Keringat dingin membasahi kening Rindu yang sudah memanas memikirkan harus dengan bahasa apalagi dia menjawab. Sampai akhirnya dia bisa sedikit bernapas lega karena menemukan satu jawaban yang tepat.

“Sugeng enjing, Mas,” ucapnya penuh was-was namun lega.

Senior itu menatapnya penuh selidik.

“Oh, lo orang Jawa?” tanya senior itu.

IT'S YOU (Karena Cinta Tak Pernah Ingkar Janji)Where stories live. Discover now