Katakanlah aku bodoh! Karena memilih bertahan dengan semua rasa sakit yang ada.
•••
Alea terbangun dari tidurnya. Saat melirik ke sisi kanannya, Alea tak menemukan sosok Taya. Di liriknya jam wecker berbentuk doraemon yang terletak di atas nakas samping tempat tidurnya, jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Alea segera bangkit dari tidurnya untuk menemukan sosok Taya.
Saat melewati ruang tamu, Alea mendapati Taya tengah duduk di sofa dalam keremangan cahaya lampu seraya memeluk kedua lututnya. Isak tangisnya terdengar lirih. Seketika Alea diliputi perasaan sedih saat melihatnya. Pelan Alea menghampiri Taya.
"Ta...." panggil Alea lirih. Taya mendongak menatap Alea. Matanya begitu sembab dan merah. Gurat-gurat kesedihan terpampang jelas di wajahnya.
"Ke kamar yuk!" Pinta Alea dengan nada lembutnya.
Taya menggeleng pelan dengan nada sesegukan. "Lo tidur aja Al. Gue sengaja di sini biar tidur lo ga keganggu," ucapnya dengan suara serak.
Alea segera mengusap air mata Taya dan memeluknya dengan erat.
"Maafin gue Al, udah ngerepotin lo." Ucap Taya terisak dalam pelukan Alea. Alea menggeleng pelan, "gue ga pernah ngerasa direpotin sama lo. Hanya saja, sebagai sahabat, gue ga tau harus ngelakuin apa untuk ngurangin kesedihan lo." Kali ini Alea pun mulai terisak.
Penderitaan yang Taya rasakan membuat hatinya pilu. Alea bahkan ikut merasakan kesedihan Taya. Alea tahu bagaimana terlukanya perasaan Taya sekarang ini.
"Ga Al, apa yang lo lakuin buat gue udah lebih dari cukup. Gue aja yang terlalu lemah dan gampang nangis."
Alea mengurai pelukannya, di tatapnya kedua mata Taya dengan lembut, "Ta, kalo lo udah terlalu sakit dan ga kuat lagi, please berhenti. Mau sampe kapan lo harus terluka kayak gini? Gue ga mau liat lo kayak gini terus Ta."
Taya menggeleng perlahan, "gue ga tau Al, sejauh mana batas kesabaran gue buat ngadepin ini. Untuk sekarang, biarin gue seperti ini. Menikmati luka dan rasa sakit. Mungkin ini balasan atas semua perlakuan buruk gue ke Agy selama ini." Tangis Alea langsung pecah saat mendengarnya. Diraihnya tubuh Taya dan di peluknya dengan erat.
Apa Agy seberharga itu untuk dipertahankan? Bahkan sekalipun menimbulkan luka yang teramat dalam, Taya masih saja membelanya dan bahkan menyalahkan dirinya sendiri.
"Maafin gue Al, lo jadi ikutan sedih gara-gara gue." Ucap Taya terisak. Alea menggeleng pelan. "Gue ga bisa Ta ngeliat lo kayak gini," tangis Alea.
"Lo itu cewek yang kuat Ta. Please jangan kayak gini. Ke mana perginya Taya yang gue kenal? Biasanya setiap ada cewek yang ngedeketin Agy, lo ga bakalan diem aja. Lo bahkan ngelabrak cewek itu. Tapi kenapa sekarang lo kayak gini Ta?" Isak Alea.
Taya menyapu air matanya dengan kedua ujung jarinya dan mencoba tersenyum, "karena dulu mereka yang ngejar-ngejar Agy. Tapi kali ini, Agy yang ngejar-ngejar Gina." Ucapnya tegar, menyembunyikan kerapuhannya.
"Lo liat sendiri 'kan Al, gimana bahagianya Agy saat bersama Gina? Agy keliatan bahagia. Agy bisa tertawa lepas. Gue ga pernah sekalipun ngeliat Agy kayak gitu kalo lagi sama gue." Ucapnya dengan nada sendu.
"Gue cinta Agy, Ta. Gue sayang banget sama Agy. Gue ga mau kehilangan Agy. Sekalipun hati dia udah bukan buat gue lagi." Ucap Taya sedikit histeris dengan air mata yang berderai. Bibirnya nampak bergetar. Tubuhnya terguncang.
"Please Ta, jangan kayak gini. Yang ada lo bakalan menderita dan sakit banget kalo lo tetep bertahan." Ucap Alea dengan nada memelas.
Taya menggeleng kuat, "lo bakalan ngerti kenapa gue bisa kayak gini kalo lo ada di posisi gue." Ujar Taya di sela tangisnya.
Tangis yang memilukan hati.
*
Rei mengelus puncak kepala Alea dengan sayang. Alea menoleh ke arahnya dan melemparkan senyum. Rei kemudian membalasnya dengan ikut tersenyum juga. Suasana Starbuck sore itu nampak tidak terlalu ramai.
"Taya apa kabarnya?"
Alea diam sejenak dan menghela napasnya dalam-dalam. Setiap kali mengingat Taya, Alea merasakan sesak di dadanya.
"Keadaannya udah mulai membaik." Jawab Alea. Rei terdiam, begitupun dengan Alea. Keduanya nampak sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Yang."
"Hmmm?" Rei menoleh menatap Alea. Alea nampak seperti ragu-ragu saat mau berbicara.
"Kenapa Yang?" Tanya Rei penasaran.
Alea menghela napas sebentar kemudian berbicara, "janji ya, kamu ga akan nyakitin aku. Ngeliat Taya seperti itu, aku benar-bener ga kuat. Apalagi kalo harus ngalaminnya sendiri."
Rei terkekeh pelan, "ya ampun sayang, aku ga mungkin bakalan sejahat itu sama kamu. Aku hanya cinta kamu, aku ga akan mungkin nyakitin kamu. Sampai kapanpun aku bakalan terus ada buat kamu dan ga akan pernah ninggalin kamu." Rei terlihat begitu bersungguh-sungguh saat mengucapkannya.
"Aku bukannya meragukan perasaan kamu. Hanya saja, aku liat gimana cintanya Agy ke Taya. Agy keliatannya begitu mencintai Taya. Agy bahkan selalu bisa menerima semua perlakuan Taya bahkan yang bisa nyakitin perasaannya sekalipun. Tapi, liat deh sekarang. Di saat Agy nemuin cewek lain yang bisa bikin dia jatuh cinta, Pada akhirnya Agy membuat Taya terluka dan menderita."
Rei menatap Alea, "yang pasti aku ga bakalan nyakitin kamu." Ucap Rei tegas. Tak ada keraguan di dalam nada suaranya.
"Berjanjilah! Kita ga akan pernah saling menyakiti." Pinta Alea. Entah mengapa Alea seperti merasakan bila ia akan mengalami hal yang sama seperti apa yang Taya alami.
"Aku janji." Rei tersenyum saat mengucapkan janjinya. Alea tersenyum menatapnya.
"Yang, andai kamu ada di posisi Taya, apa yang bakalan kamu lakuin?" Tanya Rei tiba-tiba dengan nada sedikit bercanda. Alea sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Namun pada akhirnya Alea berusaha menjawabnya setelah berpikir sejenak.
"Yang pasti aku ga bakalan kayak Taya. Lebih baik aku ninggalin kamu dari pada harus bertahan dengan rasa sakit hati." Ucap Alea sedikit menggeram.
"Berarti cinta kamu ga sedalam itu dong buat aku." Ledek Rei.
Alea mendengus pelan, "emang berat kalo harus ninggalin orang yang kita cinta. Tapi perasaan kita jauh lebih berharga untuk terus-terusan dibuat terluka kalo tetap memilih bertahan."
Rei kemudian tersenyum dan mengusap puncak kepala Alea.
"Kamu sendiri, apa yang bakalan kamu lakuin kalo seandainya ada di posisinya Agy?" Todong Alea. Alea jadi tertarik untuk mengetahui jawaban Rei.
Rei menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa, "udah ah ga usah ngebahas yang kayak gitu. Kita hanya perlu berdoa dan terus berusaha agar hubungan kita ini tetap awet dan selalu membawa kebahagiaan bagi kita."
"Hanya saja, andai kamu ada di posisi Agy, aku berharap kamu ga akan nyembunyiin itu dari aku. Kamu ga akan bohongin aku. Kalo emang udah punya yang lain, jangan pernah egois untuk tetap pertahanin aku. Karena itu bakalan nyakitin banget. Lepasin!" Ucap Alea dengan wajah sendu.
Rei terbelalak menatapnya, "hey, udah sayang, cukup! Kamu itu ya," Rei mendesah pelan, "aku ga akan pernah nyakitin kamu."
TBC.
08 April 2017
Khusus hari ini updatenya 2 part sekaligus 😬
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartache
General Fiction(Completed) Kau tahu apa yang lebih menyakitkan? Mengetahui kebenarannya namun hanya bisa diam dan menikmati rasanya sakit. Kisah ini aku peruntukkan bagi kalian para wanita tegar yang memiliki hati yang selalu memaafkan. Selamat membaca.