3

84 16 2
                                    

‘Aku rindu tahu. Ayo kita pulang” Tanpa basa-basi Soonyoung langsung menarik Jihoon untuk segera mengikutinya.
Setelah mengambil koper dan barang bawaan Jihoon dan langsung pergi dari bandara, kini mereka berdua sudah sampai di depan rumah Jihoon.

--------------------

“Ayo turun” Soonyoung turun dari mobil dan langsung membukakan pintu Jihoon. Ia juga membuka bagasi mobil untuk mengambil barang-barang Jihoon.

Mereka langsung masuk ke dalam rumah Jihoon. Soonyoung berjalan dibelakang Jihoon sambil membawa barang-barang Jihoon. Tadinya Jihoon mau membawa sendiri, tetapi Soonyoung melarangnya. ‘Orang semanis dirimu tidak pantar membawa barang berat seperti ini’ ujarnya dan langsung dihadiahi pukulan di kepala.

“Hoon-ie... apa kau lelah? Aku pijat ya” tanya Soonyoung mendekati Jihoon ingin memijat bahunya.

“Awas. Aku lapar” jawab Jihoon ketus sambil berlalu ke dapur.

“Apa kau sudah makan?”

“Belum” jawab Soonyoung dengan cengirannya. Tadinya dia kecewa karena Jihoonnya tidak mau dipegang, namun sekarang dia kembali sumringah karena Jihoon ternyata masih peduli dengannya.

Jihoonpun mulai memilih bahan makanan seadanya yang diletakkan di lemari pendingin. Satu minggu rumah ini ditinggal pemiliknya pergi membuat sebagian bahan makanan tidak layak makan. Ia memutuskan untuk membuat ramen dicampur dengan beberapa sayuran yang masih bagus. Tidak lupa ia menambah dua butir telur. Ia memasak untuk dirinya dan Soonyoung tentunya. Tidak mungkin ia membuatnya untuk dirinya sendiri. Ia tidak mau mengambil resiko Soonyoung merengek kelaparan nantinya.

Dengan susah payah ia membuat makanan untuk mereka berdua. Bukan karena ia tidak bisa masak. Ia terbilang handal dalam urusan dapur. Yang menjadi masalah adalah sejak Jihoon memilah bahan makanan, Soonyoung terus saja memeluknya dari belakang. Tangan Soonyoung melingkar erat di perutnya, membuat ia kesulitan untuk bergerak. Ia juga risih karena nafas Soonyoung yang terasa hangat di tengkuknya. Bisa gawat jika posisinya terus seperti ini.

Seekor domba yang sedang berada dipelukan serigala. Itulah posisi Jihoon. Serigala seperti Soonyoung tidak akan melepaskan dombanya begitu saja, apalagi domba itu pernah pergi meninggalkannya cukup lama.

“Awas. Aku tidak bisa bergerak” kata Jihoon.

“Soonyoung” ucap Jihoon lagi karena pria dibelakangnya tidak bergerak sedikitpun.

“Kau mau kusiram dengan kuah mendidih ini hah” ucap Jihoon tidak sabar.

Karena takut dengan ancaman kekasihnya dan tidak mau membuat kekasihnya marah setelah seminggu ini tidak bertemu, akhirnya dengan terpaksa Soonyoung melepas pelukannya dan berjalan menuju meja makan.

“Aku tidak masalah jika kulitku melepuh. Kan ada Hoon-ie disini...” balas Soonyoung dengan suara dibuat semanis mungkin.

“Jangan pikir aku akan merawatmu jika kulitmu melepuh. Jika bisa aku akan mematahkan tanganmu sekalian” balas Jihoon dengan sedikit ancaman.

“Cepat makan” lanjutnya sambil memberikan mangkuk dan sumpit serta gelas berisi air minum.

Mereka pun duduk berhadapan sambil menikmati ramen.

Sekarang sudah pukul sebelas malam. Mereka sudah selesai makan. Sekarang Jihoon dan Soonyoung sedang duduk di depan TV. Mereka sedang menonton entah acara apa. Yang ada dipikiran Jihoon yang penting tidak sunyi. Jika itu sampai terjadi, habis riwayatnya.

Berbeda dengan isi kepala Soonyoung. Ia berusaha mencari akan supaya ia bisa menarik perhatian Jihoon. Ia merutuki nasibnya karena sedari tadi Jihoon menjaga jarak dengannya, nahkan sengaja menyalakan TV supaya tidak berbicara dengannya.

kali ke dua <SoonHoon>Место, где живут истории. Откройте их для себя