Chap 36

2.9K 211 1
                                    

Daffa mengeringkan rambutnya dengan handuk, dia mengusapkan handuk di kepalanya dan duduk di tepi kasur.
Dia mengambil ponselnya yang ada di atas meja kecil di samping tempat tidurnya.

23 pesan teks.

Daffa tersenyum kecil, lalu membuka siapa saja yang mengirimkan nya pesan.

Anton (5)
Raka (5)
Julian (4)
Shabilla (1)
Dimas (5)
Bella (3)

Daffa melihat pesan dari Shabilla, Daffa sudah tau pasti Shabilla akan menanyakan kenapa hari ini dia cuek dengan nya.

Lo kenapa tadi cuekin gue?

Senyum Daffa mengembang, dia sudah mengetahui isi pesan itu, Daffa terdiam sebentar.

Lalu beberapa kemudian dia mulai mengetik sesuatu untuk membalas pesan Shabilla.

Lo pengen tau banget?

Terkirim.

Dia terdiam, apa tadi kata-kata nya terlalu kasar? Atau apa mungkin pesan nya tadi dapat membuat Shabilla murung?

Memang yang dia inginkan seperti itu, saat dia sudah merasa murung dan sedih baru Daffa akan memberikan kejutan untuknya dan memberitahu bahwa semua ini salah satu rencana nya untuk kejutan Anniversary hubungan nya.

Daffa tersenyum-senyum sendiri memandangi wajah Shabilla yang menjadi wallpaper ponsel nya, entah kenapa hati nya sangat rindu dan ingin sekali mengenggam tangan gadis itu.

Daffa berbaring di atas ranjang, membuang handuk yang ada di atas kepala nya asal, dia tersenyum puas, merasa rencana nya akan berjalan lancar dan dia dengan Shabilla akan menjadi pasangan yang sangat romantis.

Daffa memejamkan mata nya, tubuh nya sangat lelah setelah membersihkan hampir satu rumah, dia terlelap dalam tidurnya, dengan senyum yang masih berada di bibir Daffa

***
Pagi yang sangat cerah , Shabilla melihat pesan dari Daffa berkali-kali, dia sangat tidak percaya dengan balasan Daffa, biasanya tidak seperti ini.

"Shhh." Shabilla meringis mencoba mencari tau, kenapa Daffa bisa-bisanya bersikap seperti ini kepadanya.

"Lo kenapa? Pagi-pagi udah sampe sekolah aja." Suara bariton cowok langsung membuat Shabilla menoleh dan melihat siapa orang yang sedang berdiri di ambang pintu itu.

"Rian. Gue kira Daffa."  Shabilla kembali fokus dengan ponselnya. Dan menatapnya penuh kesedihan.

"Daffa mulu di otak lo." Cowok itu melempar tas dengan asal lalu segera cabut keluar kelas, Shabilla melihat Rian heran, Rian memang selalu begitu. Shabilla kembali menatap layar ponselnya

"Pagi."

"Rian! Sana kek! Suara lo tuh hampir mirip sama Daffa, lo sana deh jangan bikin harapan pal—" Mata Shabilla terbelalak setelah melihat sosok pria yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Daffa!" Pekik nya ketika melihat Daffa yang entah dari kapan berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan Shabilla dari kejauhan.

"Kenapa? Kaget?" Tanya nya, lalu mendekat, Shabilla melihat nya, lalu memundurkan sedikit wajahnya.

"Apa sih lo." Ujar Shabilla ketus, Daffa hanya bisa tersenyum melihatnya. "Jangan geer, gue kesini cuma mau nemuin Rian, tapi kayaknya dia udah ke kantin duluan." Ujar Daffa melemparkan pandangan nya keluar kelas.

"Udah ah, gue mau cabut." Ujar nya dingin, tanpa senyum sama sekali, lalu Daffa segera pergi dari kelas sepuluh tiga.

Shabilla menatap punggung Daffa yang mulai menjauh dan akhirnya hilang di balik tembok, dia terdiam.
Ini bukanlah Daffa yang dia kenal.

S (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ