Epilog

7.1K 287 34
                                    

Shabilla berjalan di koridor sambil melihat kartu peserta ditangan nya.

Ruang 18.

Dia mengangguk lalu mencari-cari ruang 18, hingga ia menemukan ruang 18 yang berada di kelas sepuluh dua, Shabilla masuk kedalam ruang 18, masih sepi, hanya ada dirinya disana. Ia mencari bangku yang sama dengan kode peserta nya yang dimana ia akan duduk. Shabilla bersyukur, karena dia duduk agak belakang, tidak terlalu kelihatan guru, jadi bisa bertukar jawaban dengan teman-temannya.

Ia menaruh tas nya dan bingung hendak melakukan apa, teman teman nya belum datang, akhirnya ia memilih membaca buku sambil menunggu teman teman nya datang.

Karena bosan, akhirnya Shabilla pergi keluar kelas dan melihat kertas yang tertempel di jendela kelas sepuluh dua. Senyum nya mengembang sempurna saat dia melihat siapa yang akan duduk di samping nya.

Shabilla Putri dengan Daffa Rizky Putra.

Dia kembali masuk ke dalam kelas dengan wajah yang masih tersenyum. Hari yang sudah ditunggu telah tiba. "Pagi," Shabilla sontak langsung melihat kearah pintu dan dilihat nya seorang wanita yang tengah berjalan kearah nya. Kak Bella.

"Lo duduk bareng Daffa lagi?" Tanya nya, Shabilla mengangguk. "Ya," jawab nya singkat sambil tersenyum.

"Gila, yang awal nya cuma duduk sebangku pas ujian, bisa jadi pacaran kayak sekarang. Kalian keren," Ujar Bella kagum kepada Shabilla sambil mengacungkan kedua ibu jari nya.

"Kakak juga, yang awal nya cuma jadi murid biasa doang. Akhirnya bisa jadi pacar." Canda Shabilla dan Bella tersenyum lebar. "Bisa aja," jawab nya.

"Tunggu, berarti depan gue Daffa dong? Aduh mati! Dia tuh orang nya iseng banget." Tiba-tiba saja Bella jadi panik sendiri setelah mengetahui bahwa yang duduk dibelakang nya adalah Daffa.

"Tenang, kali ini gue nggak mau jahil sama orang. Cuma hari ini!" Tiba-tiba terdengar suara bariton cowok dari arah pintu. Shabilla tersentak saat mendengar suara yang sudah tidak asing lagi. Gadis itu langsung melihat kearah pintu, dan benar. Daffa sudah berdiri di ambang pintu sambil melemparkan senyum kepada dua gadis yang tidak jauh berbeda darinya.

***
"Ariana! Ana! Aduh, liat gue kek!" Ujar Shabilla setengah berbisik dan dia juga berkali-kali melihat Bu Yola yang sedang menulis sesuatu di meja guru.

"Na! Ariana!" Oke, dia sudah mencoba berkali-kali tapi Ariana sama sekali tidak mendengar. Mendadak tuli. Shabilla kemudian melihat Daffa yang duduk di samping nya sambil mengerjakan soal-soal dengan tenang.

"Kak," Panggil nya yang membuat Daffa menoleh dan memandang Shabilla dengan tatapan heran. "Apa sayang?" Tanya nya lalu kemudian menatap Shabilla dalam-dalam.

"Panggilin Ariana dong, aku mohon." Pinta nya sambil memasang wajah memelas kepada Daffa. Daffa terdiam lalu sesaat kemudian dia malah kembali mengerjakan tugas nya.

Hening..

Oke, Daffa pasti tidak akan mau membantu nya, dalam masalah nyontek-menyontek mana ada yang mau ikut campur?

Namun, tiba-tiba Daffa membuka mulutnya untuk memanggil Ariana —maksudnya meneriaki, bukan berbisik— dengan cepat Shabilla langsung membekap mulut Daffa dengan satu tangan nya. Mencegah cowok itu untuk meneriaki nama Ariana lagi dengan super kencang.

"Kamu!" Dia menurunkan tangan nya dari mulut Daffa lalu memukul bahu cowok itu pelan sampai Daffa meringis kesakitan yang dibuat-buat.

"Maaf sayang." Ujar Daffa sambil nyengir kuda, memperhatikan gigi-gigi nya yang putih.

Daffa mengetahui bahwa gadis nya ini marah dengan dia. Lalu dengan cepat Daffa meraih tangan Shabilla dan mengenggam nya lalu mencium punggung tangan itu.

"Jangan marah lagi yah." Ujar Daffa dengan senyuman. Shabilla masih diam tidak menjawab ucapan pacar nya itu.

"Anak-anak ibu buang air besar dulu, kalian diem disini yah, jangan berisik!" Ujar Bu Yola sambil memegangi perutnya dan segera lari keluar kelas. Daffa dan Shabilla saling berpandangan melihat Bu Yola aneh.

"Hahaha," tawa mereka pecah bersamaan. Tangan Shabilla masih digenggam erat oleh Daffa, seakan-akan dia tidak akan mau melepaskan tangan itu. "Jadi pacar nya dimaafin?" Tanya Daffa lagi.

Shabilla terdiam sebentar lalu melihat Daffa, kedua ujung bibir nya membentuk senyuman yang indah. "Iya." Jawab nya sambil mengangguk.

Kedua ujung bibir Daffa juga membentuk senyuman yang tak kalah indah nya. Dengan cepat Daffa langsung membawa gadis itu kedalam pelukan nya. "Aku cinta sama kamu." Ujar Daffa lirih tepat di telinga Shabilla.

"Aku lebih cinta kamu," balas Shabilla dengan nada yang sama dan tepat di telinga Daffa.

Kita akan saling menyayangi satu sama lain, kita akan saling menjaga satu sama lain, kita akan saling percaya satu sama lain, kita akan saling mencintai satu sama lain, dan kita akan saling jujur satu sama lain.

Itulah kunci percintaan yang akan membuat mu akan merasa nyaman dengan seseorang yang kau sayangi. Ketika aku dan kamu menjadi kita.

Tidak akan ada hidup yang tanpa ada perjuangan. Kisah cinta pun sama, mereka pasti akan ada perjuangan. Berjuang saling mengerti, berjuang saling memahami, berjuang saling menghormati, berjuang saling berbagi, mencintai, menyayangi, dan lain-lain.

Dan kini kisah cinta kami telah usai, kami sudah bahagia dengan semuanya. Terimakasih Tuhan, karena sudah mempertemukan kami. Kami sangat bahagia.

-Daffa Rizky Putra & Shabilla Putri.

S (END)Where stories live. Discover now