Part 6 - Traps in Situation

15.2K 748 7
                                    

Casley Stuart Pov

Aku terus menatap Sean pergi sampai mobilnya berbelok ke kiri. Waktu aku melihatnya di kantornya, Aku menahan diri untuk tidak loncat dan memeluknya. Seperti penggemar yang melihat idolanya didepan matanya. Kedewasaannya membuat dirinya semakin tampan, seperti Adam Levine. Dia sangat terkejut saat melihatku, sepertinya dia tidak tahu bahwa aku yang menangani pernikahannya.

Aku berusaha menjaga imegeku di depannya. Makan malam dengannya, hanya berdua, seakan kami pasangan yang sesungguhnya, sungguh menakjubkan. Aku berharap bisa setiap hari makan malam dengannya. Setidaknya, dengan pekerjaanku, aku bisa melihatnya kembali. Sungguh beruntung Cathrine karena mendapatkannya. Oh Adam Levine ku.

Aku berjalan masuk ke hotel. Petugas membantuku membawakan koper koperku.

"Selamat malam nona, ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis bertanya dengan santunnya.

"Hai, selamat malam. Aku Casley Stuart. Aku sudah book kamar untuk tinggal pada tanggal 5 nanti tapi aku harus datang lebih awal, jadi apakah aku bisa check in sekarang? Ini formulir pemesanannya."

"Oke. Bisa tunggu sebentar nona, saya akan mengecek ketersedian kamarnya terlebih dahulu."

"Terima kasih." Aku duduk sambil melihat ke sekitar hotel tersebut. Vincent selalu mengingatkanku untuk booking hotel yang murah tapi kualitasnya bagus, tapi tinggal di New York tidak seperti tinggal di San Francisco, aku harus main hitung hitungan sebelum membooking hotel, kami harus menekan biaya seminim mungkin. Hotel ini tampaknya cukup tua dan harganya tidak sampai mencekik leher tapi setidaknya aku dapat tidur.

"Nona terima kasih sudah menunggu, Tapi maaf, hari ini semua kamar sudah full terisi sampai dengan hari minggu." Resepsionis tersebut memberitahukan.

"Apa? Tidak adakah satu kamar yang tersisa?" Aku sangat terkejut, jika aku booking ulang kemarin, mungkin sekarang aku bisa dapat kamar.

"Saya rasa begitu. Maaf sekali lagi karena hal ini terjadi pada nona. Ada acara gathering perusahaan, 3/4 kamar sudah di book mereka. Dan sisanya sudah terisi penuh oleh tamu umum"

"Bisakah kamu mengeceknya sekali lagi. Please.... siapa tau ada tamu yang cancel bookingannya.?"

"Saya sangat yakin nona. Tamu terakhir yang check in itu sekitar lima belas menit yang lalu.

"Aku baru saja datang dari San Fransisco, aku pikir aku masih bisa dapat satu kamar. Jadi dimana aku harus tinggal sekarang?" Aku merasakan mataku jadi panas ingin menangis karena panik yang menyerangku tiba tiba.

"Ada hotel terdekat dari sini, hanya beberapa block, dengan bawaan anda, menurut saya anda bisa memanggil taksi."

"Apa nama hotelnya?" Resepsionis menyebutkan nama hotelnya. Memanggil taksi memang perlu. Aku sudah tidak bisa jalan terlalu jauh lagi. Kakiku agak sakit karena terlalu lelah.

Aku berjalan keluar lobby untuk mencari taksi. Rasa panic datang lagi. Aku mencari cari di dalam tasku, aku keluarin semua isi tas, tapi tidak ada. Kapan terakhir kali aku menyimpannya. Tas kecilku. Apa yang harus aku lakukan, tadi hotel sudah penuh, dan sekarang tas kecilku hilang. HP dan dompetku ada didalamnya. Sekarang aku tisak pegang uang. Aku tidak bisa mengkontak siapapun. Aduhhh mengapa hal ini terjadi padaku. Mom.... apa yang harus aku lakukan? Aku merasa air mataku sudah mulai memggenang. Kelemahanku. Aku tidak bisa menahannya lagi. Petugas hotel menghampiriku.

Holding Your Desire (Versi Indonesia)/(Published by Novelindo Publishing)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora