Part 14 - His Deep Heart

10K 642 12
                                    

Sean Harringtons Pov

"Morning Sir."

"Morning. Apa yang kau dapat?" Salah satu investigatorku datang ke kantor. Dia dan agennya adalah team yang sangat profesional. Biasanya mereka bekerja untuk masalah bisnis saja. Aku tidak pernah meminta mereka mengerjakan hal pribadi. Ini adalah pertama kalinya aku meminta hal pribadi kepada mereka.

"Silahkan lihat foto-foto ini. Menurutku ada agen lain di lapangan." Aku melihat beberapa foto Catherine besama bianca, semua foto tampak normal dan beberapa tidak ada foto mereka melainkan hanya keramaian orang saja.

"Apa maksudmu?" Aku tidak mengerti apa yang dia katakan sampai dia membulatkan setiap foto dan jika aku perhatikan dengan seksama, itu adalah Casley dalam pakaian yang tidak biasa. Apakah dia mau menjadi seperti detektif sekarang? Pikirku.

"Miss Catherine sudah di untit olehnya beberapa hari ini, tapi dia tidak membahayakannya. Dia hanya mengambil beberapa gambar." Sekarang perhatianku sudah tidak pada foto Catherine, melainkan Casley. Dia menggunakan sesuatu untuk menutupi identitasnya. Sangat pintar. Bahkan aku tidak mengenalinya jika tidak melihat lebih dekat.

"Dan dua hari yang lalu, salah satu agen kami sengaja membantunya. Dia hampir saja tertabrak mobil. Dia sempat bertanya pada agen kami jika dia melihat seseorang yang mendorongnya. Penguntit ini terlibat kecelakaan kecil setiap hari. Kami harus memperbesar area kami dan kami menemukan ada agen lain lagi yang menjaga keselamatan Miss Catherine dan berusaha menghilangkan penguntit itu. Gadis ini bekerja di tempat ramai dan agen Miss Catherine tidak dapat menyentuhnya lebih jauh. Ini kondisi terakhir penguntit."

Aku melihat pada foto terakhir. Aku bisa melihat beberapa lukanya. Dia menggunakan pakaian pria. Penjelasan investigators membuat hatiku berdebar kencang, dan aku bisa merasakan tekanan di lapangan. Casley dapat beberapa inciden setiap hari katanya, berarti dia dalam bahaya. Hatiku seperti tertusuk pisau. Aku tidak bisa membiarkan sesuatu terjadi padanya. Meskipun dia menguntit Catherine.

"Tambahkan orangmu dan lindungi penguntit ini. Cari tahu siapa pelindung Catherine. Buat agen bayangan, biarkan mereka berfikir kita mengawasi dan mengamankan Cathrine."

"Yes Sir."

"Juga cari tahu motif pelindungnya. Kenapa dia ingin menghilangkan penguntit jika dia tidak membahayakan Catherine."

"Yes Sir."

"Tolong pastikan gadis penguntit ini selamat. Camkan itu. Dan cari tahu dimana dia tinggal."

"Apakah anda mengenalnya Sir?" Pertanyaannya seakan menamparku.

"Tidak. Aku hanya tidak ingin ada yang terluka." Kataku berbohong. Aku tidak ingin dia berfikir tentang hubunganku dengan Casley. Itu privaskiku.

"Sebenarnya kami sudah mengetahui. Dia tinggal bersama seorang pria di apartemen. Sepertinya dia kekasihnya." Fakta lain menamparku lagi. Apakah dia benar kekasihnya? Tidak mungkin, aku tahu perasaannya kepadaku. Dia tidak mungkin beralih begitu cepat. Kata hatiku mengingatkan.

"Temukan latar belakangnya. Dan informasikanku jika penguntit ini melakukan sesuatu yang gawat dan membahayakan." Aku memerintahkannya.

"Yes Sir." Dia meninggalkan ruanganku.

Aku sudah memasang CCTV di apartemenku sendiri. Berharap aku bisa melihat keanehan yang bisa saja terjadi. Bukan aku tidak percaya dengan Catherine, hanya saja, perkataan Casley benar-benar mengusik pikiranku. Dan sampai sekarang, tidak ada tanda yang mencurigakan yang terjadi antara Catherine dan Bianca, Aku masih berharap apa yang Casley katakan tidak benar."

Sekarang seseorang memperhatikan Catherine. Sepertinya mereka sangat melindungi Catherine. Tapi mengapa mereka ingin menghilangkan Casley. Dia hanya mengambil gambar. Apakah mereka punya motif lain? Tapi apa itu? Kepergian Casley sudah mengacaukan kehidupanku, srkarang dia terluka membuatku ingin membunuh pengawal Catherine. Aku harus mengperingatinya, tapi aku tidak bisa menemuinya, apa yang bisa aku lakukan hanya mengirimkan pengawal untuknya tanpa dia ketahui.

Casley Stuart Pov

Seminggu sudah berlalu. Aku masih mengikuti Catherine kemanapun dia pergi. Dan kondisi masih saja sama. Aku hanya berharap bahwa asumsiku tentang mereka salah. Hanya tersisa satu minggu sebelum mereka tunangan.

Aku sedang di dapur saat Vincent menelponku, dia pasti sangat sibuk sejak aku tidak disana untuk membantunya.

"Casley, jangan bilang kalau kamu tidak pulang minggu ini juga. Kita semua sudah gila disini...." Aku tersenyum mendengarnya mendumel.

"Woo woo woo woo take it easy man.. What's up?"

"Jangan main-main denganku Casl, kita semua sangat sibuk beberapa hari disini, kita butuh kamu babe..."

"Aku tahu, maaf kalau aku egois."

"Oh you are very fucking selfish and.."

"Apa kamu bilang?"

"Sorry babe, aku sangat frustasi kamu tidak disini. Dengar, kita dapat banyak client, kita ingin kamu disini setidaknya minggu depan Casley. Kamu bisa kan? Aku book tiket untukmu ok."

"Hello.. ok, tapi setelah pertunangan Sean, aku akan pulang."

"Kamu masih menguntit mereka? You are crazy little head, kamu tahu itu?"

"Aku masih belum dapat berita apapun." Tiba-tiba Christian pulang. Dia menerobos masuk dan jalan langsung ke kamarnya, aku merasa ada sesuatu yang terjadi padanya. Aku mencuci tanganku sebelum aku mengikutinya.

"Makanya, lebih baik kamu gunakan waktu yang berguna dari pada menguntit orang lain...." Vincent masih mengoceh, aku bisa mendengarnya tapi aku tidak menperhatikan apa yang dia katakan karena perhatianku terpusat dengan Christian yang sedang mengepak bajunya. Beberapa hari ini, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari Christian, dia jadi lebih pendiam. Tidak banyak bicara dan wajahnya terlihat sedih. Seperti bukan dirinya. Melihatnya mengemas baju membuatku khawatir padanya.

"Vincent, aku telpon lagi nanti ok."

"Hey, ada apa, kenapa suaramu begitu."

"Christian... aku tidak tahu.. aku telpon lagi nanti ya.. ok.. bye.." aku menutup telpon tanpa menunggu jawaban.

"Chris... ada apa?" Tanyaku perlahan, aku tahu dia sedang menahan emosinya, tangannya dingin dan bergetar. Aku memegang tangannya dan memandang ke matanya.

"My damm dad." Dia berhenti sejenak. "Dia.. meninggal..." dia tidak sanggup menahannya lagi, dia tersungkur di lantai dan menangis. Aku tidak pernah melihatnya begitu sedih seperti itu. Dunianya seakan hancur di bawah kakinya, aku hanya bisa memeluk dan mengelus pundaknya, itu yang dia butuhkan saat ini menurutku.

Aku membantunya mengepak segalanya dan menemaninya pulang ke rumah daddy nya di Rutland, Vermont. Jika kami mengendarai mobil ketempatnya malam ini, kami bisa sampai kesana besok pagi. Dengan kondisinya seperti itu, aku menawarkan diri untuk membawa mobilnya. Tapi dia menolak. Dia tidak banyak bicara tentang ayahnya, tapi dari caranya dia memanggil ayahnya, aku pikir hubungan mereka kurang baik. Aku tidak bertanya apapun padanya sampai dia sendiri yang memberitahukannya.

Holding Your Desire (Versi Indonesia)/(Published by Novelindo Publishing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang