E N A M

86.7K 4.6K 54
                                    

K E N C A N
.
.
.

Salsa duduk termanggu menatap pemandangan sore hari dari dalam ruangannya. Langit terlihat sangat indah ketika matahari menyemburkan warna orange sehingga awan-awan terlihat berubah warna.

Semenjak beberapa jam yang lalu, pikiran Salsa sepenuhnya berfokus pada inti pertemuannya dengan Dika pagi tadi. Semuanya terasa sangat aneh saat Dika mengatakan hal yang terdengar mengerikan bagi Salsa.

Baby? Hey, I'm too young to be a Mom

Salsa lagi-lagi menghela nafas panjang, bahkan para bawahannya tidak berani menyapanya karena sejak kembalinya dia siang tadi, dia membentak bawahannya hanya karena mereka berbincang sambil makan siang.

Salsa bukannya orang yang terlalu memikirkan sesuatu seperti kebanyakan orang, tapi entah mengapa ia merasa jalannya sebagai wanita karir akan terhenti karena ia harus mengikuti kemauan Dika—calon suaminya.

Seseorang mengetuk pintu, Salsa tidak menghiraukan ketukan itu, tapi pintu itu tiba-tiba terbuka padahal Salsa belum memberi aba-aba untuk masuk. Salsa tersenyum menyerigai saat melihat Arfan masuk dengan secangkir kopi ditangannya. Seperti dugaan Salsa, Arfan menyodorkannya kepada Salsa dan Salsa dengan senang hati menerimanya.

"Thanks."

Arfan mengangguk kemudian duduk di kursi didalam ruangan Salsa. "Apa kau sedang ada masalah?"

Salsa terkekeh kecil, lalu meletakkan kopi yang diberi Arfan diatas meja, "Apa sangat kelihatan?"

Arfan mengedikkan bahunya, "Aku hanya menerka, soalnya banyak bawahanmu yang menggosip tentangmu tadi siang."

Berani-beraninya mereka, Salsa mengepalkan tangan.

"Berarti kau memang sedang punya masalah, jika kau tidak masalah, ceritakan padaku!" Arfan sudah siap untuk mendengar cerita Salsa, karena dia tahu hal kecil tidak mungkin mengusik seorang Salsa Nabila, si cuek dari bagian Personalia. Arfan sempat bingung mengapa banyak yang mengatai dia cuek, padahal menurut persepsi pribadinya, Salsa itu orangnya lembut dan ramah.

Salsa menatap Arfan dengan ekpresi datar, "Baiklah, sepertinya tidak buruk berbagi cerita denganmu."

"Ayo, ceritakan! Aku penasaran!"

"Aku akan menikah minggu depan..." ucap Salsa lirih.

APA? DIA AKAN MENIKAH? seru Arfan dalam hati, tetapi dia tidak begitu memperlihatkan keterkejutannya, "Lalu?" tanyanya datar.

"Lalu? Apa kau tidak kaget?" Salsa mengangkat alisnya. Disini dialah yang kaget melihat ekspresi datar Arfan terhadap informasi yang pastinya akan menggentarkan perusahaan dalam hitungan hari lagi.

Arfan menyandarkan punggungnya lalu menatap Salsa heran, "Mengapa aku harus kaget? Tidak aneh jika perempuan karir dan cantik sepertimu akan menikah. Oh, sungguh beruntung pria yang akan menikahimu, siapa dia?"

"Dia seorang dokter bedah."

Arfan mengangguk kepala mengerti, "Pas untukmu. Kapan kalian akan menikah?"

"Kira-kira empat hari lagi, paling tidak undangannya akan sampai ketanganmu besok." Salsa menjawab dengan tawa kecil.

"Kuyakin besok gedung ini akan penuh air mata." Arfan tertawa kecil.

Young WifeWhere stories live. Discover now