T I G A P U L U H

47.3K 2.4K 105
                                    

We're Ready
.
.
.

Di ruangan bernuansa hitam putih itu, Salsa dan Arfan berdiam diri saling menunggu salah satu dari keduanya akan memulai pembicaraan. Namun entah mengapa rasanya tidak akan ada yang ingin memulai pembicaraan.

Keheningan akhirnya pecah kala ponsel Salsa berdering, Salsa sendiri kaget karena dia tidak pernah membuat ponselnya dalam mode suara sebelumnya, dia yakin ada yang mengotak-atik ponselnya, siapa lagi selain Dika-pria yang tinggal serumah dengannya itu.

Ia mendecak kesal begitu melihat nama Dika tertera di layar ponselnya. Dia bahkan tidak sadar lagi jika Arfan berada di ruangannya. Konsentrasinya langsung pecah begitu mendengar nama Dika, entah karena rasa benci atau sebaliknya, Salsa tidak yakin.

"Ya?" ucap Salsa menjawab panggilan dari Dika.

"Kau ada di mana?" Suara dingin tak bersahabat langsung menyapa indera pendengaran Salsa, membuat suasana hati Salsa langsung berubah.

Salsa melirik jam tangannya, ini bahkan belum jam pulangnya, dia heran kenapa Dika menelponnya pada jam kerjanya, "Aku sedang ada di ruanganku, kenapa?" balas Salsa ketus, tidak menghiraukan Arfan, toh, Arfan sendiri sudah tahu jika dia dijodohkan dengan Dika.

Sambungan tiba-tiba terputus tanpa sepatah kata ucapan penutup. Dasar pria tak tahu sopan santun, maki Salsa dalam hati. Jika membunuh itu tidak dilarang dan dosa, Salsa pasti sudah membunuh Dika sejak dulu.

"Ada apa?" tanya Arfan akhirnya, masih tenang di tempat duduknya.

Salsa mengedikkan bahunya, lalu meletakkan ponselnya di atas meja,"Entahlah, biarkan saja dia. Hm... Apa yang ingin kau katakan?"

Sesaat Arfan terlihat ragu, namun keraguannya lenyap begitu saja, dan sekarang Arfan terlihat menjadi sangat serius membuat Salsa penasaran dengan apa yang ingin Arfan sampaikan hingga suasana menjadi sangat serius sekarang.

"Apa kau tahu Nico?" ucap Arfan akhirnya, masih serius.

Kening Salsa berkerut, "Entahlah, rasanya nama itu tidak asing bagiku."

Arfan bersemangat, dia yakin Salsa akan segera mengingatnya, "Aku yakin jika kau tidak asing dengan in-" ucapan Arfan terputus begitu pintu ruangan Salsa mendadak terbuka.

Mata Salsa membulat seketika saat melihat Dika muncul di ambang pintu dengan wajah-okay cukup menyeramkan. "Apa yang kau lakukan?" tanya Salsa berusaha tetap tenang, padahal dia ingin sekali berteriak tepat di telinga pria yang entah kesialan apa yang membuatnya menikah dengan pria aneh itu.

"Kita pergi sekarang, kita harus kembali sekarang." Dika segera mengambil tas Salsa yang ada diatas meja beserta ponsel perempuan itu. "Ikuti aku atau aku harus menarikmu hingga menimbulkan keributan di depan bawahanmu."

Salsa tidak bisa berkutit, dia segera bangkit dari duduknya lalu mendekat pada Arfan, "Maafkan aku, kita bicara lain kali," pamitnya dan akhirnya pergi mengikuti Dika.

"Sialan," maki Arfan sembari mengebrak meja. Padahal semua sudah tepat untuk mengatakan yang sebenarnya dan dia tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk mengatakannya lagi.

"Sebenarnya aku tidak ingin membencimu, Dika. Tapi kau terlalu mengangguku dan merusak segalanya."

***

Young WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang