D E L A P A N

71.5K 3.9K 45
                                    

T H E D AY
.
.
.

Salsa terdiam menatap pantulan tubuhnya di cermin. Sekarang ia tengah dirias ala adat Jawa untuk acara pernikahannya.

Hari yang akan benar-benar merubah status Salsa. Dari seorang lajang menjadi menikah baik di mata hukum bahkan dunia.

Salsa bahkan tidak bisa memasang senyum lebar seperti pasangan lain yang akan menikah. Meskipun pernikahan adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Tetapi Salsa berharap jika waktu berhenti detik ini juga dan kembali ke masa sebelum dia bertemu Bibi Evelin.

Suara ketukan pintu terdengar. Spontan penata rias yang tengah merias Salsa melirik kearah pintu. Begitu juga dengan Salsa yang curi-curi lihat dari pantulan cermin. Pintu terbuka dan Bibi Evelin masuk, masuk dengan senyum palsunya.

"Tolong tinggalkan kami berdua!" ucap Bibi Evelin kepada penata rias beserta pengatur pakaian adat yang digunakan Salsa.

Seketika kesunyian menghampiri ruangan itu. Salsa tetap diam dalam posisinya sedangkan Bibi Evelin menatap Salsa dengan tatapan tajamnya.

"Tersenyumlah! Jangan perlihatkan jika ini terjadi karena perjodohan."

Salsa mengangguk kecil dan menampakkan senyum tipis juga.

"Sejak hari ini, aku tidak akan membiayai hidupmu lagi. Sejak kini juga, kau akan menjadi budak keluarga Herianto," ucap Bibi Evelin sinis kemudian membuka tirai jendela didekat cermin dimana Salsa hanya diam menatapi dirinya yang terlihat menyedihkan.

Budak?

"Kau jangan berbesar kepala hanya karena kau menikah dengan orang terpandang seperti mereka. Kau tahu, jika mereka hanya membutuhkan rahimmu itu untuk meneruskan keturunan." Bibi Evelin terus mengoceh tanpa sekalipun menatap Salsa.

Bukankah memang itu sudah kewajiban perempuan? Melahirkan anak-anak bagi suaminya? Batin Salsa dengan kepala tertunduk. Matanya menerawang.

"Dan mereka akan mencampakkanmu begitu mereka mendapat keinginannya," sambung Bibi Evelin membuat hati Salsa mendadak nyeri.

Tangannya bergetar. Matanya mulai berair. Tak lama, butiran air mata langsung terjun bebas membasahi punggung tangannya. Sungguh menyedihkan ketika dihari pernikahannya, bukannya dia mendapat ucapan selamat melainkan ucapan yang sangat menyakitkan baginya. Dia merasa dirinya sudah seperti layaknya sampah bahkan yang lebih tepatnya seperti budak.

"Apa kau menangis?" Tanya Bibi Evelin menghampiri Salsa yang mulai terisak di kursinya. Bibi Evelin menarik dagu gadis itu paksa kemudian sebuah tamparan tepat mengenai pipi kiri Salsa.

Salsa tidak merasakan sakit saat tangan Bibi Evelin mengenai pipinya. Semua rasa sakit kalah dengan rasa sakit yang digoreskan Bibi Evelin.

Make up Salsa berantakan, bukan hanya karena air mata, tetapi bekas tamparan Bibi Evelin bahkan meninggalkan bekas kemerahan disana. Salsa mengusap air matanya lalu tersenyum, "Aku tidak menangis, Bibi."

Bibi Evelin berkacak pinggang, "Baguslah. Apa yang kau tangisi jika hidupmu sudah kurencanakan dengan baik? Jalani saja!"

Salsa mengangguk dengan senyum palsu seperti yang sering Bibi Evelin ajarkan padanya. Tersenyum meskipun terluka.

Young WifeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant