12 | First Release

10.6K 1.2K 102
                                    

Setengah jam yang panjang kemudian, Lincoln mendapati dirinya kembali memanggul tubuh Arabella yang kini sudah dibaluti sepotong bathrobe kebesaran miliknya.  Dengan tidak mudah, Lincoln berhasil membaringkan Arabella secara perlahan ke tengah kasur.

Tubuh Lincoln setengah membungkuk. Ia memegang pergelangan tangan Arabella yang melingkari leher serta pundaknya. Gadis ini tidak ingin melepaskan Lincoln dan menggeluarkan suara-suara yang Lincoln artikan sebagai permohonan dan penolakan.

"Arabella...," panggil Lincoln dengan nada tertahan.

Arabella menatapnya dengan bibir terbuka dan napas terengah. Posisi Arabella membuat bagian dada jubahnya tersingkap memamerkan lengkungan kembar berukuran sedang tersebut. Selain itu, terdapat sebulir air yang jatuh dari helaian basah rambut Arabella menetes dan mengalir di antara celah dadanya yang lembab, membuat Lincoln menggila.

Lincoln mencoba untuk menarik tatapannya dari pemandangan tersebut, tidak peduli bahwa bagian bawah tubuhnya memberikan reaksi kuat terhadap Arabella. Sudah sewajarnya dan seharusnya terjadi. Arabella adalah gadis manis dan menarik, yang kini berada di bawah pengaruh obat dan panas untuknya.

Dengan kedua tangan menahan Arabella, Lincoln memperhatikan Arabella menggeliat, membusungkan dada tinggi dan menarik kakinya. Kali ini, Lincoln disuguhi dengan pemandangan paha dan betis Arabella yang tidak kalah indah dan menggodanya.

Untuk sesaat Lincoln membeku ketika Arabella menempelkan tubuh mereka dan menggeliat. Pelukan Arabella berpindah ke dari pundak dan lehernya ke punggung. Tidak ada kata lemah lembut dalam gerakkan gadis itu, yang ada hanyalah ketergesaan dan kebulatan Arabella untuk mendapatkan apa yang diinginkan tubuhnya.

Fuck! Maki Lincoln dalam hati. Ini tidak seperti dirinya.

Kepolosan Arabella dan kebingungan yang dipancarkan sepasang mata biru tersebut menjebaknya. Lincoln tahu bahwa Arabella tidak memiliki banyak pengalaman dengan pria dan itu memberitahunya seberapa banyak yang gadis ini tahu tentang seks dan kenikmatan dunia tersebut.

Hampir tidak ada.

"Linc..., Lincoln...," sebut Arabella tidak benar-benar memanggilnya. Wajah gadis itu terbenam di dadanya dan matanya dipejamkan, membuatnya seakan mengigau menyebut nama Lincoln.

But he knows better. Arabella tidak mengigau. Gadis ini hanya terlalu terangsang untuk dapat berpikir jernih. Tangan Arabella bahkan mulai menariki ikatan jubahnya sendiri dengan canggung. Gerakan tersebut membuat Lincoln menahan napas.

Dibutuhkan usaha keras bagi Lincoln hingga berhasil mengenakan jubah tersebut pada Arabella dan sekarang tanpa ia sadari, dibutuhkan kendali diri yang jauh lebih sulit lagi baginya agar tidak menanggalkan kain tersebut dari tubuh Arabella.

"Linc...," panggil Arabella lirih. "Please..., i need something."

Lincoln mengabaikannya, bukan karena ia tidak mendengar ataupun tidak kasihan pada gadis itu tapi Lincoln masih bergelayut pada benang terakhir kebulatan hatinya. Satu dorongan kecil bisa membuatnya melepaskan pegangan tersebut dan Lincoln tidak mengharapkan hal tersebut.

Lincoln membuang wajah. Ia perlu melakukan sesuatu guna menarik perhatiannya dari Arabella, apa saja yang dapat membantunya melupakan bagaimana bentuk paha dan betis Arabella, melupakan gundukan kembarnya yang bergerak naik turun terengah, melupakan bibir manis yang sedikit terbuka dan basah, menggoda untuk Lincoln lumat.

Intinya, semuanya tentang Arabella harus ia jauhi. The girl's temptation is so irresistable. Her innocence is like a bait that lure him in, one he's not sure how to handle. But then, his determination can only last so much.

Good Girl Gone Bad [TMS #2]Where stories live. Discover now