Two

9.5K 1.3K 139
                                    

Taeyong membuka mata.

Perkataan sosok misterius itu, suaranya, geraman dari serigalanya bergema di benaknya berulang kali, membuat jantungnya berdebar-debar cepat. Bibirnya bergetar, Taeyong memeluk tubuhnya sendiri yang banjir keringat sebelum menatap langit-langit.

Dia masih bisa merasakan sentuhan itu, keinginan itu, kata hati yang membuatnya kehilangan pikirannya. Setiap geraman dari serigalanya saat dirinya lagi-lagi diklaim. Pada situasi dan tempat yang sama, di mimpinya.

Tubuhnya tiba-tiba panas. Taeyong tidak bisa menahan diri untuk menyentuh dirinya sendiri. Rasanya tidak sama.

Siapa dia?
Siapa sosok misterius itu?

Begitu dia melanjutkan, matanya menutup. Sisi serigala dalam dirinya menggeram. Dia mendengar suara itu lagi bergema di kepalanya. Membayangkan sentuhan darinya yang terasa membakar.

Lebih.
Dia ingin lebih.

Tubuhnya menggigil bersama serigalanya yang melolong. Sampai namun tak terpuaskan. Taeyong menginginkan sosok itu.

Menginginkan?
Menginginkan siapa bahkan dia tidak tahu!

Taeyong duduk bertumpu pada sikunya. Merasa lelah, terengah-engah.

Tidak bisa.
Tidak boleh.

Taeyong tidak menginginkan ini. Dia tidak diizinkan untuk itu. Mate. Itu bukan sesuatu untuknya.

Jatuh kembali ke tempat tidur, Taeyong baru merasa begitu kesepian dan menyedihkan. Dia tidak bisa berfokus pada hal seperti itu sekarang. Masih banyak hal yang harus dikhawatirkan untuk tetap hidup.



***


"Pesanan siap!" Suara bel dan teriakan dari balik meja dapur menyadarkan Taeyong dari lamunannya. Dia berbalik dengan cepat mengambil nampan menuju salah satu meja.

"Pesanan anda," Taeyong tersenyum manis pada si pemesan. "Silahkan dinikmati."

"Te-terima kasih." Gadis muda itu terdengar gugup menjawab sambil memberikan senyum malu-malu.

Taeyong mengangguk dan berjalan pergi, menuju meja lain untuk membawa piring kotor di sana sekaligus membersihkannya untuk tamu café lain yang akan datang.

"Kau benar-benar tahu bagaimana cara melayani pelanggan, Taeyong." Wendy berkata saat Taeyong kembali dari dapur. "Apa aku harus menyuruhmu berdiri di depan café saja ya? Tadi kulihat banyak anak sekolah yang lewat dan memilih mampir setelah melihatmu."

Taeyong menatap bosnya itu, tersenyum tipis.

"Tapi serius, apa kau tidak pernah mencoba ikut casting menjadi model, artis, atau idol? Kurasa dengan wajahmu kau akan bisa terkenal."

"Nuna bisa saja. Sudah aku lakukan sejak lama jika memang semudah itu. Ini adalah pekerjaan paling cocok untukku."

Terkenal dan menjadikan jati dirinya sebagai werewolf sebagai taruhan? Taeyong tidak mau itu terjadi. Dia tidak mau dibawa ke lab dan dijadikan objek penelitian manusia-manusia serakah. Lagipula dia benar-benar mencintai pekerjaannya sekarang. Sebagai omega, melayani adalah pekerjaannya.

Sudah hampir seminggu sejak dia mulai bekerja. Jika bukan karena tips yang didapatnya tiap hari, Taeyong tidak akan bisa membeli sesuatu untuk dimakan. Semua uangnya habis untuk menyewa sebuah rumah sewa kecil. Jadi dia tak usah khawatir dengan tempat tinggal sampai bulan depan karena bermalam di motel menghabiskan cukup banyak uang.

Yang membuatnya khawatir dan banyak melamun akhir-akhir ini adalah karena mimpinya. Pria misterius dan serigala yang tak dia kenal. Setiap kali dia berpikir tentang apa yang terjadi di mimpi-mimpinya. Tubuh Taeyong menjadi panas, dan detak jantungnya akan meningkat drastis.

GrowlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang