Seven

8.8K 1.2K 165
                                    

Johnny masuk dalam ruangan itu, dengan perlahan membuka pintunya untuk tak membuat keributan. Tapi sepertinya itu tak berguna karena dua orang lain di dalam sana langsung menoleh.

“Hei,” katanya, mendekati keduanya yang terbaring di tempat tidur masing-masing dengan keadaan yang tak terlihat baik. “Bagaimana keadaan kalian?” tanyanya.

“Setidaknya aku tidak mati,” balas Jungwoo serak.

Yuta memberi anggukan kecil, tersenyum lebar. “Lebih baik.”  Dia mengatakan itu dengan pikirannya karena tenggorokkannya terluka parah dan tak terlihat telah membaik seperti perkataannya.

Johnny tersenyum menyesal pada mereka. “Harusnya aku bisa membujuk Jaehyun untuk―”

“Jangan salahkan dirimu sendiri. Kami mengerti,” kata Jungwoo. Dia duduk dari posisinya meski meringis sakit. Tulang punggungnya seakan remuk karena terlalu keras dibanting ke dinding oleh Jaehyun kemarin. “Salah kami, karena terlalu terbawa emosi begitu tahu ada serigala asing di wilayah kita. Siapa yang menyangka siapa sebenarnya dia? Sial sekali.”

Johnny mengangguk, bersandar ke dinding dekat sana. “Aku yakin kalian pasti mengerti kenapa Jaehyun melakukannya.”

“Yeah, itu matenya yang tidak sengaja kami sakiti.” Jungwoo menoleh pada Yuta yang hanya berbaring diam dalam kesakitan, cukup prihatin dengan keadaannya yang mengkhawatirkan. “Aku hanya tidak menyangka dia hampir benar-benar membunuh salah satu beta-nya karena itu, dan membiarkannya menderita seperti itu.” dengusnya marah.

Yuta menyeringai padanya. “Aku tidak akan mati, bodoh.”

Tidur saja kau jangan banyak bicara!”

Siapa kau menyuruh-nyuruh aku, sialan?

Jungwoo melotot padanya. “Mau mati?”

Aku sudah hampir mati dan kau mau membunuhku, Woo?”

“Yeah, jika itu maumu.”

“Mauku adalah kau enyah.”

“Bangsat!”

Tawa Yuta terdengar keras di kepala mereka. Yuta terdengar terlalu riang untuk seseorang yang hampir mati kemarin.

Johnny tersenyum kecil mendengar perdebatan mereka. Sepertinya mereka memang baik-baik saja. Setidaknya dia bisa sedikit mengurangi kekhawatirannya. “Aku memang tidak bisa membawakan seorang healer ke sini, tapi aku akan minta seseorang membawa makanan untuk kalian―”

“Kau yakin Jaehyun tidak akan marah?” tanya Jungwoo.

Johnny mengangkat bahu masa bodoh lalu pergi.

Jungwoo dan Yuta menatap punggung Johnny yang menjauh dan menghilang di balik pintu sambil sama-sama mendesah.
Jaehyun bagi mereka memang Alpha yang baik selama ini, meski terkadang masih sering bersikap kekanakkan dan egois. Apalagi jika melihat seminggu kebelakang dan terlebih kejadian kemarin.

Ini memang pemikiran yang sangat tidak dibenarkan, tapi tetap saja, bagi mereka ada sosok yang jauh lebih cocok untuk menyandang status itu daripadanya.

Dan itu adalah dia.

Ya. Seandainya saja.

***

Jaehyun menggerutu begitu merasakan Taeyong menutup ikatan mereka secara satu arah.

Kenapa dia melakukan ini?!

Kenapa dia bersikeras keras melawan ini?!

Di dalam sana, sisi serigala Jaehyun merengek marah sekaligus kesakitan. Jujur saja, Jaehyun sendiri tidak nyaman dengan perasaan baru ini, apalagi dengan rasa sakit dari luka yang dia rasakan dari matenya. Setiap detik, ini semakin menyulut kemarahannya.

GrowlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang