PART 1 - { Don't Let Me Go }

750 14 0
                                    

Hujan…

Biarkan hujan ini membasahi mengguyur seluruh tubuhku. Hancurkan semua penat yang kurasakan. Coba berteriak, menangisi, meratapi diri yang seakan tak pernah punya arti. Tak taukah kamu tanpa dirimu hatiku hampa, kosong, bagai hidup tak bernyawa, hilang bersama kepergianmu Greyson. Sekuat apapun ku coba berlari dari kenyataan bahwa bukan aku lagi yang mengisi hari-harimu. Aku tetap tidak terima, aku terlalu bahkan sangat mencintamu. Apapun akan aku lakukan untuk membuktikan bahwa hanya kamu yang ada di hatiku termasuk mati kedinginan dibawah hujan deras ini, berharap kau kembali, kembali bersamaku. Namun hatiku terlanjur patah bahkan hancur berkeping-keping karna pengkhianatan yang kamu lakukan terhadap cinta kita. Kenapa kamu duakan aku, dan lebih memilihnya. Menganggapku tak lebih baik darinya.

Tak sadarkah kau, aku punya cinta tulus untukmu. Badanku terlonjak oleh sentuhan di bahuku, menyadarkan alam bawah sadarku. Setelah ku menoleh ternyata Kendra sahabatku “Ngapain Sya kamu ujan-ujan begini bukannya neduh malah bengong, ayo  pulang sini aku payungin”, sepanjang jalan aku hanya menunduk tak mendengarkan semua yang ia introgasikan kepadaku tentang kebenaran gosip yang ia dengar bahwa aku dan Grey putus karna orang ketiga.

            Setibanya di rumah keinginan ku hanya satu berharap hari esok cepat tiba, aku sudah memutuskan untuk akhiri kesedihan ini, aku ingin segera bicara kepadanya bahwa aku ingin kembali padanya jika perlu aku berlutut dihadapannya memohon kepadanya agar mau bersamaku kembali dan meninggalkan perempuan itu.

“Grey” suaraku parau memanggilnya saat di kelas, aku hanya mampu menatapnya ketika ia menoleh ke arahku. Aku membisu, terpatung, lidah ku kelu tak mampu meneruskan perkataanku. Dia terus menatapku dengan tatapan penuh Tanya, namun aku malah berlari meninggalkannya dengan hati terus berbicara aku merindukanmu, rindu kamu disampingku seperti dulu. Aku kelelahan berlari nafasku tersengal-sengal. Bodoh fikirku untuk apa aku memanggilnya? Untuk apa aku mengejar cinta seseorang yang telah mencampakkan serta membuangku? Aku menangis, menangis bukan karna tak mampu berkata saat dihadapannya, namun aku menangisi kebodohanku.

***

Istirahat ini aku memilih duduk di bangku lapangan bola basket, tempat ini mengingatkanku pada sosok Grey yang saat itu sedang bermain bola basket dengan teman-temannya sedangkan aku di bangku ini selalu memperhatikannya, setiap gerakan lincahnya mengoper bola dan memasukkannya ke dalam ring basket, ya aku terpesona akan permainannya, ketampanannya dan pesona kharismatiknya. Walaupun baru kelas satu SMU Grey dipilih menjadi kapten dalam tim basket karena keahliannya, selain itu dia begitu digilai oleh para siswi di sekolah ini banyak fans tak terkecuali senior kelas dua dan tiga yang mencoba merebut perhatiannya dengan cara membawakan minuman untuk Grey ataupun sekadar meneriaki namanya untuk memberikan semangat. Sedangkan aku, gadis kutu buku dan kuper hanya memperhatiakannya duduk manis di bangku ini hingga suatu hari Grey tanpa sengaja melemparkan bola ke arah kepalaku dari sanalah dia mengenalku dan menanyakan namaku, kemudian setiap selesai latihan basket dia selalu menghampiriku dan kita berbincang walau tak lama, “aku suka kamu nesya” kalimat itu akhirnya terlontar dari bibir tipisnya. Teduh aku memandang tatapan matanya, senyum menawan terlukis diwajahnya.

“Woi..ngelamun mulu, nih coklat hangat untuk ngilangin kegalauan” Kendra datang menghancurkan lamunanku, lalu menyodorkan gelas plastik berisi coklat hangat yang dibelinya di kantin, kemudian aku mengambil dan meminumnya “Thanks Ndra” aku coba paksakan senyum ini mengembang, “Ngaca tuh wajah kamu, persis kaya’ mayat hidup tau, pucat, mata sembab dan ada lingkaran hitam disekeliling mata, kamu ga tidur-tidur Sya?” lagi-lagi hanya ekspresi tersenyum yang aku paksakan keluar, “Aku dari tadi nyari kamu, ternyata kamu disini Sya”, akhirnya aku pun berujar “Aku kangen Greyson Ndra, tempat ini dulu begitu indah hingga tiga hari lalu tempat ini seperti tempat angker,  di bangku ini aku kenalan dengan Grey, di tempat ini juga dia nembak aku namun ntah setan apa yang merasukinya hingga dia sampai tega mutusin aku tanpa alasan, dengan mudahnya ia berkata kita putus aku udah punya cewek baru terus ninggalin aku gitu aja, padahal selama sebulan kita jadian ga pernah sekalipun bertengkar, salah aku apa Ndra?” Kendra berusaha menenangkanku dengan menggenggam jemari tangan kananku “Kamu cantik, jangan pudarkan kecantikanmu dengan menangisi sesuatu yang tak nyata” TENG TENG TENG “Masuk yuks udah bel Ndra, aku mau ganti baju olahraga dulu ada pengambilan nilai voli nih”

Aku menyusuri lorong sekolah dengan langkah kaki yang lamban tak peduli dengan suara pluit Pak Andre yang membekakkan telinga, ketika melewati kelas Grey aku terdiam tak ku teruskan langkah kakiku aku  menatap kelas Grey berharap dia keluar dari kelasnya kemudian memelukku erat, hingga terdengar suara memanggilku dan aku sadar itu suara Pak Andre yang sedang memarahiku “Nesya. Apa yang kamu lakukan, kamu ingin ujian praktek atau tidak?”. Aku tak semangat ketika giliranku tiba hingga akhrirnya nilai praktekku hanya 64 dan aku buru-buru lari menuju kelas sengaja memisahkan diri dari teman-temanku yang terus menggosipkan aku, aku memilih menghindari mereka yang sama sekali tidak mengerti kesedihanku.

Setibanya di kelas aku ingin mengambil seragam sekolahku, aku ingin ganti baju di toilet cewek dan membasuh wajahku, namun saat melintas di toilet cowok tanpa sengaja telingaku menangkap beberapa suara cowok menyebut nama Grey sambil tertawa, aku penasaran, diam-diam aku menguping mendekatkan telingaku pada daun pintu dan terdengar suara “Sial uang gw abis untuk taruhan sama Grey, gw ga nyangka Grey mau jadian sama cewek culun kaya’ Nesya dan bisa bertahan sampai satu bulan” seketika telingaku panas, darahku naik hingga ubun-ubun kemudian GUBRAK pintu toilet cowok ini pun terbuka tanpa aku pedulikan bahwa yang di dalam sana adalah cowok, “Maksud kalian apa? Taruhan? taruhan apa?” air mataku deras tak mampu ku bendung, “Iya kita berenam taruhan karena Grey udah berhasil macarin lo selama sebulan ini dan ini uangnya mau kita serahin pulang sekolah nanti”, darahku semakin mendidih dan air mataku semakin deras mengalir, aku berlari meninggalkan keempat cowok itu, aku berlari dan terus berlari menyusuri lorong, aku ingin bertemu Grey saat ini juga, menghampirinya di kelas. Ku ketuk pintu kelas, ku lihat Pak Anwar guru matematika yang terkenal killer sedang mengajar dan aku tidak mempedulikan keberadaannya, aku berlari menuju bangku dimana Grey duduk aku menangis sejadi-jadinya hingga suaraku tak terdengar jelas “aku sayang kamu Grey, aku cinta kamu, sangat sangat sangaaaat, tolong dengarkan kata hatiku yang selalu memanggil namamu mengatakan aku cinta kamu dengan tulus, kamu hanya mempermainkan perasaanku, mencabik-cabik hatiku dengan semua kesemuan, membuatku terbang melayang dengan menjadi pacar seorang yang sangat popular di sekolah ini namun semua itu jauh lebih indah dari pada cara konyol kamu yang pura-pura cinta aku” sebenarnya masih banyak yang aku ingin katakan namun suara deheman Pak Anwar menghentikan kalimatku dan melirik ke arah Grey, seakan tatapan matanya mengisyaratkan kepada Grey untuk giliran berbicara “Sya, sebenarnya aku ga ingin melakukan ini, niat aku cuma membantu seseorang, bukan karena uangnya Sya” aku bingung, sandiwara apa lagi yang Grey lakukan fikirku “Maksud kamu apa Grey? Seseorang siapa maksudmu? Cukup semua teka teki ini” tiba dari arah belakang ada seseorang yang membalikkan badanku kemudian memelukku dengan erat hingga aku kesulitan bernafas “Semua ini salah aku Sya, aku yang memohon kepada Grey untuk mendekati kamu dan menjadi pacar kamu, aku sebagai sahabat kamu dari kecil sedih melihat kamu yang sebelumnya tidak pernah jatuh cinta pada pria manapun hanya mampu memandang cinta pertama kamu tanpa berani mendekatinya” Aku kaget setengah mati dengan ucapan Kendra, dia sahabatku tapi tega-teganya melakukan ini “Tapi kenapa harus taruhan Ndra?” lalu Kendra membelai rambutku. “Karena saat aku berbicara kepadanya ada teman-teman satu timnya dan mereka semua mencoba membujuk Grey supaya mau membantu aku dengan cara taruhan, sebenarnya taruhan itu Cuma ide spontan Sya” aku coba lepaskan pelukan Kendra menatap matanya dengan tatapan dalam “Aku ga tau Ndra harus berterimakasih ke kamu atau aku harus marah sama kamu, yang aku tau aku serius aku sungguh-sugguh cinta sama Greyson, hatiku sakit Ndra nerima kenyataan pahit ini bahwa sebenarnya cintaku bertepuk sebelah tangan, namun kenapa harus dengan cara seperti ini aku menyadarinya” detak jantungku berdetak sangat cepat bahkan lebih cepat dari setelah aku berlari 400 meter, nafasku tak beraturan, sesak, kepalaku pusing, otakku buntu, bibirku kelu, tanganku dingin, redup makin redup penglihatanku dan akhirnya semua serba gelap.

***

                                                                  ---TO BE CONTINUE---

YOU'RE THE ONE FOR MEWhere stories live. Discover now