PART 2 - { My fears, My happiness, My first love }

269 12 0
                                    

Aku berusaha membuka jendela ke dua mataku, namun yang kulihat semua serba putih di ruangan ini. mmm..kepalaku terasa pusing dan berat. ”Pagi gadis cantik” suara seseorang menyapaku. Aku mencari sumber suara itu dan kulihat Kendra sedang menyunggingkan senyumannya. “pagi Ndra” jawabku singkat, aku sebenarnya masih malas berbicara dengan satu-satunya sahabatku dari SD ini, entah sikap apa yang harus kutunjukkan padanya, yang aku tahu saat ini hatiku benar-benar hancur berkeping-keping, ingatanku akan kejadian di sekolah kemarin membuat dadaku seperti tertindih beban berat, sangat sesak hingga tanpa ku sadari air mata membasahi pipi kananku dan Kendra mencoba menghapusnya dengan sentuhan lembut dan membelai rambutku, alih-alih ingin  menenangkanku malah air mata ini semakin deras mengalir dan isak tangisku pun tak mampu ku redam, “Besok aku ingin pergi ke Washington Ndra, aku ingin menenangkan diriku sejenak” entah ide mana aku berfikiran  untuk pergi dari kota los angeles ini, kota ini kota kelahiranku, banyak kenangan manis sejak aku kecil namun saat ini aku ingin menjauh dari kota ini, yang aku tahu aku hanya ingin menutup lembaran kisah cinta pertamaku yang kurasa sangat menyedihkan. “pasti semua ini gara-gara aku ya Sya? Aku minta maaf, niatku baik ingin membuatmu tersenyum, aku menyesal telah membuat skenario gila ini” Kendra menggenggam erat kedua tanganku dan menampakkan wajah penuh penyesalan sedangkan aku coba menggelengkan kepalaku dan mencoba tersenyum seraya berucap “aku malah seharusnya berterima kasih kepada kamu Ndra, karena tanpa kamu Greyson cowok keren itu mana mungkin mau mengenalku dan bersedia mengisi hari-hariku dengan senyum dan tawa, aku bahagia Ndra lebih tepatnya aku pernah merasakan kebahagiaan bersamanya” aku sadar ucapanku ini terdengar naïf namun aku tak ingin menunjukkan kekecewaanku dihadapan Kendra karna selama ini dia selalu ada untukku, “Ndra, besok kamu ada waktu? Aku minta tolong sama kamu nganterin aku ke stasiun ya, please” aku memasang wajah manjaku kepadanya dan hanya anggukan kepala yang dia tunjukkan sebagai tanda setujunya.

***

Bolak-balik aku menatap arlojiku memperhatikan detak jantungku sedangkan Kendra terus menceramahiku tentang apa saja yang harus aku lakukan di Washington, tentang jadwal makan dan minum obatku yang tidak boleh telat, jangan terlalu capek di sana dan masih banyak hal yang ia nasihati. Hingga akhirnya kereta yang aku nanti tiba, Kendra membantuku membawa koper, entah saat itu hatiku berat untuk melangkah karna aku tau sejauh apapun dan kemanapun kaki ku melangkah hati ku tetap tertinggal di sini.

Setibanya di dalam kereta aku mencocokkan tiketku dengan nomor kursiku dan aku  pun menemukan tempat dudukku dan saat aku ingin merebahkan badanku di kursi Kendra tiba-tiba membalikkan tubuhku dan memelukku erat sama persis dengan yang ia lakukan dua hari lalu di kelas, kami sama-sama membisu namun saat itu aku menemukan kedamaian dan arti sebuah persahabatan dalam dirinya, wangi tubuh dan hangat tubuhnya membuatku tenang dan tak ingin melepaskan pelukannya hingga akhirnya terdengar suara memanggil namaku, suara yang mengusikku dan mencoba melepaskan pelukanku dari Kendra, aku tergagap ketika melihat sosok di sisi kananku, aku mengenal mata coklatnya, bibir tipisnya, dan rambut coklatnya yang lurus, aku kenal sosok itu, sosok yang telah mengenalkanku tentang cinta dan membuatku membenci akan perasaan cintaku sendiri.

“Nesya, izinkan aku untuk menemani liburan kamu sebagai permintaan maafku” aku benar-benar dibuatnya bengong atas ucapannya “what?” kata itu meluncur spontan dari mulutku “ia mulai detik ini aku akan menemani kamu, aku juga teman duduk kamu selama perjalanan ini  karena nomor bangku kita sebelahan Sya” detik itu juga aku menatap tajam mata Kendra dan menggerutu dalam hati skenario apa lagi yang dibuat Kendra? Sandiwara apa lagi yang akan mereka lakukan? Berapa banyak uang yang mereka taruhkan untuk melihat sad ending kisahku? Kendra seakan mengerti makna tatapan mataku dia pun mulai berceloteh “kehadiran Grey saat ini bukan taruhan kok Sya, bukan skenario aku agar kamu bisa dekat dengannya juga bukan sandiwara kita, Grey saat ini menampakkan dirinya dihadapan kamu dengan niat yang tulus dan ikhlas untuk menemani liburan kamu, sebenarnya kemarin saat kita beli tiket kereta aku diam-diam memesan tiket untuk diriku untuk nemenin kamu di sana tapi semalam Grey nelepon aku, dia menyesal Sya dan dia menawari diri untuk nemenin kamu sebagai penebus semua kekhilafan kita dan aku fikir bukan aku yang layak menemani kamu dan membuka lembaran cerita yang indah Sya” aku bingung hatiku terus menimbang-nimbang segala hal termasuk hal terburuk yaitu Grey mencampakkan aku lagi, aku tak bisa memutuskan apakah Grey boleh ikut dalam kepergianku, cukup lama aku berfikir keras dan suara jeritan kereta pertanda kereta akan segera melaju pun terdengar memekakan gendang telingaku “tapi Ndra” akhirnya aku bersuara namun kulihat Kendra tergesa-gesa menjauhiku dan berjalan setengah berlari menuju pintu keluar aku pun berusaha mengejarnya aku berusaha memeluknya sejenak seraya berkata “aku takut Ndra” dan terasa kereta mulai melaju pelan Kendra pun melepaskan pelukanku “tenang aja gadis cantik, nikmati liburanmu, Greyson sudah berjanji nggak akan membuat kamu menangis lagi, jika dia berani membuat kamu menitikkan air mata walau hanya setetes aku akan membunuhnya” kendrapun mencium keningku dan dia buru-buru loncat dari kereta yang tidak lagi melaju dengan pelan, aku melihatnya hampir nyaris terjatuh dan aku pun meneriaki namanya berulang kali ingin rasanya aku ikut loncat untuk turun dari kereta ini karena aku tak tahu harus bersikap apa kepada Grey namun kondisi fisikku belum kuat, semakin lama semakin kecil aku melihat Kendra dan menjadi sebuah titik lambat laun titik itu tak lagi terlihat oleh pandanganku.

Aku pun berjalan melewati deretan kursi di depanku, langkahku lunglai dan ketika aku tiba dibangku, aku sempat terdiam beberapa detik dihadapan Grey, jantungku memompa lebih cepat dari biasanya aku deg-degan menatap mata coklatnya “permisi” hanya itu yang mampu kukatakan, aku pun duduk dibangku dekat jendela, aku alihkan pandanganku ke gedung-gedung pencakar langit yang yang seakan-akan berlomba menembus indahnya langit di Los Angeles namun otak dan hatiku masih belum mampu menerima kehadiran seseorang yang saat ini bersamaku apalagi dengan jarak sedekat ini, hatiku terus bergemuruh ingin rasanya aku memaki diriku sendiri yang salah mencintai seseorang. “Nesya, are u okay?” Grey memecah lamunanku, spontan aku jawab “nggak apa-apa cuma ngantuk aja, aku tidur dulu ya Grey” aku mengucapkan kalimat itu tanpa memandang wajahnya karena aku takut semakin cinta jika memandang keindahan wajah yang telah diciptakan tuhan dengan sangat sempurnanya, aku coba pejamkan mataku berpura-pura untuk tidur, aah rasanya aku ingin mempercepat waktu bukan karena aku ingin cepat tiba di Washington namun karena aku tak mampu mengendalikan segenap emosi jiwa terhadap seseorang disebelahku, Oh tuhan tiga jam berlalu dengan sangat lambat, entah mengapa detak jam tangan yang ku dengar melebihi lambatnya jalan siput.

***

Kamar ini unik, aku terpesona dengan ide kamar loteng ini, kamar loteng dengan atap kayu berbentuk melengkung berwarna coklat tua dengan satu jendela di sisi kanan atap, dinding berwarna putih, sprei bercorak bunga mawar merah dan di sisinya terdapat meja kecil di atasnya ada vas bunga berisi air serta setangkai mawar putih yang masih segar bertengger di sana, sofa putih dengan meja kayu berwarna putih dan karpet berbahan bludru berwarna putih semakin mempercantik ruangan ini, aku  nyalakan AC dan aku rebahkan diriku pada kasur empuk ini, hidungku sengaja ku biarkan menghirup dalam-dalam nafasku karena aku suka dengan wangi pewangi mawar di kamar ini, nyaman fikirku. Tok tok tok suara terdengar dari pintu, aku buka pintu itu, ku lihat kak Alexa tersenyum manis kepadaku , Kak alexa adalah kakak kedua Grey mereka mempunyaai kemiripan dalam wajahnya, sama-sama mempunyai mata coklat dan bibir tipis namun rambut kak Alexa ikal dan berwarna pirang. “Kamu menyukai kamar ini Sya? Kamar ini Grey yang desaign loh” mendengar pengakuan itu aku tiba-tiba batuk, aku tersedak oleh ludahku sendiri, tak percaya mantanku, lebih tepatnya cowok playboy yang berpura-pura menjadi pacarku dulu itu mempunyai sisi romantis, “Aku senang kamu bersedia tinggal di sini Sya, sejak 4 tahun lalu Grey dan orang tua ku pindah ke Los angeles karena daddy pindah tugas dan kak tanner satu tahun kemudian kuliah di new York aku kesepian Sya di rumah sebesar ini.” Aku pun tersenyum kepada kak Alexa, yah aku berada di rumah ini setelah mengalami perdebatan dengan Grey saat turun dari kereta, rencananya aku ingin meyewa sebuah kediaman di Washington selama tiga minggu, aku sudah searching di internet dan aku menemukan kediaman yang asri di pinggiran Washington dan sempat menelepon pemilik rumah tersebut namun rencanaku gagal saat Grey terus merayuku untuk tinggal di rumah masa kecilnya.

***

Aku lalui hari-hariku di kota ini bersama kak Alexa dan Grey dengan penuh canda tawa karena kak Alexa berusaha mencairkan hati dan suasana yang mencekam antara aku dan Grey, kami sering bermain di taman kompleks meski hanya sekadar bermain sepeda ataupun bermain basket, pergi renang ataupun ke taman hiburan. Aku di sini juga belajar masak, ternyata Grey sangat jago masak makanan jepang seperti sushi dan mie ramen yang begitu membuat lidah ku tak mampu berhenti mengecap merasakan lezatnya makanan yang di sajikan Grey, aku ketagihan untuk terus nambah sejak awal aku mencicipinya. Kebersamaan ini membuatku semakin mencintainya, kepergianku untuk ke Washington agar aku bisa menghapus rasa cintaku ternyata pilihan yang salah. Aku terjebak dalam situasi dan kondisi seperti ini, aku tak bisa menjauh darinya, justru kepergianku ke kota ini menjerumuskanku ke dalam cinta yang sesungguhnya, tak hanya mengagugumi wajahnya yang mempesona dan berkharisma namun aku semakin tau sosok aslinya, kelembutannya, carenya dalam menjagaku, dan sisi romantisnya yang ia tunjukkan dengan membangunkanku saat mentari menunjukkan pesonanya, dia selalu membangunkanku dengan cara lembut mengusap rambutku mendekatkan setangkai mawar yang baru di petiknya ke hidungku hingga aku benar-benar merasakan ketenangan dari wangi bunga mawar itu dan saat ini sudah ada 13 tangkai mawar yang layu dan mulai mengering yang aku kumpulkan di selipan lembar kertas buku diaryku berarti sudah dua minggu aku berada di sini bersamanya..oh Grey aku bener-benar jatuh cinta padamu.

                                                                                             ***

                                                                           ---TO BE CONTINUE---

YOU'RE THE ONE FOR MEWhere stories live. Discover now