1 - NORMAL

1.4K 54 58
                                    

TAHUN 2022
.
.
.

"WAKE UP MY LITTLE PRINCESS!" Aku mengerjakan mataku perlahan saat mendengar seseorang memanggilku.

"Ayo bangun Vero! Berhentilah membuat pulau di atas kasurmu!" Ck. Lebih tepatnya dua orang.

"Iya,aku sudah bangun! Jangan berisik!" Ucapku setengah sadar. Perlahan aku berjalan menuju kamar mandi sambil menarik handukku.
Namaku adalah Veronica Hazel. Aku adalah putri bungsu dari keluarga Hazel. Umurku masih 10 tahun. Dua orang yang tengah meneriakiku dari luar kamarku adalah kakakku. Kakakku yang pertama bernama Leonardo Hazel dan yang kedua bernama Gheo Fernando Hazel. Walaupun mereka menyebalkan tapi aku sangat menyayangi mereka.

"Akhirnya kau bangun juga." Ucap Gheo saat aku sampai di meja makan. Aku hanya memutar bola mataku tak peduli dan mengambil roti yang menjadi sarapanku.

"Cepat habiskan,hari ini aku ada kelas dengan Mrs.Annie. Bisa-bisa nyawaku melayang jika aku berani terlambat." Seru Leo. Aku dan Gheo saling bertatapan dan mulai tertawa pelan.

"Bukankah kau genius?" Goda Gheo. Leo memandang kami dangan sorot mata menyeramkan. Aku dan Gheo yang seakan mengerti menarik piring kami lebih dalam dan segera melahap semua yang ada disana. Kakak sulungku ini memang taat aturan dia sangat berbeda denganku dan Gheo.

"Oh iya,bagaimana tugasmu kemarin?" Tanya Gheo padaku.

"Leo membantuku menyelesaikannya." Jawabku sambil tersenyum lebar.

"Cih,jangan sombong kau." Ucap Gheo sinis pada Leo. Karena Leo menatapnya dengan tatapan bangga.

"Sepulang sekolah aku akan mengajarkanmu gerakan baru dalam judo agar kau lebih hebat lagi." Perkataan Gheo membuat mataku terbelalak. Seketika aku pun langsung beremangat. Gheo adalah atlet judo. Dia sangat hebat dalam bela diri itu.

"Kau benar-benar akan mengajariku lagi?" Ucapku tak percaya.

"Tentu,bukankah aku selalu mengajarkanmu saat kau memintanya?" Ucapnya menggoda. Aku menggeleng cepat untuk menjawabnya.

"Kau selalu menolakku." Perkataanku langsung membuat Leo meledakkan tawanya. Tapi ketika ayahku menatap wajahnya. Dia langsung menghentikannya.

Brak!

Sebuah kepalan tangan besar mendarat tepat di samping piring Leo membuat meja makan kami sedikit bergetar. Diikuti dengan geraman ayahku yang membuat kami semua terdiam. Hei! Ada apa dengannya?

"HENTIKAN KEGADUHAN INI!" Bentaknya. Aku pun menundukkan pandanganku. Sekarang selera makanku langsung hilang.

"Oh ayolah ini masih pagi. Tak bisakah kita bersikap seperti keluarga yang wajar?" Sahut Gheo santai sambil melahap rotinya. Tiba-tiba tangan besar itu mendorong kepalanya ke piringnya. Wajah Gheo mulai berantakan karena tercampur dengan minyak dari roti yang ada di piring. Leo yang melihat hal itu langsung menyiram tangan ayah dengan minumannya.

Prang!

Ayah merebut gelas di tangan Leo dan melemparkannya ke lantai.

"Jangan pernah menyentuh adikku dengan tangan kotormu." Ucap Leo dengan wajah yang mulai memerah.

"Aku baik-baik saja,Leo." Balas Gheo sambil membersihkan sisa makanan di wajahnya dengan tisu. Aku hanya terdiam tanpa berani bicara. Ayah dan Leo saling bertatapan selama beberapa saat. Aku takut ayah akan lepas kendali dan memukul kakakku lagi.

"Dasar bocah-bocah sialan!" Umpatnya seraya meninggalkan meja makan.

"MAILEY!" Ayahku berteriak untuk memanggil ibu. Aku menarik nafas berusaha untuk menenangkan diri. Gheo yang mengerti dengan kegelisahanku langsung mengusap kepalaku dengan perlahan. Aku tersenyum tipis lalu tersenyum tipis ke arahnya.

"Semua akan baik-baik saja." Ucapnya pelan. Aku mengangguk dalam diam.

"Tolong bersihkan sisa minyak di wajahnya sebelum berlagak sok keren." Ucapan Leo membuatku tertawa kecil. Bodoh,dia tidak bisa melihat situasinya.

"Ck. Kau saja hanya diam dan bertatapan dengannya. Kalian seperti adegan di film-film ketika sepasang kekasih bertemu." Goda Gheo sambil tertawa.

"Dasar bodoh." Umpat Leo sambil berdiri dari kursinya. Aku hanya tertawa kecil mendengar perdebatan mereka. Beginilah saudaraku,mereka tidak takut apapun. Bahkan dengan pria itu. Pria yang tidak ingin kusebut namanya.

***

"Astaga Gheo..." Seperti biasa semua gadis akan terpikat pada Gheo.

"Leo benar-benar tampan." Tentu saja dengan Leo juga.

"Gheo sangat bersinar hari ini." Bisikan-bisikan semacam itulah yang selalu kudengar saat berjalan di koridor sekolah bersama mereka berdua. Sebenarnya aku sangat malu mendengar perkataan itu. Maksudku untuk apa seorang gadis menggoda laki-laki seperti itu. Bahkan terkadang ada beberapa gadis yang memberanikan diri untuk menyatakan cinta pada mereka di depan semua orang.

"Gheo bisa kau terima ini." Aku menatap surat berstiker hati itu dengan diam. Terlihat sangat jelas bahwa benda itu adalah surat cinta. Lihat,inilah contohnya. Aku mengalihkan pandanganku ke arah Gheo. Dia hanya mematung tanpa bicara. Aku tak bisa membaca pikirannya. Dia hanya diam selama beberapa saat lalu kembali melangkahkan kakinya untuk meninggalkan gadis itu. Dan seperti biasa aku dan Leo yang harus menghadapi para gadis ini. Leo menghembuskan nafas melihat tingkah Gheo. Perlahan dia berjalan menuju gadis patah hati itu tapi aku langsung mendahuluinya.

"Titipkan saja padaku,aku pasti akan menyampaikannya pada Gheo." Ucapku dengan hati-hati. Gadis itu menatapku dengan sorot mata benci.

"Jangan sombong hanya karena kau bersaudara dengan mereka." Ucapnya dengan sedikit bentakan. Aku terkejut dengan sikap manisnya yang tiba-tiba berubah. Kurasa aku tidak mengatakan hal yang salah.

"Ck. Bahkan kau tidak bisa bersikap baik pada adik kami dan berpikir ingin bersama dengan orang itu? Jangan harap!" Ucap Leo sambil merangkul ku. Aku pun tersenyum membalas perlakuannya. Dia tersenyum manis ke arahku sambil mendorong tubuhku untuk memasuki kelasku.

"Oke kita berpisah disini. Jangan lupa jam 9 kita berkumpul di tempat biasa." Ucap Leo sambil mengelus kepalaku. Aku pun mengangguk.

Well,this time.

"Oh lihat,si buruk rupa telah datang." Ucap Claire diikuti tawa teman-temannya. Dia adalah ketua dari geng perundung di kelasku. Alasannya hanya karena dia menyukai Gheo dan aku adalah adik Gheo. Sangat tidak jelas,bukan? Oleh karena itu aku tidak ingin menghiraukannya. Aku pun menatapnya datar tanpa membalas perkataannya dan berjalan melewatinya.

"Beraninya kau mengabaikanku!" Bentaknya membuatku jijik. See? Gadis-gadis di sini benar-benar sinting. Tiba-tiba saja dia menarik rambutku. Sontak aku meringis karena tarikannya sangat kuat membuat kepalaku terasa akan botak.

"Bahkan aku kebingungan,mengapa Gheo dan Leo sangat tampan sedangkan kau benar-benar jelek. Kupikir kau adalah aib bagi keluargamu. Itu pun jika,kau punya keluarga. Ops!" Aku membelalakkan mata mendengar perkataannya. Kutarik rambutnya kasar hingga dia terjatuh ke lantai.

"Coba katakan lagi jika kau tak ingin aku meludahi wajah babimu itu." Ucapku datar sambil menahan tubuhnya di lantai. Dia berteriak sambil berusaha melepaskan tanganku.

"Vero! Apa yang kau lakukan!" Seru Mrs.Sonya dari depan pintu.

"Tolong aku! Vero menggila!" Ucap Claire sambil menangis tiba-tiba.

"Eh,kau benar-benar ingin menjadi korban? Baiklah." Ucapku sambil menyeringai tipis.

Cuih!

"AAAAHHH!" Claire langsung mendorong tubuhku saat ludahku menghiasi wajahnya. Aku pun tertawa tipis melihat kepanikannya.

"VERO IKUT KE RUANGANKU SEKARANG!" Bentak Mrs.Sonya padaku. Aku tersenyum tipis dan mengikuti langkahnya. Sepertinya aku akan dapat sedikit masalah.

##
TBC?
Dont Forget To Always Vomment
-Life For Dance
.COLD.

REVENGE 1 - THE DARKNESS IN THAT PRETTY FACEWhere stories live. Discover now