I suggest you to play the mulmed :p bacanya pelan-pelan aja biar bisa bayangin kejadiannya ya hehe
***
BRAAKKK
Sebuah tendangan keras tepat mengenai punggung laki-laki di sebelah kananku dan langsung membuat ia terlempar di atas aspal. Pukulan yang juga mendarat di tengkuk laki-laki satunya lagi pun membuat dia terjungkang sembari mengelus bagian yang dia rasa sakit.
"Aaaaarghhhh!!!" Aku menjerit tatkala melihat orang-orang yang memegangiku tadi tumbang menghantam bangku di warung kopi itu.
Kulihat ke belakang untuk mengetahui siapa oknum yang menendang preman-preman itu sampai terjatuh, ternyata orang itu adalah ...
FERO.
Oke, ini judulnya preman sekolah vs preman kampung.
Sontak setelah cengkraman dua orang itu lepas dari tanganku dan terjatuh menimpa teman-temannya, Fero pun langsung menarik tanganku untuk kemudian diseretnya dari tempat itu.
"Lari, bego!"
Aku pun mengangguk padanya untuk kemudian ikut lari bersamanya. Kulihat ke belakang untuk memastikan apakah preman-preman itu mengejar atau tidak...
Dan ya, mereka mengejar kami.
"WOI ANJING! JANGAN KABUR, LO!"
Fero semakin menarik lenganku kuat-kuat, aku sempat merintih kesakitan karna cengkramannya. Dia kemudian beralih untuk menggenggam tanganku dan tetap berlari. Kurasa ini lebih baik, walaupun ya ... kami harus terpaksa bergandengan satu sama lain. Kalau saja ini bukan adegan kejar-kejaran, aku pasti malas memegang tangannya.
Orang-orang berwajah sangar itu semakin dekat ke arah kami, mereka berempat sedangkan kami berdua. Terpikir dalam kepalaku bagaimana jika seandainya kami tertangkap oleh mereka. Lagian aku juga heran, Fero kenapa mengajakku berlari, sih? Bukannya dia jago berkelahi? Kenapa keahliannya tidak dia pakai untuk membela aku saja tadi?
"WOI BANGSAT! BERHENTI LO! GUE ABISIN LO NTAR!!!!"
Kami berlari melewati pemukiman padat penduduk sampai ke gang-gang kecilnya. Napasku mulai tinggal satu-satu. Aku sudah tidak tahan lagi melarikan diri dari orang-orang itu. Fero yang sepertinya tahu aku sudah lelah pun semakin menggenggam tanganku erat.
Adegan kejar-kejaran masih terus berlangsung. Langit ibukota sudah memerah menunjukkan senjanya. Sebentar lagi mungkin akan gelap. Sedangkan aku belum sampai di rumah dan sekarang terjebak dalam pengejaran orang-orang jahat itu. Aku merasa takut, sangat.
Fero terlihat mulai kelelahan. Aku melihat keringat anak itu jatuh satu persatu. Sesekali dia berhenti mengatur napasnya, namun tetap berlari memegang tanganku.
Warga di perkampungan itu hanya melihat kami dengan terheran-heran. Tapi anehnya, tidak ada yang melakukan apapun untuk menolong kami. Mungkin kejadian ini sudah lumrah untuk mereka saksikan.
Fero kemudian berhenti sejenak. Kepalanya beredar mencari sesuatu. Setelah dia menemukan apa yang ada dalam pikirannya, dia kemudian menarikku.
"Fer, mau ke mana?"
"Udah kita ngumpet di situ aja! Buruan, elaaah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fre & Fer (Sudah Terbit)
Teen Fiction[completed] [available on book stores] [winner of wattys 2017 category the new commers] Pertemuanku dengan Fero awalnya hanya sebatas kenal saja. Bahkan untuk berteman dengannya pun tidak pernah terbersit dalam kepalaku. Bukan karena aku tidak suka...