"I was busy trying to find myself, but i found you ... and then i lose myself"
Fresha Ainnabilla
***
HARI Minggu.
Suara alunan musik milik Maroon 5 menemani minggu pagiku yang cukup cerah. Aku sengaja menyalakan lagu itu dari pemutar musik laptop. Biasalah, untuk membangkitkan mood membereskan kamar hari ini. Kalau sambil mendengarkan musik, pasti lebih terasa menyenangkan.
Sayup-sayup kudengar suara Sendy dan Mama yang sedang menonton TV di ruang tengah. Mungkin mereka sedang menonton acara gosip pagi. Aku bisa tebak, pasti yang diberitakan adalah acara pertunangan Raisa dan Hamish. Secara lagi heboh gitu, aku sih biasa saja.
Kupandangi tumpukan baju yang tergantung di belakang pintu kamar. Semuanya masih terlalu bersih untuk dicuci. Tapi terlalu kotor untuk diletak ke dalam lemari. Mau dipakai lagi tapi beberapa hari sebelumnya sudah pernah. Benar-benar dilema. Ya sudahlah, dengan berat hati semuanya memang harus aku masukkan ke ember cucian.
Saat hendak mengambil tumpukan baju itu, aku melihat seragamku yang sudah dipermak oleh Michi kemarin. Tanganku pun tergerak untuk meraihnya, sekelebat pikiran berkecamuk di dalam kepalaku.
Aku pernah memakai seragam ini ke sekolah hanya untuk menarik perhatian Althaf. Tapi bukannya memuji, anak itu malah mengatakan bahwa aku terlihat aneh hari itu.
Memangnya salah kalau aku ingin terlihat lebih cantik sedikit saja? Memangnya cuma Alessia yang boleh jadi pusat perhatian cowok-cowok di sekolah? Memangnya kodratku cuma jadi Fresha yang biasa-biasa saja seperti kata Fero?
Terkadang aku tidak mengerti maksud laki-laki ini apa. Bukankah mereka adalah makhluk visual? Yang suka melihat sesuatu yang indah dan cantik? Tapi kenapa saat aku mencoba menjadi cantik, mereka malah menentang?
Aku mengambil sejumput rambut cokelatku, lantas memperhatikan tiap helainya yang diberi warna. Apa caraku salah? Apa perubahanku terlalu extrim?
Kurasa iya, sedikit.
Buktinya saja Fero dan Althaf tidak suka.
Tapi pertanyaanku, kenapa anak-anak yang lain seperti menerima saja? Kenapa satu sekolah malah takjub melihatku? Bahkan Reynold, Dion, Kemal, Galih dan David memujiku juga.
Tapi tetap saja rasanya lain. Maksudku, aku kan mengubah penampilanku demi Althaf. Percuma saja satu sekolahan menyanjung-nyanjung kalau anak itu malah mengatakan aku aneh.
Apa akunya saja yang salah mengartikan tatapan mereka? Sebenarnya mungkin mereka juga menganggap aku aneh, tapi tidak berani bilang padaku.
Apalagi Fero, seenaknya saja dia bilang kalau dia akan menggunting bajuku kalau aku masih tetap memakainya. Dia tidak tau apa? Chelsea saja kalau sekolah, kancing seragamnya seakan mau terlepas saking ketatnya. Chelsea itu anak hits sekolahku juga, tapi masih di bawah Alessia. Dia cuma menang semok. Wajahnya sih biasa saja.
Kriiiinggggg....
Ponsel di atas nakas itu berdering, aku segera melompat untuk meraihnya. Mataku memicing membaca banner di layar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fre & Fer (Sudah Terbit)
Teen Fiction[completed] [available on book stores] [winner of wattys 2017 category the new commers] Pertemuanku dengan Fero awalnya hanya sebatas kenal saja. Bahkan untuk berteman dengannya pun tidak pernah terbersit dalam kepalaku. Bukan karena aku tidak suka...