0.4 | Chapter 3

59 17 6
                                    

Kini Wendy sudah terpergok oleh Jinhwan karena telah mengikutinya. "Apa kau sudah mengikuti sejak tadi?" tanya Jinhwan yang kini berdiri di hadapannya.

"Kau bebas mau melakukan apapun padaku, asalkan jangan pernah menganggu kehidupan pribadiku," sambungnya parau sambil menundukkan kepalanya.

"Ck! Ayo." Wendy berdecak lalu menarik tangan Jinhwan pergi ke seberang jalan.

Ia membawa Jinhwan ke taman yang tak jauh dari tempat mereka berdiri, duduk di ayunan yang memang sedang sepi.

Wendy mengayunkan pelan ayunan yang sedang di naikinya, sedangkan Jinhwan hanya diam saja seolah tak menikmati situasi ini.

Hembusan nafas gusar terus terulang dari bibir mungil Wendy dan Jinhwan sedari tadi memperhatikan itu. Suasana sore ini cukup bagus tapi sedikit mendung menambah suasana canggung di antara keduanya, di tambah ini adalah kali pertamanya duduk santai bersama dengan Jinhwan.

Kaki mungil Wendy memberhentikan laju ayunannya, ia ikut berhenti seperti Jinhwan. "Siapa mereka?" tanyanya sambil menatap Jinhwan yang masih setia menunduk.

"Tidak penting, bahkan jika kau tau siapa mereka pun itu tidak ada hubungannya denganmu jadi jangan menanyakan hal yang tak berguna untukmu," balasnya masih tetap menundukkan kepala.

Wendy menggelengkan kepala sambil bertepuk tangan. "Wah, Jinhwan-ah. Wah.. Ku fikir kau tidak bisa berbicara sepanjang ini padaku."

"Hmm." Jinhwan hanya berdahem.

Wendy mengerucutkan bibirnya, sebal karena Jinhwan sangat kaku saat di ajak berbicara. "Oh ya, aku ingin bertanya lagi. Apa kau sangat tertekan dan merasa sangat terintimidasi saat aku merundungmu?"

"Menurutmu?"

Wendy mendongakkan kepalanya menatap langit. "Y-ya sepertinya begitu."

Jinhwan menoleh ke arah Wendy yang masih menatap langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jinhwan menoleh ke arah Wendy yang masih menatap langit. "Ku fikir kau sepenuhnya tak memiliki perasaan."

"Maafkan aku," gumam Wendy yang kini saling menatap ke arah Jinhwan.

"Aku punya hak untuk tidak memaafkanmu, kan?" sahut Jinhwan lalu kembali menatap lurus kedepan.

"Kenapa?" tanya Wendy tak paham.

"Apanya yang kenapa?" Jinhwan balik bertanya.

"Ya kenapa kau tidak mau menaafkanku?" tanya Wendy sekali lagi, namun Jinhwan tetap setia menatap kedepan.

"Jangan berbelas kasihan padaku, kau meminta maaf karena sudah membaca buku itu, kan? Karna kau tau aku memiliki penyakit mental," tebak Jinhwan membuat Wendy mengerutkan kedua alisnya.

The Target | Jinhwan x WendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang