x

10.7K 680 54
                                    

"Aria Tebing?" ulang Agung.

"Dia siapa?" tanya Gedang.

"Kakakku." Jawab Satria seraya berjalan menuju salah satu meja lalu menuangkan segelas air ke dalam gelas dan menenggaknya.

"Apa? Kakak...?"

"Iya. Dulu aku mempunyai seorang kakak yang bernama Aria Tebing. Dan ternyata dia juga masih hidup."

"Aku semakin tidak mengerti," kata Agung. "Bagaimana bisa kalian tetap hidup sampai sekarang?"

"Entahlah. Ini rencana Tuhan."

"Atau jangan-jangan semua orang dari masa lalu masih hidup sampai sekarang?" timpal Evita dengan mata terbelalak.

"Tidak. Itu tidak mungkin."

"Kenapa tidak? Buktinya kalian berdua masih hidup sampai sekarang. Bisa jadi masih banyak orang lain seperti kalian di luar sana," bantah Evita.

"Aku pengecualian. Tentang Kanda Aria... aku akan segera cari tahu."

"Ini semakin membingungkan. Bukan saja membingungkan tapi juga menakutkan. Pria itu ingin membunuh Gedang. Dia pasti berbahaya..." desis Evita.

"Itu juga yang aku pikirkan," kata Satria. "Dia ingin membunuh Gedang. Pasti ada sesuatu di balik semua ini."

"Pasti. Itu sudah jelas," kata Agung.

Gedang menghela nafas. "Tapi kenapa dia baru muncul sekarang...?"

"Itu juga yang menjadi pertanyaanku sekarang. Kenapa dia baru muncul sekarang? Kemana dia selama ini?"

Gedang dan Kedua orang tuanya menghela nafas berat.

"Masih banyak pertanyaan di benakku mengenai Kanda Aria lebih dari pertanyaan yang ada di benak kalian. Tapi aku janji akan mencari tahu jawabannya secepatnya. Untuk itu aku minta kerja sama kalian..."

"Kerja sama apa lagi??? Jujur, aku sudah muak dengan semua ini. Selama 17 tahun semenjak kelahiran Gedang, aku tidak pernah bisa benar-benar hidup tenang..." desis Evita.

Agung mengelus bahu istrinya yang mulai menangis.

"Apa yang harus aku lakukan agar anakku terbebas dari semua ini? Agar ia bisa hidup bahagia...hikss...."

"Ma..., udah. Semuanya akan baik-baik aja..." hibur Gedang.

"Maaf, Evita. Maafkan aku kalian semuanya. Aku juga tak menginginkan semua ini..."

"Kalau begitu bebaskan Gedang. Aku mohon..." Evita menatap Satria penuh permohonan.

"Aku sempat memikirkan itu ratusan kali. Berpikir untuk melepaskan Gedang...menjalani hidup sendiri atau meminta Tuhan untuk menjemputku... tapi kali ini, aku tak akan berpikir seperti itu lagi. Aku tak bisa meninggalkan Gedang. Bahkan aku harus bersama dia semenjak Kanda Aria muncul. Dia mengincar Gedang. Gedang dalam bahaya..." Satria menatap Gedang.

"Lantas bagaimana? Bukankah lelaki itu sudah kita amankan?"

"Iya..."

"Lantas apa lagi? Kita tinggal memanggil polisi dan menjebloskan dia ke penjara!" seru Evita.

"Tidak semudah itu. Penjara bukanlah tandingannya..."

"Lalu bagaimana? Penjara satu-satunya---"

"Dengar semuanya, yang kita hadapi bukanlah sosok yang nyata. Penyerang itu tidak tahu apa-apa..."

Semuanya---kecuali Satria---mengernyitkan kening.

"Ayo ikut aku. Aku tunjukkan pada kalian..." ajak Satria.

BANGSATWhere stories live. Discover now