The Zombie's 8

7.3K 1K 26
                                    

12 Januari xxxx. Pukul 01.49 p.m

JulianAlexandro POV

Keringat terus mengucur dari seluruh tubuhku. Satu melawan puluhan zombie itu sungguh melelahkan, apalagi aku harus membidik tepat di kepalanya. Beberapa kali tembakanku meleset karna waktu milikku sangat sedikit melihat begitu banyak zombie yang merangkak keluar dari tempat persembunyianya. Alhasil aku terus terpojok.

Aku menyeka keringatku dengan punggung tangan secara cepat. Aku menarik-membuang nafas. Zombie yang tersisa ada sekitar 10 zombie. Aku harus berpikir keras bagaimana caranya membunuh zombie-zombie ini dengan gerakan cepat dan tepat.

Mataku bergerak mengamati gerak-gerik mereka. Satu zombie yang berada di sisi kiri bergerak sangat lamban akibat kakinya yang bengkok tak berbentuk. Dia bisa di bidik terakhir. Zombie yang bergerak cepat dua berada di sisi kiri dan satu di kanan. Itu korban pertama. Dua zombie yang berada di tengah berada di belakang zombie tercepat. Korban kedua. Dan sisanya masih berada jauh di belakang meski gerakan mereka cepat. Korban ketiga.

Kulayangkan pistolku dan menembak tiga zombie yang kuamati pergerakannya cepat. Mereka tumbang seketika. Selanjutnya dua zombie yang di tengah, lalu empat zombie dan yang terakhir ialah zombie dengan kaki yang bengkok.

Berhasil! Mereka tumbang semua. Aku menyeringai melihat tubuh-tubuh mereka bergelimpangan di atas tanah. Aku mengusap wajahku sejenak dan kembali menuju tempat persembunyian Valerie.

Aku mendelik kaget begitu tatapanku tak mendapatkan sosok orang yang kutinggalkan. Sial! Dimana Valerie? Aku mencarinya di sekitar sini, berharap dia bersembunyi di tempat lain.

Nihil. Aku tak menemukannya di mana pun. Aku memukul pilar di sampingku kuat hingga akhirnya menimbulkan luka di sana. Aku merasakan kekhawatiran menjalar di seluruh tubuhku begitu Valerie tak kutemukan. Sebenarnya di mana dia?

Aku berjalan mencari-cari Valerie di kota yang berantakan ini. Semakin lama tak menemukannya semakin membuatku sangat frustasi. Bagaimana bisa ia tak ada di sana? Apa mungkin zombie mengejarnya? Aku segera membuang pikiran-pikiran negatif itu dari kepalaku.

Aku harus tetap mencarinya sambil terus berharap. Berharap agar dia kutemukan baik itu selamat ataupun tak selamat. Mataku berhenti melihat ada dua zombie yang tergeletak di jalan. Aku segera mendekatinya.

Kedua zombie itu nampak sudah mati karna tak bergerak sekalipun. Mataku meneliti pada bagian kepala yang lubang. Itu pasti luka tembakan. Aku segera yakin bahwa pasti Valerie yang melakukannya. Dan entah kenapa aku yakin ia masih hidup.

Aku melanjutkan perjalananku mencari Valerie. Aku meringis begitu melihat gedung-gedung tinggi megah kini sudah tak semegah dulu. Kaca pecah, bahkan sudah tak ada pintu yang terpasang. Sangat banyak kemungkinan ada zombie di sini.

"JULIAN!" Aku terkejut begitu suara itu terdengar. Itu Valerie. Aku sangat yakin itu suaranya, dan sekarang ia dalam bahaya.

Aku berlari mencari letak dirinya hingga tatapanku berhenti pada satu sosok perempuan yang kini terlihat akan segera menjadi mangsa zombie yang berdiri di depannya.

Di belakangnya juga ada dua zombie yang bergerak ke arah Valerie. Tak ingin menunggu lama segera kulayangkan pistolku ke arah zombie itu dan...

DOR!

***

ValerieJovita POV

Jantungku berpacu sangat cepat. Aku terus berdoa dalam hati berharap agar Tuhan menyelamatkanku dari bahaya ini bagaimana pun caranya. Aku tahu jika setiap manusia itu akan tetap sampai pada titik kematian, hanya saja aku tak ingin mati di mangsa zombie.

Tiba-tiba saja desisan zombie itu berhenti setelah suara tembakan terdengar. perlahan kubuka mataku dan terkejut melihat sudah tak ada zombie di depanku. Zombie itu kini nampak tak bernyawa tepat di sampingku.

"Kau tak apa, Val? Kau belum terinveksi kan?" Pernyataan beruntun keluar dari mulut seseorang.

Julian. Dia datang menyelamatkanku. Bibirku tak mampu bergerak untuk menjawab. Air mataku bahkan semakin menderas. Ia membantuku berdiri karna kedua kakiku terasa sangat lemah.

"Kau baik-baik saja, Valerie?" Ia kembali bertanya dengan nada panik. Semua tergambar dari tatapannya dan nada bertanyanya.

Aku mengangguk karna bibirku tak mampu menjawab.

"Syukurlah." Tatapannya melembut. Detik kemudian ia menarikku ke dalam pelukannya. Julian memelukku erat.

Aku kembali menangis dan membenamkan kepalaku di dadanya. Ia mengelus rambutku dengan lembut. "Kau baik-baik saja, Val."

"Jangan tinggalkan aku." Pintaku di sela tangisku yang belum meredam.

"Tak akan. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi."

Dalam hati aku bersyukur karna akhirnya Tuhan menyelamatkanku lewat Julian. Sungguh, bahkan melihat zombie itu dengan jarak yang sangat dekat sudah mampu melumpuhkan seluruh syaraf di tubuhku. Apalagi jika sampai aku menjadi korbannya. Aku bahkan tak mampu membayangkan kejadian yang sangat mengerikan itu.

Julian melepas pelukannya dan menatapku lembut. Tangannya bergerak menghapus air mataku. "Jangan menangis. Kita akan selamat."

Aku mengangguk, "Jangan tinggalkan aku lagi."

Julian tersenyum padaku. Dan entah kenapa, aku merasakan kenyamanan lewat senyumnya.

Ia mengambil tanganku dan mengaitkan kelima jarinya di tanganku, "Aku akan terus menjagamu."

Aku teringat sesuatu ketika kalimatnya selesai.

Keluargaku.

---
Wah, part 7-nya makin dikit yah. Moga aja part 8 lebih banyak pembacanya dari sebelumnya. ( aku nunggu loh )

Journey To The AirportWhere stories live. Discover now