Sean O'pry

13.8K 559 4
                                    

Seperti biasa, setiap hari minggu aku selalu mengunjungi supermarket untuk membeli bahan makanan yang kurang di apartemen sedangkan Elle, ia bekerja disebuah cafe mewah terletak tidak jauh dari sini. Pendapatannya cukup banyak disana dan aku selalu bergantung hidup kepadanya.

Hari ini aku akan mengunjungi cafe tempat Elle bekerja, tetapi nanti setelah aku selesai dengan urusanku dan barulah aku bisa kesana. Lagipula Aku sudah lama tidak kesana, biasanya Alvin-anak dari teman Elle bekerja-selalu berkunjung. Aku juga sudah lama tidak bertemu dengan Alvin. Oh ya Alvin juga memiliki seorang adik kecil bernama Clementine dan kita selalu bermain setiap bertemu.

Kemudian aku mengambil beberapa ikan kaleng yang tertata rapih di etalase lalu kembali mendorong troliku ke arah selatan untuk mengambil dua bungkus daging sapi yang didinginkan, Tak lupa juga beberapa bungkus kentang sebagai camilan.

Setelah seluruh belanjaan selesai diambil, lantas aku pun pergi kekasir untuk membayarnya dan sekarang semua belanjaanku sudah tersusun rapih di dalam kantong plastik. Sesudah itu, aku beranjak keluar dari supermarket dan berjalan ke arah trotoar menunggu taksi lewat disana.

Aku bersenandung sambil menatap langit yang mulai menggelap, awan hitam menggumpal menutupi sinar matahari pagi, perasaan tadi aku berangkat tidak segelap ini, ahh.. tak peduli, lantas kutolehkan saja wajah kekanan memastikan apakah taksi sudah datang untuk menjemput, namun bukannya taksi yang datang melainkan sebuah mobil merah berlambang kuda berdiri yang sedang berjalan kemari dan berhenti tepat dihadapanku. Aneh, apakah sekarang taksi berganti menjadi mobil mahal?

langkahku memundur ketika melihat pengemudi itu keluar dari dalam mobilnya dan saat itu pula mataku membulat sempurna, Supir taksi itu adalah pria yang menolongku di club malam. Aku mendongak melihat betapa tinggi dan gagahnya dia dan aku sangat bersyukur tidak memiliki masalah dengan indra penciuman karena aku mencium aroma maskulin dari dirinya. Mataku terus memuja ketampanan yang melebihi saat kutemui di club 3 hari lalu. Garis wajahnya tegas menafsirkan bahwa ia pria kisaran 25 tahun dan lihatlah kedua lesung pipi itu, berhasil menambah ketampanan yang sudah diatas rata rata. Dari sini aku bisa melihat jika tatapanya mengatakan bahwa ia adalah seorang pria berkuasa. Tuhan sedang berbahagia menciptakanmu Sean.

"Apa yang kau lakukan disini?" Bibir seksinya itu berbicara mengeluarkan suara bariton paling indah yang pernah kudengar. Mata kelabunya menatapku penuh sensasi, Eh.. tidak! Itu hanya pikiranku.

"Em.. membeli ini, lalu menunggu taksi" aku mengangkat salah satu bungkusan yang kubawa tak lupa mengikuti cengiran di wajah untuk mengurangi rasa kikuk yang menjalar diseluruh tubuh akibat tatapanya. Tolong berhentilah menatapku.

"Dimana Elle? Dan kau akan kemana?"
Lagi dan lagi suara bariton itu berbicara, sekilas aku tersenyum sebelum membalasnya.
"Di caffe. Aku akan pulang kemudian mengunjunginya nanti"

Ia mengangguk lalu tiba-tiba menarik tanganku. Seketika tubuhku bergetar dan jantungku berpacu. Oh god! Dia baru saja memegang tanganku walaupun tidak ada kesan romantis tapi yang terpenting tanganku pernah dipegang olehnya.

"Biar aku antar" ujarnya lagi membuat lututku lemas. Entah mengapa tubuhku merespon berlebihan jika berada di samping Sean. Yang benar saja! Ia adalah pria tampan. Siapa yang tidak mau berlama lama dengannya?

-

Cukup lama keheningan mengisi, membuatku merasa jengah berulang kali aku menoleh kearah Sean, namun ia masih tetap fokus menyetir hingga akhirnya aku pura-pura terbatuk dan barulah ia membuka obrolan.

"Namamu Katheryn Winnick bukan?"
Lantas aku mengangguk sembari menoleh kearahnya, tak ada yang ingin aku katakan aku hanya ingin menatapnya.

"Kau tak ingin mengenalku?"
Ia membalas tatapanku tapi hanya sekilas.

Dan kali ini aku mulai memberanikan diri untuk bertanya. "Siapa namamu?"
Well, aku sudah tau namanya. Ia sean, tetapi aku ingin tau nama lengkapnya.

"Sean O'pry"
Balasnya singkat masih dengan wajah datar. Aku tidak mengerti mengapa ia bisa sedatar ini. "So, bukankah sebentar lagi kau akan kuliah?" Imbuhnya.

"Aku masih kelas 2 SMA Mr O'pry"

"Panggil aku Sean saja"

Dan tiba-tiba ia memarkirkan mobilnya di depan apartemen. Tunggu, ia tau apartmenku? Oh tentu saja, pasti Elle yang sudah memberitahunya dan sejak kapan kita sampai? Oh seharusnya kau harus lebih fokus Kath, lantas aku mengambil barang belanjaan kemudian turun dari mobilnya.

"Thanks, um.. apakah kau ingin mengantarku ke cafe juga?" Tanyaku polos tanpa berpikir lagi membuat tanganku langsung mengarah kemulut untuk menutupnya, sial mengapa aku bisa menjadi gadis tidak tahu diri seperti ini.

"Sorry, maksudku kau boleh pulang dan terimakasih tumpangannya.. hehehe" ringisku sembari menyatukan kedua tangan memohon ampunan. Memang terkadang aku harus berlatih berbicara sopan terhadap orang yang lebih tua. Kau kubur dimana rasa sopanmu Katheryn? Dan Sean hanya menatapku datar tanpa mempedulikannya.

"Biar ku antar saja"

seketika cengiran lebar kutampilkan, ya seharusnya memang itu yang kumau karena ia telah berani beraninya memulangkanku maka ia harus berani juga mengantarku kemana-mana.

***

Sean berjalan santai dibelakangku dan sangat sibuk dengan handphone yang kutebak harganya mahal itu. Aku menyuruhnya duduk di sofa ruang tamu dan tak lupa menyiapkan kopi untuk menemaninya sedangkan aku akan mempersiapkan diri. Sangat tidak mungkin kan jika aku mengajaknya kedapur lalu kekamar untuk berganti baju? Tentuk saja tidak mungkin.

Setelah semua pekerjaan di dapur selesai, lantas aku menuju kamar untuk berganti baju. Aku memilih hotpants serta kaos dengan bagian dada yang sedikit rendah, entah mengapa rasanya sangat nyaman jika hanya menggenakan kaos oblong begini. Cukup aku merapihkan diri dan merasa puas, akhirnya aku memutuskan untuk keluar menemui Sean yang sudah menunggu.

"Em.. Sean"
Aku memanggilnya hati-hati takut jika ia merasa terganggu karena terlihat begitu sibuk mengecek handphonenya, lalu tak lama ia mendongak dan menatapku dari atas hingga bawah.

"Kau ingin menggodaku?"

Seketika kedua mataku membulat sempurna. Apa katanya? Menggodanya? Bahkan aku tidak tau cara untuk menggoda, bagaimana bisa ia melontarkan kata seperti itu?

"Sean aku.. apa maksudmu?" Rasanya sangat tidak percaya sekaligus tidak terima dibilang begitu. Lantas ia bangkit dan berjalan kearahku, aroma semerbak langsung menyeruak memenuhi hidung bahkan parfumku saja kalah wangi olehnya.

"Aku hanya bercanda tidak usah memerah begitu itu Cattie" tukasnya diiringi senyum miring mempesona dan apa? Ia memanggilku Cattie, nama yang lucu. Baiklah jika ia bercanda, aku masih bisa menerimanya.

"Cepatlah kau sangat lama" timpahnya lagi lalu berjalan mendahului. Ia benar benar wangi aromanya saja masih bisa kucium dari jarak beberapa meter dan untunglah jika ia tidak berinisiatif untuk melecehkanku disini atau berbuat mesum denganku. yah, walaupun terdengar mustahil karena sepertinya ia juga tidak mau denganku. Sudahlah tidak usah banyak berharap, ia melirikku karena aku keponakan dari Elle dan merasa kasihan bukan yang lain. Huft..
_______________________________________

-Rafaefazelt-

Adore You [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang