Time To Say Goodbye #44

787 65 16
                                    

"Kau tidak ingin memberitahuku?" celetuk Mama Roser sedang bersantai menatap layar kaca televisi menempel di atas tungku perapian, yang menampilkan acara gosip infotainment dengan satu kaki naik ke atas meja di depannya. Mungkin dia merasa lelah setelah baru saja memasak makanan untuk nanti malam. Mereka akan kedatangan tamu yang sangat spesial.

Marc hanya bisa menghembuskan nafas berat mendengar pertanyaan itu berulang kali. Ada sedikit perasaan mengganjal saat Marc ingin memutuskan untuk menceritakannya pada ibunya tersebut. Marc mematikan layar handphone-nya dan ikut menatap televisi.

"Aku tidak ingin mengecewakan kalian," balas Marc lirih karena mereka berdua duduk sangat berdekatan. Hanya ada mereka yang berdiam diri di rumah seharian itu. Alex dan Papa Julia juga Jose lebih memilih untuk pergi bertamasya dengan motocross mereka.

"Kau tidak pernah mengecewakanku, Marc. Tidak pernah sekalipun."

"Tapi kau pernah tidak setuju agar Jose menjadi temanku," balasan Marc sangat menohok. Mama Roser hanya bisa menggeleng kepala membenarkan dan menyalahkan sekaligus. Habis gimana sih...

"Tetapi tentang Mia, aku selalu setuju." Pembenaran Mama Roser sangat hebat. Ingat prinsip di dunia, wanita selalu benar.

Marc menelan ludahnya dan menarik nafas dalam bersiap untuk bercerita. Ia mengembalikan memori-memori sebelum kejadian dimana Mia tertabrak sebuah mobil sedan hitam yang tidak bertanggung jawab.

"Saat kalian pergi ke rumah kakek, hanya aku dan Mia di rumah. Aku sedang menonton televisi acara olahraga di kamarku, dia datang mengetuk pintu dan—" Marc memenggal kalimatnya karena ia tidak tahu apa yang harus ia jelaskan dengan kata-kata.

"Dan apa?" Mama Roser menatap Marc tajam dan penuh penasaran.

"Dan dia mulai menciumku dan—"

"Dan apa? Kau ini bisa bercerita atau tidak? Bahasa Inggris saja kau lancar kenapa bercerita dengan bahasa sehari-hari kau tidak bisa?" dalam sepuluh tahun terakhir, baru kali ini Marc dimarahi lagi. Sebegitu penasarannya ya?

"Dan dia membuka baju lalu—"

"Kalian melakukannya?" belum Marc selesai dengan ucapannya. Mama Roser memotongnya dengan berteriak keras-keras. Marc bahkan harus memundurkan wajahnya karena wajah ibunya itu terlalu dekat sekarang. Berniat memenggal kalimat salah, berniat meneruskan cerita sampai akhir dipotong, apa maumu?

Marc mengidentifikasi ekspresi dan sorot mata Mama Roser. Entah apa yang tercetak disana. Bisa saja marah, bisa saja kecewa, bisa saja senang. Tuh kan Marc jadi serba salah.

"Aku menolaknya. Maka dari itu dia lari dan tertabrak mobil."

Mama Roser yang sedang memegang sebuah buku majalah dari tadi, menggulungnya rapi dan memukulkannya tepat pada kepala Marc. Yang dipukul pun terkejut sampai menggeser posisi duduknya lebih jauh. Bagaimana tidak? Majalah olahraga itu memiliki berpuluh-puluh halaman, yang jika digulung dan dipukulkan ke kepala akan terasa menyakitkan.

"Por qué usted me ha dado, mám?" tanya Marc memegangi kepalanya dan menatap ibunya ketakutan. Walau begitu, murka seorang ibu adalah mengerikan, murka seorang emak-emak adalah kengerian. Dan murka dari seorang ibu yang sudah menjadi emak-emak? Kelar idup lo.

"Kau ini, kau menyia-nyiakan kesempatanmu tahu! Dia merelakan yang berharga dari dirinya untukmu saat itu. Tetapi kau menolaknya!"

"Dia sudah mempunyai pacar bahkan akan menikah," balas Marc tak kalah berseru.

"Tidak. Dia sudah memutuskan hubungannya. Dia benar-benar mencintaimu, Marc." Marc mentautkan kedua alisnya. Ada beberapa hal yang tidak masuk di akalnya. Dari mana ia tahu hal itu?

Mi Corazone (Marc Marquez Fanfict)Where stories live. Discover now