11. putuskah?

22.9K 4.4K 1K
                                    

Song: Tori Kelly - Paper Heart

Lagunya sedih:( cocok untuk yg lagi broken heart.





















"Mark!" panggilku setelah melihat seorang Mark Lee sedang duduk di bangku taman dengan sebuah mawar merah yang indah. Dia terlihat tampan dengan balutan tuxedo hitam dan kemeja putih di dalamnya. Apa dia berdandan juga sepertiku? Hahahah.. kalau iya, ini pertama kalinya aku melihat seorang Mark Lee berpakaian formal.

Mark tersenyum padaku lalu bertanya, "Jeno masih nungguin kamu kan?"

"Ah.. dia udah pulang." jawabku. Lalu mark hanya mengangguk dan menarikku ke dalam pelukannya.

Setelah beberapa menit terlewati hanya untuk sebuah pelukan, akhirnya aku angkat suara, "Mark. Udah ah peluk-peluknya. Malam ini kita mau kemana?" tanyaku.

Tiba-tiba Mark melepaskan pelukannya, "Kita nggak akan kemana-mana."

Okey.. menghabiskan malam dengan Mark ditemani bintang-bintang tidak terlalu buruk bukan? Setidaknya orang yang kusayang ada di dekatku saat ini.



















































"For you." ucap Mark pada akhirnya sambil memberikan bunga mawar yang daritadi Ia genggam. Aku menerimanya dengan senang hati, "Makasih Mark." lengkap dengan sebuah ciuman di pipinya.

Sekarang Mark balik menatapku dan kepalanya menjulur semakin dekat denganku. ia memiringkan sedikit kepalanya ke arah kanan sampai benar-benar terfokus pada bibirku. Sebuah ciuman mungkin dapat memperindah malam ini?

Kuputuskan untuk memejamkan mata, namun benda kenyal itu tak kunjung menempel dan memberikan sensasi basahnya.

"Why? Something wrong Mark?" tanyaku setelah membuka mata dan kudapati Mark masih dengan posisi semulanya. Hanya diam menatapku sedekat ini.

Sampai akhirnya dia memajukkan sedikit kepalanya dan berhasil mencium sudut bibirku dengan lembut. Kurasakan darahku mendesir seiring dengan detak jantung yang makin cepat. Jemarinya dengan lembut berpindah membelai rambutku. Mark memejamkan matanya menikmati setiap desiran nafas yang saling beradu.

'Chup'

Ciumannya terlepas. Laki-laki ini menjauhkan kepalanya dan menatapku dalam, seperti ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Namun, sudah 15 menit berlalu, Mark tak kunjung membuka mulutnya.

Kuputuskan untuk bersuara terlebih dahulu, "Just talk."

























"Anya, kita udahan aja ya." ucap Mark dengan suara seraknya.

Tujuh kata itu berhasil berdengung dan memberhentikan detak jantungku sejenak. Entah signal dari saraf yang mana, namun air mataku turun membasahi pipi tanpa aba-aba. Aku tak sanggup berkata-kata. Aku yakin Mark menyiapkan kata-kata itu semalam suntuk. Apa dia benar-benar ingin mengakhirinya?

"Aku memang laki-laki brengsek. Iya kan?" tanyanya lagi, entah itu bermonolog atau Ia ingin aku menjawabnya.

Dadaku sesak, bibirku bergetar. Secepat ini kah?

















Mark bertanya sekali lagi, "Bisa kita sudahi hubungan ini?"

Tubuhku semakin meringkuk menahan sesak, kenapa aku terus menangis? Seharunya aku menjawabnya!

"Apa aku sudah membosankan untukmu?" tanyaku pada akhirnya sambil mati-matian menahan suara agar tidak bergetar.

"Bukan, kamu-" ucapan Mark terpotong oleh teriakan seorang gadis dari balik punggungku.

"Mark! Udah belum? Kata mama, acara tunangannya jam 9!"

Dengan sesegera mungkin aku membalikkan badan dan mendapati Hina sedang menggunakan gaun putih yang indah berdiri di depan mobil Mark. Apakah gadis itu akan bertunangan dengan laki-laki ber-tuxedo di sampingku ini? Seseorang tolong ambil alih otakku dan hentikan semua air mata yang turun makin deras ini.

air mata sialan.

"Udah diputusin belum?" tanya Hina padaku sambil mendekat dan berkacak pinggang. Suaranya nyaring terdengar sombong.

Tangisku makin keras. Samar-samar aku bisa mendengar Mark sedang menelpon seseorang jauh di samping pohon cemara dengan lampu warna-warni yan melilitnya.

"Jen, balik lagi ya jemput Anya." ucap laki-laki itu lengkap dengan sebuah benda pipih yang menempel di telinga kanannya.

Tak lama kemudian, laki-laki itu menghampiriku dan lebih memilih berdiri di samping Hina sambil berkata, "Gue duluan ya. Gue pengen lo jaga mawar itu-"

"Mark udah deh! Ayo cepetan!" protes Hina dan menarik laki-laki itu ke dalam mobil yang terparkir di seberang sana.

































Saat Jeno datang, aku masih dalam posisi semula. Masih menangis dan berharap semua ini hanya mimpi.

"Anya?"

"Kata Mark, gue disuruh nganter lo pulang." ucap Jeno di belakangku.

Tiba-tiba aku mendengar suara laki-laki lainnya yang entah datang dari mana, "Anya sama gue. Mending lo pulang, Jen. Mau sampai kapan lo jadi pesuruhnya Mark?"

























































SUCH A LIAR / MARK ✓Where stories live. Discover now