Bab 5

37.4K 3.5K 144
                                    

A/N : Cerita ini sedikit santai sih. Alurnya nyaris sama seperti cerita Lie With Me, jadi nggak tergesa-gesa, kayaknya emang bakalan panjang🤭 sering-sering ketemu Marvin.

Terima kasih untuk readers yang setia menunggu cerita ini dan sabar. Apalagi yang kasih bintangnya✨✨

Happy Reading mas Marvin😂

***

Jantung Amora berdetak dua kali lebih cepat. Ketika jemari-jemari panjang itu bergerak naik menyentuh tengkuknya. Dalam satu cengkraman pelan, Amora terkesiap, Marvin membawa kepalanya mendekat. Diikuti oleh insting tatapan pria itu, Amora refleks membuka bibirnya sedikit. Hanya membutuhkan satu gerakan pelan sebelum bibir mereka menyatu.

Tapi Marvin seakan mempermainkannya. Marvin menggesekan ujung hidung mereka. Bermain-main dengan menghembuskan napas pelan. Amora ingat rasa mint itu menyebar di dalam mulutnya. Dan kali ini, harum itu dipadukan dengan harum khas Marvin. Maskulin dan kayu-kayuan nan menggoda.

Marvin berhasil membuat napas Amora tercekat. Pria itu membuatnya berdebar penuh antisipasi—seperti menunggu—tapi juga menarik udara di sekelilingnya. Kenapa dia ingin mengikuti permainan Marvin? Jemari Amora di dada Marvin seharusnya mendorong kuat, namun Amora justeru mencengkram saat Marvin menyatukan bibir mereka.

Telapak tangan Amora berkelana. Ia merasakan betapa kekarnya pria itu, di samping bibirnya dipangut lembut oleh Marvin, jemarinya beralih pada pundak pria itu. Amora berpegangan agar dirinya tidak terjatuh. Kedua kakinya terasa begitu lemas karena ciuman pria itu.

Amora menyukainya. Tapi ini jelas berbahaya.

Benaknya memaksa Amora untuk berhenti. Lagi-lagi dia mengikuti hasrat Marvin di atas bibirnya. Amora membuka bibirnya dengan sukarela, membiarkan Marvin menjelajah mulutnya dan memainkan lidahnya. Bibir gadis itu ikut membalas ciuman Marvin. Tubuhnya bahkan telah didudukan di atas meja pool.

"Kau masih perawan, hm?" bisik Marvin di depan bibirnya. Senyuman mengejek pria itu terlukis.

Amora sedikit menjauh. Dengan napas yang masih memburu dan jantung yang berdebar kencang, Amora memberanikan diri mengusap rahang Marvin—sebagian dia melakukan itu untuk mengejeknya. Namun telapak tangannya beruntung menyusuri ketampanan bak dewa Yunani itu.

"I can turn you on, Marvin," balas Amora berusaha menutupi kegugupannya. Ia menyadari sesuatu yang keras menekan lututnya.

Sial, tentu saja Amora memang perawan yang menyedihkan.

Marvin menatap bibir Amora sedangkan telapak tangannya mengusap paha Amora. "He wants you, baby."

Amora mendorong dada Marvin. Tatapan sayu dan menggelap pria itu mendadak melemahkannya. Sekarang, Amora tahu dia harus berhenti. Ini jelas memalukan. Bahkan saat kedua kakinya menginjak lantai, Amora nyaris limbung karena desiran itu masih melingkupinya.

"Apa kalian akan terus di sana jika aku tidak masuk?"

Amora dan Marvin menoleh. Nina Sparrow melangkah masuk seraya tersenyum lebar. Wanita itu mendekati Amora. Mencium kedua pipinya singkat seperti mereka teman lama.

"Amora Maxwell, benar?" ujar Nina.

Amora mengangguk. Keadaan itu membuat Amora merasa canggung. Ia berharap Nina tidak melihat apa pun, namun bibir mereka yang membengkak mungkin telah menjadi bukti.

Wicked BondWhere stories live. Discover now