Porridge & Tea

231 13 0
                                    


Pagi itu terasa agak berbeda bagi Jung Soojung. Matanya lebih sulit untuk terbuka dan badannya terasa lemas sekali. Soojung menggenggam selimutnya, menerawang ke langit-langit kamar begitu ia berhasil terjaga sepenuhnya. Tetap saja ada yang berbeda. Tubuhnya serasa melayang dan pandangannya mulai berputar seratus delapan puluh derajat. Diletakkannya sebelah tangannya di dahi, berharap dengan begitu bisa menormalkan sedikit keadaan. Namun alih-alih tidak merasa pusing lagi, yang ia dapat justru kenyataan mengejutkan lain; suhu tubuhnya meningkat drastis.

Astaga, ia sakit.

Soojung tidak mengerti bagaimana ia bisa sampai sakit. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang dilakukannya beberapa hari belakangan. Tidak ada yang aneh. Ia bahkan tidak sempat bertemu dengan Minhyuk karena kesibukannya menjadi project officer pameran seni di kampus. Mungkin ia hanya lelah, ditambah dengan penyesuaian tubuhnya dari musim panas ke musim gugur. Kali ini ia serasa dipaksa untuk absen dari segala aktivitas, setelah berpuluh-puluh pesan yang disampaikan teman-temannya untuk beristirahat selama ini ia abaikan.

Entah hanya sugestinya saja, setelah menyadari hal itu Soojung merasa semakin tidak enak badan. Matanya perih dan napasnya terasa hangat. Ia sudah berusaha bangkit, namun kembali terhempas di atas kasur karena rasa pusing yang mendera. Diraihnya ponsel yang tergeletak di atas nakas, dan terkejut melihat belasan pesan dan missed calls yang masuk. Sebagian besar dari Minhyuk dan sebagian lagi dari Amber─panik menanyakan tugas kuliah mereka yang sampai detik ini masih tersimpan rapi di atas meja belajarnya.

"Aku tidak bisa masuk kuliah hari ini, Amber. Bahkan untuk bangun saja rasanya aku tidak sanggup," jelas Soojung, setelah memutuskan untuk menelepon Amber.

"Kalau begitu aku yang akan kesana. Lima belas menit lagi sampai," Putus Amber. Soojung hanya mengiyakan.

Tak lama setelah sambungan teleponnya dengan Amber berakhir, gantian Minhyuk yang menelepon. Tiba-tiba saja Soojung merasa gugup. Ia tidak ingin pria itu tahu keadaannya saat ini. Rasa khawatir akan membuat pria itu mengacaukan urusannya sendiri demi meluangkan waktu sepenuhnya untuk dirinya. Dan ia tidak ingin hal itu terjadi. Ia tidak ingin menjadi beban.

Soojung menekan tombol answer setelah menarik napas dalam-dalam. Ia tidak ingin terdengar sedang sakit. Atau setidaknya tidak ingin terdengar berbeda dari biasanya.

"Kau tidak ada di kelas hari ini," suara Minhyuk terdengar dari seberang.

"Yah..." Soojung tidak tahu harus merespon seperti apa.

"Ada apa?" tanya Minhyuk dengan nada aku-tahu-segalanya-jadi-jangan-coba-berbohong.

Soojung mendesah. Memang tidak ada gunanya berpura-pura di depan kekasihnya yang satu ini.

"Aku sakit..."

"Kenapa─"

"Jangan khawatir, hanya demam biasa. Aku hanya perlu minum vitamin dan tidur, lalu akan merasa baikan," gadis itu buru-buru memotong karena tahu apa yang akan Minhyuk katakan.

Terdengar helaan napas Minhyuk di seberang sana, yang lebih terdengar seperti dengusan halus bagi Soojung. Pria itu pasti kesal karena Soojung tidak bilang apa-apa. Dan apapun yang akan dikatakan pria itu selanjutnya, Soojung sudah pasrah.

"Istirahatlah," ujar Minhyuk akhirnya, "Kau butuh istirahat."

Soojung mengangguk meskipun ia tahu Minhyuk tidak akan melihatnya. Respon tenang pria itu memang di luar perkiraannya, namun ia tidak bisa menuntut lebih. Bukankah ia sendiri yang tidak jujur? Jadi ini konsekuensi yang harus ia terima.

Blue Medley Series: BreakfastWhere stories live. Discover now