Sandwich & Juice

174 11 0
                                    

Joohyun meletakkan semua peralatan dapur yang baru saja selesai ia gunakan ke dalam bak cuci. Ia menoleh ke belakang beberapa kali, merasa heran karena tidak biasanya Yonghwa belum keluar kamar bahkan hingga kegiatan memasaknya selesai. Joohyun ingat betul bagaimana ia selalu dikejutkan dengan tangan yang tiba-tiba melingkar di pinggangnya atau dagu yang tiba-tiba menempel di bahunya ketika ia sedang memasak. Yonghwa selalu terbangun karena mencium aroma daging asap atau roti panggang buatannya, dan dengan tidak adanya segala kejutan itu pagi ini membuatnya merasa sedikit khawatir.

Joohyun baru saja memasang sarung tangan karet dan memulai kegiatan mencuci piring ketika melihat pintu kamarnya terbuka perlahan. Tampak Yonghwa keluar dari dalamnya, dengan wajah mengantuk dan rambut berantakan menyeret langkahnya menuju meja makan.

"Kau sakit?" tanyanya begitu Yonghwa mendudukkan dirinya di kursi. Tidak ada pelukan atau kecupan selamat pagi seperti yang biasa ia lakukan.

Yonghwa menggeleng, "Apa sarapan kita pagi ini?"

"Smoked meat sandwich dan jus apel+wortel, ditambah ginseng dan madu," jawab Joohyun antusias. Ia menyeruput jus buatannya sendiri sambil menempati kursinya yang berada di hadapan Yonghwa.

Yonghwa memperhatikan makanan yang sudah tersaji di atas meja. Tidak ada yang aneh. Semuanya matang dengan sempurna dan indah dilihat mata. Namun entah kenapa ia tidak merasa berselera.

"Ada apa? Kau tidak suka?" Joohyun kembali bertanya setelah ia melihat pria itu menghela napas. Wajahnya tampak sedikit kecewa. Gadis itu memperhatikan seluruh hasil masakannya, meneliti apakah ada yang tidak beres.

"Bukan begitu," ujar Yonghwa. Ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, berusaha menyusun kata yang sebisa mungkin tidak menyakiti perasaan Joohyun. "Aku suka semua masakan yang kau buat. Hanya saja... aku bosan..."

Keduanya terdiam. Memang bukan kali pertama Joohyun membuat menu seperti hari ini. Terkadang ia juga menyiapkan English breakfast dan toast. Tapi hanya segitu saja variasinya. Joohyun memang masih dalam tahap peningkatan kemampuan memasak. Awalnya Yonghwa masih bisa mengerti dan mencoba menerima keadaan. Tapi kalau terus-menerus memakan ketiga menu itu setiap pagi selama lima bulan? Ia juga manusia yang punya rasa bosan.

"Kenapa kau tidak bilang? Aku bisa menggantinya dengan menu lain," Joohyun akhirnya menyahut.

"Asal bukan sosis, bacon, telur, atau toast. Please."

Joohyun berpikir sejenak. Itukah yang sebenarnya ingin dikatakan Yonghwa? Ia bosan dengan ketiga menu itu dan ingin mencoba menu yang lain?

"Baiklah, tapi tidak hari ini. Aku sudah hampir terlambat."

Yonghwa menundukkan kepalanya. Tentu saja ia mau Joohyun mengganti menunya hari ini. Nafsu makannya terhadap sandwich sudah mencapai limit. Tapi Joohyun juga bekerja seperti dirinya. Memaksa wanita itu untuk kembali repot di dapur dan membuatnya terlambat tiba di kantor tentu saja ia tidak tega.

"Bisakah aku minum kopi saja?"

Mendengar hal itu, Joohyun langsung menggeleng, "Aku tahu kau sudah banyak minum kopi di kantor. Dan aku tidak mau menambah tumpukan kafein dalam tubuhmu."

"Hyun, aku─"

"Aku berusaha membuatkanmu sarapan yang terbaik, Yong. Aku selalu melakukannya." Potong Joohyun. Tatapan matanya serius, seolah tidak ingin mendengar penolakan apapun dari pria itu, "Kau akan pergi ke Jepang selama beberapa hari, jadi kupikir aku harus menyiapkan masakan terbaikku. Bukan eksperimen yang entah akan berhasil atau tidak."

Yonghwa memalingkan wajahnya. Saat ini ia sedang mengalami pergolakan batin. Di satu sisi ia membenarkan perkataan Joohyun, namun di sisi lain ia juga ingin hak dan keinginannya sebagai suami terpenuhi.

Blue Medley Series: BreakfastWhere stories live. Discover now