Mocha Bun & Hot Chocolate

151 9 0
                                    

Lee Jungshin memperhatikan lembaran kertas dihadapannya dengan seksama. Sesekali dipindainya kembali kalimat demi kalimat, memastikan tidak ada satu pun huruf yang terlewat sekaligus memahami keseluruhan isinya. Bukan karena ia tidak lancar membaca atau bodoh, hanya saja mendapatkan surat keterangan lengkap dengan kop salah satu universitas ternama baru kali ini ia mengalaminya. Dan jujur, ia tidak percaya kenapa harus dirinya. Kenapa harus toko roti milik keluarganya.

Jungshin menurunkan kertas tersebut dari pandangannya, yang kini beralih pada sesosok gadis berambut panjang yang sejak tadi duduk dihadapannya, melihatnya dengan pandangan bertanya-tanya dengan kedua tangannya menggenggam erat cangkir kopi.

"Bagaimana? Aku diterima?" tanya gadis itu antusias.

Bukannya menjawab, Jungshin malah memandangi lagi kertas tadi. Gadis dihadapannya yang ternyata mahasiswi itu baru saja menyerahkan surat lamaran magang di toko roti miliknya, lengkap dengan keterangan bahwa salah satu pemiliknya akan menjadi pembimbing.

"Magang? Disini? Dia kira tempat ini pabrik atau apa?" kira-kira begitulah isi pikiran Jungshin sekarang.

"Kenapa harus di toko roti?" Jungshin akhirnya bertanya. Dalam hati kecilnya sebenarnya ia keberatan, namun tidak punya alasan untuk menolak. Harusnya ia tahu ada alasan mengapa akhir-akhir ini gadis itu selalu datang ke tokonya setiap pagi, sekedar hanya untuk memesan satu mocha bun dan secangkir cokelat panas, duduk diam memperhatikan pelayan dan pembuat roti yang berlalu-lalang, kemudian pergi begitu saja.

"Simpel. Penelitian yang kulakukan adalah tentang bagaimana pengaruh fortifikasi tepung terigu terhadap tekstur dan daya tahan simpan roti. Bukankah sudah tertulis jelas di surat itu?"

"Tapi kami hanya membuat roti. Maksudku─"

"Justru itu." gadis itu meletakkan cangkir yang dipegangnya ke atas meja, lalu menatap Jungshin serius, "Aku sudah memulai penelitianku sejak sebulan yang lalu dan roti yang kuhasilkan selalu tidak memuaskan meskipun aku sudah melakukannya persis seperti yang tertera di literatur. Kau dan beberapa pembuat roti disini memang hanya membuat dan menjual roti, tapi setidaknya kalian berhasil membuatnya."

Jungshin mengernyitkan dahi, mulai mengerti arah pembicaraan, "Maksudmu... kau mau belajar membuat roti?"

Gadis itu mengangguk beberapa kali seperti anak kecil, "Kurasa ilmu saja tidak cukup. Aku harus mempraktekkannya langsung dengan ahlinya. Maka dari itulah aku pilih dirimu."

"Aku?!"

"Aku memperhatikan para karyawan yang berlalu-lalang meletakkan roti buatannya di display. Kebetulan roti yang kau buat sama denganku. Jadi aku memilihmu untuk menjadi pembimbing selama aku magang."

Belum hilang rasa terkejut Jungshin, gadis itu kembali bertanya, "Jadi bagaimana? Aku diterima?"

Butuh waktu beberapa menit bagi Jungshin untuk menjawab. Toh gadis itu hanya ingin belajar cara membuat roti, dan interval waktu maksimal yang dibutuhkan hanya seminggu. Dengan kesibukannya, semua itu akan berakhir sekejap mata.

"Baiklah, nona Kim Seolhyun. Kau diterima."


***


Ternyata semua tidak berjalan semudah yang Jungshin bayangkan. Seolhyun, yang awalnya berdecak kagum dengan pemandangan tiap sudut dapur yang memang baru pertama kali dilihatnya, sedikit demi sedikit mulai menginterupsi segala hal yang pria itu lakukan. Mulai dari mempertanyakan jenis ragi yang dipakai, mengkritik jumlah bahan-bahan yang digunakan, sampai melarang Jungshin membanting dan memukul adonan seperti yang sedang ia lakukan sekarang.

Blue Medley Series: BreakfastWhere stories live. Discover now