Shani membuka matanya perlahan, mencoba membiasakan cahaya masuk ke matanya. bau obat obatan pun langsung menyeruak masuk ke hidungnya.Tangan kanannya terasa berat, perlahan ia menolehkan kepalanya kekanan dan menemukan gracia sedang tertidur dengan tangan kanan shani sebagai tumpuannya.
Sedikit terusik, gracia langsung membuka matanya melihat shani yang sudah bangun dihadapannya.
"Shan... " shani tersenyum, lalu tangan kanannya mengelus pipi gracia
"Kenapa bisa begini?" tanya gracia, shani menggeleng. Gracia menghela nafasnya lalu melangkahkan kakinya
"Makan ya" suruh gracia, shani mengangguk. Lalu gracia kembali membawa semangkuk bubur
"Suapin atau makan sndiri?"
"Suapin" shani memamerkan cengirangannya, gracia tersenyum kecil. Lalu tangannya mulai menyuapkan sesendok bubur ke mulut shani.
"Sesendok lagi"
"Gak mau, kenyang"
"Kamu cuma makan empat sendok dan bilang kenyang?" gracia mengangkat sebelah alisnya, sementara shani hanya tersenyum manis
"Pacar aku bilang, gak boleh makan karbohidrat terlalu banyak" jawab shani, gracia memicingkan matanya kemudian mengacak rambut shani
"Ada aja alesannya" shani tertawa hingga matanya tertutup. Gracia yang melihat shani tertawa merasa lega.
"Nih minum dulu" gracia membantu shani untuk duduk. Setelah itu, gracia kembali membaringkan shani.
"Tidur lagi ya"
"Gak mau"
"Kenapa?"
"Masa pacar aku ditinggal tidur"
"Gak papa"
"Gak papanya cewek"
"Oke gausah tidur" lagi lagi shani tertawa, membuat gracia mau tak mau ikut tersenyum.
"Tumben gak ngajak debat" kata shani, gracia menggeleng pelan
"Kalo ngajak debat sekarang, takut kamu kalah" jawab gracia, shani mengerucutkan bibirnya lalu tertawa.
Gracia menatap shani, masih belum mengerti. Wanita dihadapannya itu kenapa. Tapi ia tidak memikirkan itu, cukup shani baik baik saja sudah membuatnya tenang.
"Kenapa ngeliatin akunya gitu?" tanya shani, gracia menggeleng lalu mengusap kepala shani
"Mana yang sakit?" tanya gracia, shani menggeleng
"Gak ada kok" jawab shani, gracia mengangkat sebelah alisnya
"Disini?" gracia menunjuk kening shani lalu menciumnya. Shani mengerjabkan matanya
"Apa disini?" gracia menunjuk pipi shani lalu diciumnya juga
"Atau disini?" gracia menunjuk bibir shani, gracia tersenyum melihat semburat merah muda di pipi shani.
"Cukup" shani mendorong kening gracia dengan telunjuknya. Gracia terkekeh pelan. Shani kalau sedang tersipu sangat lucu.
"Cie merah pipinya" shani menutup pipinya dengan tangannya
"Berisik ah" gracia tertawa lalu mencubit pipi shani. Kemudian gracia duduk dikursi sebelah ranjang shani dan menggenggam tangan shani erat. Shani menghela nafasnya
"Maaf... "
"Untuk apa?"
"Waktu opa kmu pergi, aku gak sempat datang" shani menundukan kepalanya, sementara genggaman gracia semakin erat.
"Gak masalah"
"Trus kenapa kamu bisa sakit?" tanya gracia, shani mengangkat bahunya"Gak tau, sehabis aku telpon kamu, tibatiba kepala belakangku sakit lutut aku lemes dan akhirnya semua hitam" gracia menghela nafasnya kemudian bangkit dan memeluk shani
"Jangan khawatir, aku selalu ada buat kamu"
---
Gracia mendorong kursi roda shani mengelilingi rumah sakit. Bosan dikamar terus, kata shani. Ini hari ketiga shani dirawat dirumah sakit, dokter bilang shani hanya kelelahan. Untuk informasi lebih lanjut tentang keadaan shani, dokter tidak bisa mengatakan itu pada gracia karena gracia bukan keluarga dari pasien.
"Pengen pulang"
"Iya"
"Pengen main lagi"
"Ini main"
"Sambil lari lari gitu"
"Iya"
"Iya iya mulu, ngeselin" shani mengerucutkan bibir bawahnya. Gracia tersenyum kecil
"Trus harus bilang apa?"
"Ya apa kek, iya sayang nanti kita main, gitu"
"Mau banget dipanggil sayang?"
"Shania gracia!" dan perdebatan itu diakhiri karena cacing di perut shani yang meronta-ronta.
"Makan yang banyak, biar cepet pulang" kata gracia, shani hanya mengangguk ngangguk.
"Papa sama sepupuku mau jenguk kamu"
"Terus?"
"Boleh gak?"
"Ya boleh lah masa gak boleh, eh apa nggak ngerepotin?" gracia mendekat kearah shani, tangannya terulur mengelus Puncak kepala shani, lalu perlahan mendekap tubuh shani erat.
Di elusnya rambut shani, sampai akhirnya shani tertidur di pelukan gracia. Gracia menidurkan shani diranjang, lalu ia mengecup kening shani
"Cepet sembuh dan main sama aku lagi ya sayang... "
Gracia mengambil handphonenya dan segera menelpon deva.
"Gracia belum bisa pulang pa"
"Kenapa?"
"Soalnya shani belum boleh pulang"
"Papa sama mama shani nya ada?"
"Ada, tante sma om kebetulan lagi pulang, makanya om suruh aku jagain shani"
"Tapi kamu gak papa kan?"
"Pa, gracia udah besar. Gausah khawatir"
"Baiklah kalo begitu"
"Iya pa, papa jadi kan kesini sama vino?"
"Jadi, setelah vino pulang kerja aja"
"Yaudah besok aku kabarin kalo waktu jenguknya mulai"
Gracia memutus sambungan teleponnya, ia melangkahkan kakinya ke sofa dan merebahkan tubuhnya. Gracia benar benar berharap shani akan sehat seperti semula.
---
"Mereka udah di lobby" kata gracia, shani mengangguk malas. Lantaran ia masih setengah tidur. Pintu kamar shani terbuka
"Vin... "
"D-dira??"
.
.
.
Tbc 😂

YOU ARE READING
Dingin | Shania Gracia, Shani Indira
Fanfiction"dia dingin, tapi aku suka" -shani ©ketgils, 2k17