Bagian 34. Pertemuan

434 51 14
                                    

Episode 2. Ratu Naila

Bagian 34. Pertemuan


Dalam setiap perjalanan resmi pemimpin kerajaan, utusan pembawa pesan akan diberangkatkan terlebih dahulu untuk mengabarkan berita perjalanan itu ke tempat tujuan. Utusan itu juga akan menghampiri satu per satu tempat yang akan menjadi lintasan maupun persinggahan sang Ratu.

Biasanya, orang-orang yang mendapatkan berita perjalanan itu adalah mereka yang memiliki wewenang dan tanggung jawab atas wilayah atau daerah di sekitar tempat yang dilalui. Mereka biasanya adalah kepala kota atau kepala desa dan pasukan keamanan setempat.

Oleh mereka yang mendapatkan kabar tersebut, mereka akan bertanggung jawab untuk mempersiapkan segala hal yang mungkin diperlukan oleh pemimpin besar mereka. Terutama masalah keamanan dan tempat peristirahatan.

Tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh para penanggung jawab daerah di desa Elari. Diduga bahwa desa tersebut bisa menjadi persinggahan terakhir Ratu Naila sebelum memasuki Kerajaan Grandia, Kepala Desa serta Kepala Pasukan Keamanan Desa dengan dibantu oleh perwakilan Pasukan Kota dan Wilayah, mereka mempersiapkan segala hal untuk menyambut kedatangan Ratu Naila.

Sebagai anggota Pasukan Pengawal Istana, Noeda memiliki alasan untuk mendapatkan juga keterangan mengenai adanya kunjungan resmi dari petinggi istana di sebuah tempat. Walau lingkup tugas mereka terbatas dalam lingkup istana saja, namun Pasukan Pengawal Istana memiliki hak untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kegiatan orang-orang di istana walau itu tidak dilakukan di dalam istana.

Berdasar haknya itulah Noeda bisa mendapatkan keterangan mengenai kemungkinan Ratu Naila akan datang dan beristirahat di desa Elari.

Dan walaupun pada mulanya Revan hanya berniat akan memberikan laporannya pada Ihgram di Mewata, namun karena Ihgram diyakini akan mengikuti perjalanan Ratu Naila, maka Revan memutuskan untuk tidak berangkat kembali ke Mewata. Dia berniat akan menanti kedatangan Ihgram di desa Elari.

Malam di desa Elari setelah Revan kembali dari Gunung Langka.

Karena tidak ada hal yang dilakukan lagi, Revan, Gilam dan Noeda menghabiskan malamnya dengan beristirahat. Gilam dan Noeda beristirahat di dalam sebuah kamar di sebuah rumah penginapan, sementara Revan memilih beristirahat di atas pohon.

Bukan karena tidak memiliki dana untuk menyewa kamar, namun karena kebiasannyalah jika Revan selalu menghabiskan malamnya di atas pohon. Perjalanan hidup yang tidak mudah yang dilaluinya dari dulu hingga sekarang yang membuat Revan memiliki kebiasaan itu. Bukan karena tidak bisa, namun Revan merasa tidak tenang dan aman jika beristirahat di dalam rumah. Dia merasa terkurung.

Lagipula, selama hidupnya, dia tidak pernah menetap di sebuah tempat dalam kurun waktu yang lama. Dia nyaris selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tidak pula menjadikan dirinya seperti pengembara yang tidak memiliki tempat untuk tinggal. Terkadang Revan menetap di sebuat daerah untuk beberapa waktu lamanya.

Tempat terlama yang pernah ia tinggali adalah kota Kirtayon di Selatan Meanda ketika dia bekerja sebagai pengawal seorang pedagang permata. Itupun dia tidak selalu berada di dalam kota. Pedagang yang bernama Utanata itu sering bepergian nyaris ke seluruh daerah di Meanda. Terkadang jika Utanata tidak melakukan perjalanan, Revan akan menjadi perwakilannya untuk berkeliling dari satu tempat ke tempat lain.

Semenjak menjadi bagian dari Pasukan Pengawal Keluarga Raja, Revan mencoba untuk mengurangi kebiasaannya beristirahat di atas pohon. Namun jika ada kesempatan untuk memilih, Revan akan lebih memilih beristirahat di pohon. Baik itu di atas pohon atau di atas tempat tidur, ada satu hal yang tidak bisa ia tinggalkan. Hingga saat ini, Revan masih tertidur dengan paling tidak satu pedang tetap tergenggam erat di tangannya. Kadang kiri, kadang kanan.

Pewaris TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang