10

3.9K 384 38
                                    

"Hermione, ingin kemana kau?"

Aku menoleh dan mendapati Ginny berdiri di belakangku. Omong-omong pertemuanku dengan teman-teman di Hogwarts berlangsung lancar. Yah hanya saja ada sedikit perdebatan antara Gryffindor dan Slytherin, seperti biasa.

"Ke Hogsmeade. Bukannya kau akan berangkat bersama Harry? Sudah bersiap?" Tanyaku.

"Aku sudah berkemas, sedang menunggu Harry. Ingin menemui Malfoy, eh?" Seringai jahil terbentuk di bibirnya.

"Terserah apa katamu saja. Aku memang akan menemuinya."

"Semoga beruntung. Siapa tahu saat kau pulang, aku dapat kabar kalau kausudah tidak sendiri lagi," ujar Ginny lantas menertawaiku.

Aku mendengus lantas berujar,

"Ya, kau juga, semoga beruntung. Saat kau pulang, aku ingin mendapat kabar bahwa aku mempunyai keponakan."

Ginny tersenyum.

"Siap miss Granger. Hati-hati berdisapparate."

Dengan segera aku melakukan disapparate ke tempat yang ingin kutuju. Masih tidak biasa, sih. Karena itu, aku sedikit mual. Biasanya aku akan melalui jaringan perapian floo. Tapi kali ini tidak, karena, oh bukan karena disuruh-- ya aku menyerah, aku melakukannya karena disuruh Malfoy. Entah karena apa aku mau melakukan apa yang disuruhnya.

Karena aku sedikit mual, tubuhku menjadi limbung, hampir saja aku terjungkal kalau tidak ada laki-laki di depanku ini yang menangkap tubuhku.

Aku masih samar melihatnya. Penglihatanku memang black out sebelumnya.

"Terima kasih," ucapku lirih.

"Seharusnya jangan memaksakan diri, Granger. Menganggap dirimu bisa tapi sebenarnya kau belum terbiasa. Jaringan floo tersedia." Ia melepaskan tangannya dari pundakku--membantuku berdiri sempurna.

Mm, suara itu lagi. Pasti dia lagi, aku sudah hafal suaranya--em maksudku karena sering mendengar saja.

"Kau! Ugh, aku begini karena kau yang menyuruhku, Ferret. Berhentilah bersikap seolah kau peduli," racauku asal. Aku bahkan tidak sadar aku bicara seperti itu.

"Umm maaf, aku tidak bermaksud seperti--"

"Tak apa. Aku mengerti." Ia memotong ucapanku sembari menarik bibirnya tersenyum samar. Bahkan aku tak yakin ia betul tersenyum atau tidak. Jarang sekali aku bisa melihatnya tersenyum tulus. Seringainya lebih sering ia tampakkan.

"Oh ya, ada apa kau menyuruhku untuk ke sini?" Tanyaku dengan nada datar.

"Umm drink some butterbeer?"

"To be honest, it's not important to me, but yes please. Aku masih sedikit sesak, tentu saja." Aku menyanggupi keinginannya kini. Aku sungguh tahu bahwa sebenarnya, bukan itu alasannya untuk menyuruhku datang ke sini. Baik mari kita tunggu sampai ia siap menyampaikan hal itu.

Setelah butterbeer tepat berada di depan mataku, dengan sekejap aku menyesapnya hingga setengah gelas.

Kalau begini, aku jadi ingat Ron yang mengingatkan aku bahwa ada cream butterbeer di bibirku--

Troubled Love - DramioneWhere stories live. Discover now