Draco kini sedang bersandar di ranjangnya, memijat pelipisnya yang kini sedang pusing.
Akhir-akhir ini Draco memang cepat pusing seperti ini. Akhirnya sisa waktu Draco dihabiskan oleh waktu tidur yang lama.
Sebelum terlelap, handphone Draco bergetar, ternyata seseorang menelfon Draco.
"Halo? Apaan Not?"
"cuma nelpon ae, lagi apa mas?"
"mas mas, lu kira gue tukang apaan"
"maaf bang cilok, saya cuma nelpon, mau bilang besok saya masuk, tapi agak telatan, gue udah izin ama bu Lan"
"Lu ngapain ijin ama bu Lan? Kan besok gak ada pelajarannya, lagian besok itu pelajarannya Pak De, gila lu"
"Besok pelajaran si Pak De? Mati gue, besok gak jadi masuk lah"
"Jangan woi, pacar lu udah megap-megap kurang belaian, masuk ajah, ajak si item ketemu ama si Luna, gue mau ngomong ama kalian bedua"
"Asek, ada apaan nih? Lu mau kawin? Ama siapa? Kucing?"
"Luna hamil"
"What?! Woi tem! Gebetan lu hamil ama si pirang!"
"Canda elah, gue pokonya mau ngomong ama lu berdua, penting, udah ya, gue puyeng"
"Iye, gue harus nenangin si Item dulu, sono istirahat, jangan bangun lagi"
Tut.
Draco mematikan teleponnya lalu menaruhnya di makas samping kasurnya, lalu memejamkan matanya.
Dalam tidurnya Draco merasakan seseorang yang ia kenal, ia merasa tangannya dipegang seseorang, lalu ia merasa dahinya diberi sesuatu yang basah? What the hell?
Draco membuka matanya, lalu mata tersebut melebar.
Didepannya berdiri seorang gadis.
"Hebby?! Lo...lo..."
Hebby pun mengambil bangku dari dapur menuju kamar Draco, memang butuh perjuangan karena jarak yang memisahkan, eak.
Lalu, Hebby duduk dengan anggunnya sambil menyeruput teh yang kini dipegangnya.
Teh? Darimana dia mendapat teh?
"Hebby, elo... Dapet teh darimana?! Woi, astaga, teh dirumah gue lagi sakaratul maut, terus elo dengan santainya minum itu?!"
Hebby hanya mengangguk, lalu kembali membaca bukunya.
Draco berfikir, kalau dia ini hantu, dia bisa memegang gelas? Bikin teh? Keren amat ni hantu.
"Hebby, elo itu... Siapa?"
Hebby memandang Draco, lalu menaruh buku dan gelas yang ia pegang, "Gue? Duta shampo pentin, tapi sekarang mau pindah ke lepboy, biar abdol"
Draco kini terduduk di kasurnya, dan sebuah benda basah mendarat tepat didepannya, "Elu ngompres gue? Pantes basah dahi gue"
"Udah, kamu itu lagi sakit, makanya pusing kan? Udah tidur, aku yang rawat kamu"
"Maaf kalo nyinggung, lu hantu tau, ko bisa megang itu"
Hebby tertawa, lalu mendekat pada Draco, "Gue hantu? Kalo gue hantu dan jadi begini, berarti ada seseorang yang beneran kangen gue, elu ya? Ngaku deh, elu kangen gue" Hebby mencubit hidung Draco.
"Dih, ngapain kangen elu? Siapa elu gue ajah belom kenal, kangen elu? Cih" Draco memalingkan pandangannya.
Hebby terkekeh, "cie baper, jangan baper mas"
Draco lalu menoleh ke arah Hebby, "Hebby, seriusan, elu itu hantu kan?! Iya kan?!"
"menurutlu? Intinya gue sayang sama lu, yaudah, kalo lu keganggu gue pergi ya, bye" Hebby melangkahkan kakinya keluar kamar Draco.
Draco terdiam.
Lalu mengerjapkan matanya.
"Tunggu, telinga gue bermasalah? Ato emang tadi dia ngomong sayang sama gue?"
.
.
Maaf kalo basi, maaf kalo melenceng banget dari cerita 13Rw aslinya, maaf typonya.
Cukup vore ajah, makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
13 Reason Why - 1 | √
Fanfiction[DRAMIONE] Menurut lagu Giring Nidji, Mimpi adalah kunci. Benar, Draco sangat amat mengakui itu, mimpinya sangat berpengaruh pada gadis ini. Gadis yang sama, dan selalu muncul di mimpinya. Bahkan kini dia datang, dengan 13 alasan berbeda. ⚠ terdapat...
