[55] Marc Peter Raul Mendes

1K 131 31
                                    

Saat menginjak usia tiga belas tahun, Marc ikut bersama mom dan juga dad untuk tinggal di Indonesia, dan tentu saja dengan Shawn yang saat itu masih sangat kecil hingga belum mampu mengingat setiap kejadian yang terjadi. Enam bulan bergaul dengan banyak teman di sana, hingga tiba saatnya mereka semua harus kembali ke Kanada. Namun tepat pada saat keberangkatan, Marc mengucapkan satu kalimat yang begitu mengejutkan.

"Marc mau masuk islam," ucapnya di usia yang masih begitu polos. Mom dan dad begitu terkejut, mereka menunda keberangkatan untuk beberapa hari. Tak mau membuang waktu, mereka berdua pun sekeras mungkin meyakinkan Marc bahwa keputusan yang baru dia ambil sepenuhnya salah.

Mom mengira itu hanyalah sebaris kalimat yang terlontar dari seorang anak tiga belas tahun yang masih sangat mudah terpengaruh dan tak tahu apapun. Namun perkiraan mereka salah, tiga hari berusaha meyakinkan Marc tak membuahkan hasil apapun.

Tak kuat dengan perilaku Marc yang keras kepala, emosi mom pun meledak-ledak saat itu juga.

"Agama bukan sesuatu yang bisa dimainin kaya gini, Marc!"

"Marc tau mom, tolong jangan terus menerus menentang keputusan Marc."

"Kita harus pulang ke Kanada besok, mom ga mau denger apapun lagi."

"Marc cuma mau pulang kalau mom setuju sama keputusan Marc untuk masuk islam."

"MARC!" teriak mom dengan amarah tak tertahan.

Dad mencoba menenangkan mom dan mengambil alih pembicaraan.

"Kamu yakin, Marc?"

"Ya."

"Mom ga akan pernah menyetujui keputusan kamu. Tolong sadar, kamu hanya terpengaruh oleh pergaulan di Indonesia."

"Usia Marc emang masih tiga belas tahun, tapi ini bukan sekedar keputusan yang keluar karena pengaruh luar kaya apa yang mom bicarain. Ini pertama kalinya Marc bener-bener mantap dan serius dalam mengambil keputusan. Tolong mom.. Dad."

"Kalau begitu jangan pernah ikut mom dan juga dad ke Kanada, karena kita berdua ga mau punya anak yang selalu menentang dan keras kepala kaya kamu."

Itulah kesalahan terbesar yang sampai saat ini selalu disesali mom dan dad setiap harinya. Mereka mengira Marc akan menyerah pada keputusannya dan tetap ikut ke Kanada, namun itu sepenuhnya salah.

"Oke, Marc akan tetep tinggal di Indonesia dan mulai mempelajari agama islam disini," itulah jawaban yang dilontarkan Marc saat itu.

Karena terlalu tersulut emosi, mom dan dad benar-benar meninggalkan Marc dan pulang ke Kanada keesokan harinya. Mereka sengaja menitipkan Marc pada kerabat dekat yang tinggal Indonesia.

"Mungkin dengan begini Marc akan sadar dan mau pulang ke Kanada," pikir mom. Namun lagi-lagi pendapatnya salah dan malah berdampak fatal.

Marc hanya tinggal di rumah kerabat mom dan dad selama satu bulan, karena setelah itu dia pergi entah kemana. Mom dan dad begitu khawatir sampai mereka harus kembali ke Indonesia untuk mengkonfirmasi kabar tersebut.

Setelah kepulangan Marc hari ini, mereka baru mengetahui bahwa saat itu Marc pergi dan diadopsi oleh keluarga Julia Marquez dan Roser Alenta. Mereka berdua begitu menyayangi Marc dan membawanya tinggal di spanyol.

Marc Peter Raul Mendes berganti nama menjadi Marc Marquez Alenta setelah dirinya tinggal bersama keluarga baru yang membantunya sepenuh hati untuk mempelajari agama Islam.

"Berarti Alex Marquez yang waktu itu di sirkuit sentul," gumam Shawn di tengah pembicaraan.

"Ya, dia adalah adik tiri saya."

Haji MendesWhere stories live. Discover now