TIGA BELAS : PERDEBATAN

27.9K 2.8K 38
                                    

Kesesokannya, saat bel pulang sekolah. Bella sadar jika Galih tengah menunggunya dan cewek itu sudah melihat mantan pacarnya itu dari kaca jendela.

Sementara itu satu kelas sudah tau jika Bella dan Galih sudah resmi putus akibat insiden tempo hari. Bahkan Vira juga ikut terkena bully sudah merebut pacar orang.

"Bell." Panggil Galih di depan pintu. Sayangnya Bella tidak bisa kemanapun karena dia yang paling terakhir keluar dari kelas dan Galih sengaja memblokir jalan cewek itu.

"Mau ngapain lagi sih!?"

Galih dengan wajah sedihnya berusaha menggenggam tangan Bella tapi buru-buru cewek itu menepisnya. "kasih aku kesempatan buat jelasin-"

"Jelasin apa? Yang kemarin juga udah jelas. Sangat JELAS!" Tekan cewek itu di akhir kalimat. Lagi pula dia sudah muak melihat Galih dan Vira yang ternyata tidak jauh darinya.

"Aku sama Vira nggak ada hubungan apapun. Sungguh."

"Yakin lo?" Bella ternyata pada Galih lalu beralih pada Vira, "kalo lo gimana? Lo pasti berharap banget kan ada hubungan sama mantan gue ini." Tunjuk Bella pada Galih.

Sementara Vira kaget mendapat kalimat seperti itu. "Bella. jujur, gue emang suka sama Galih. Tapi gue nggak sejahat yang lo kira."

"Apa?! Ulangin lagi. NGGAK SEJAHAT YANG GUE KIRA?" Nada Bella meninggi. "Nggak jahat ya kalo udah ngerusak hubungan orang?"

Galih menatap Bella kaget, "aku nggak nyangka kamu bisa sekasar ini. Kamu bukan Bella yang aku kenal. Karena Bella yang aku kenal itu sabar, nggak pemarah."

"Oh bagus. Gue juga nggak kenal sisi lo yang suka selingkuh gini."

"Aku nggak selingkuh."

"Bella, udah. Aku juga minta maaf udah ngelakuin itu." Pinta Vira dengan wajah memelasnya.

"Ada cewek lain yang secara terang-terangan suka sama cowok gue. Yang setiap hari dapat perhatiannya. Yang sering di anter jemput cowok gue sementara gue pulang sendiri yang notabene nya lebih berhak ada di samping cowok gue tapi demi kepentingan sekolah, demi kepentingan Osis. Gue biarin dia sama lo karena gue pikir kalian nggak bakal ada apa-apa." Kesal Bella. Dia sudah tidak mempedulikan lagi tatapan orang-orang yang masih berada di sekolah. Dia juga tidak peduli dengan sifat dinginnya lagi.

Dengan cepat Galih meraih bahu Bella, "aku memang ada urusan Osis. Tapi aku nggak tau kalo bakal kayak gini jadinya. Untuk urusan antar-jemput kamu, kita kan udah bicarain sama-sama."

"Paham gue paham maksud lo." Bella mengangguk paham. "yang gue nggak paham adalah kenapa lo nggak nolak saat Vira NYIUM LO!" Teriak Bella frustasi.

Mendengar nada suara tinggi dari seorang cewek membuat Revan langsung bergegas mencari sumber suara itu. Pencariannya berakhir saat melihat Bella dengan dua orang yang di bencinya sedang berada di depan kelas. Bahkan pemandangan itu membuat banyak orang yang sengaja lalu lalang di dekat mereka hanya untuk mendengar lebih jelas.

Revan mendekati mereka. Wajah Bella sudah merah padam. Antara sedih, kecewa dan marah menjadi satu.

"Bella. Ayo pulang bareng gue." Lirih Revan di belakang Galih.

Cewek itu tersadar. Melihat Revan di belakang Galih sambil mengulurkan tangannya.

Galih merasa muak dengan Revan karena dengan mudahnya ikut campur dalam urusan mereka. Akhirnya dia mencengkram bahu Revan marah. "Gue peringatin lo, jangan urusin urusan gue sama Bella."

"Urusan lo sama Bella? Urusan apa, Bro? Perasaan kalian udah nggak ada urusan apa-apa lagi deh." Sinisnya.

"Lo-"

"Galih!"

"Apa? Kamu marah? Udah berapa lama kalian kenal? Kamu itu pacar aku, tapi kenapa kamu malah deket sama dia." Galih tidak percaya.

"Setidaknya dia bukan cowok brengsek ciuman sama cewek lain sementara udah punya pacar." Sindirnya keras.

"Aku bener-bener kaget sama sikap kamu, Bella." Lirih Galih menatap Bella dengan pandangan capek. "Apa karena kamu deket sama cowok biang onar ini, sikap kamu berubah? Revan bener-bener bawa pengaruh buruk sama kamu."

Bella tersenyum manis. "Sebelum lo nyalahin orang atas sikap gue sekarang. Seharusnya lo lebih baik berpikir dulu apa yang udah kita lewatin kemarin."

"Jadi mau kamu sekarang gimana?"

"Mau gue?" Bella menaikkan alisnya dengan wajah setengah lega. "GUE MAUNYA KITA UDAHAN, BUBAR, END, PUTUS!"

"Kamu minta putus? Hubungan kita belum nyampe dua bulan dan kamu dengan seenaknya minta putus? Kamu pikir pacaran itu tentang putus nyambung?"

"Jadi apa? Lo mau kita masih pacaran dengan apa yang udah lo lakuin ke gue?"

Cukup sabar Galih menghadapi Bella yang menurutnya sudah berubah, kini dia mulai mengambil tindakannya. "Oke! Mau kamu kan kita putus! Kita emang lebih baik putus. Mungkin ini memang keputusan yang baik buat aku, buat kamu dan mungkin buat semua yang udah aku lakuin ke kamu." Ucapnya meniru ucapan Bella kemarin pagi.

Sepeninggalan Galih dan Vira. Bella terdiam dengan nafas yang memburu. Cewek itu sudah siap akan menangis tapi saat melihat tatapan Revan membuatnya semakin ingin menangis. Alhasil yang dilakukannya adalah memutar tubuhnya dan membelakangi Revan sambil menangis.

Cold Girl Meet Cute BoyWhere stories live. Discover now