DUA PULUH DELAPAN : DO RE MI (END)

41.1K 2.6K 430
                                    

Lagunya emang nggak ada hubungannya siiii. Tp gatau kenapa pengen denger ini terus wkwkwk




🌸🌸🌸

Tiga bulan kemudian...

Setelah ujian semester dan libur berakhir, Yang Bella dengar terakhir kalinya adalah Kristal pindah sekolah lagi. Tidak hanya pindah sekolah tapi juga pindah kota mengikuti ayahnya yang juga di pindah tugaskan oleh pekerjaannya.

Seperti tidak terjadi apa-apa, hubungan Bella dan Kristal bahkan seperti teman biasa. Mereka juga sempat saling meminta maaf dan memulai hubungan yang baik.

Sebenarnya Kristal tidak sejahat yang Bella pikirkan. Cewek itu cukup baik dalam hal berteman. Apalagi Kristal sudah ikhlas merelakan Revan bersama Bella. Hal itu membuat Bella berterima kasih padanya yang sudah mau mengerti.

Sementara Iqbal. Mantan pacar sekaligus cinta pertama Bella itu kini masih berteman dengan Bella. Hanya mulai sekarang mereka lebih menjaga jarak karena Bella yang meminta dan tidak ingin menyakiti Revan lagi.

Meski Iqbal sedikit tidak suka dengan keputusan Bella, tapi dengan cukup dewasa Iqbal menerima keputusan Bella untuk sedikit menjauh.

Pagi itu sekitar pukul 9 dan Revan bersama kedua sahabatnya tengah berdiri di tengah lapangan sambil memandangi tiang bendera. Mereka tengah di hukum Bu Lauri karena ketahuan meminum Kiranti di kantin.

"Heran Ibu lihat kalian. Sebenarnya kalian itu cewek atau cowok sih? Kok hobi minum minuman untuk haid?" Ucap Bu Lauri sambil menggelengkan kepalanya.

"Enak, Bu." Sahut Khalil membenarkan jika dia memang hobi meminum minuman itu.

"Dasar bocah gendeng!" Sembur wanita paruh baya itu sambil memukulkan penggaris kayu pada paha Khalil.

"Ibu! Kalo saya keguguran, Ibu mau tanggung jawab?" Sentak Khalil tidak terima.

Bu Lauri terdiam sambil memijit pelipisnya. Inilah mengapa tensi darahnya naik. Semakin hari semakin stres menghadapi ketiga anak di depannya ini.

"Ya elah, Bu. Saya kan nggak minum Kiranti." Kilah Revan tidak terima.

"Iya, emang enggak. Tapi siapa yang minum SGM Bunda tadi?"

Revan terdiam sambil menggaruk tengkuknya salah tingkah. Dia jadi serba salah.

"Bu kenapa saya mesti ikut kena coba?" Protes Dani tidak terima.

"Kamu memang nggak minum. Tapi kamu nyicip juga kan?"

Dani menghela nafas. Ini semua karena permintaan si jabang bayinya Khalil. Cowok itu berpendapat jika dirinya tengah hamil. Bahkan mengindam dan minta Dani untuk menyicip juga. Apalagi saat itu di kantin banyak sekali cewek-cewek. Jadi mau tidak mau dia harus menuruti Khalil yang kalau tidak, akan semakin mengamuk. Maklum faktor hormon.

"Ibu mau catat nama kalian di buku kasus dulu. Jangan kemana-mana. Awas ya kalo kabur. Ibu cari sampai besok!"

Ketiganya mendecih sebal. Bu Lauri lama-lama seperti monster saja.

"Ini semua karena lo, Lil!" Sembur Dani tidak terima.

"Eh Mas, kalo bukan karena si jabang baby, aku nggak mungkin minta ini itu." Lirih Khalil tidak ingin di salahkan sang suami. Apalagi dia juga merasa tersakiti oleh tuduhan suaminya. Eh ralat, suami sementaranya.

"Halah.  Alasan aja."

"Udah! Gak usah berantem bisa?" Lerai Revan.

"Kamu tuh ya Mas. Nggak pernah mau mikirin perasaan aku. Yang kamu tau cuma kerja-kerja aja. Emang ada tuh kamu mikirin aku sama Barbara? Nggak ada kan? Bahkan untuk ngomong sayang aja nggak ada." Marah Kahlil. "Dasar lelaki, semuanya sama saja."

Dani tercengang. Apalagi Kahlil mengatakan dengan lantang sampai orang-orang yang lewat ikut melirik dan berusaha curi dengar.

"Sama aja gimana? Gue beda kok." Sahut Revan tidak terima jika Khalil mengatakan semua cowok sama saja.

"Kalo lo beda, coba ngomong sayang ke cewek lo? Nggak berani kan? Cowok emang gengsian."

"Apa sih, Lil. Kok malah yang itu." Wajah Revan memerah malu. Cowok itu memalingkan wajahnya. Tapi saat dia palingkan wajahnya tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan Bella yang tengah lewat di depan koridor. Sepertinya cewek itu tengah membawa buku absen guru.

"Bella. Revan bilang dia bosen sama lo!" Teriak Khalil.

"Khalil!" Peringat Dani takut terjadi perang.

"Apa? Mau marah? Isteri kamu itu aku ato Bella sih, Mas?"

Akhirnya Dani diam juga.

Bella yang mendengar suara lantang dari Khalil pun tertarik untuk meminta penjelasan dari Revan. Cewek itu diam di posisinya yang tidak jauh dari mereka.

"Lo mau ngomong, Rev?" Pancing Bella.

"Oh e-enggak kok."

"Tadi maksud Khalil ngomong gitu apa ya?"

"Dia ngibul, Yang."

Bella masih kurang percaya. "Yang bener?"

"Iya."

"Kalo bosen bilang. Biar gue mundur. Sakit kalo taunya belakangan." Bella tersenyum manis bahkan terkesan terpaksa.

"Bell." Panggil Revan saat Bella akan pergi. "Bella, DO RE MI LI KIN KA MUUUU?"

Bella terkejut saat Revan berteriak nyaring di tengah lapangan. Bukan hanya di sekitar mereka saja yang mendengar tapi sampai pada kelas-kelas lainnya juga yang kini melirik mereka dari kaca jendela.

Alih-alih tersenyum malu, Bella malah menarik nafasnya lalu, "DO RE MI LI KIN AKU."

Khalil menatap jijik kedua orang itu. Bahkan alisnya menyatu saking gelinya mendengar 'Boleh milikin kamu?' dan 'Boleh milikin aku' yang Khalil kira artinya ya seperti itu. Dia menghentakkan kakinya kesal.

"Ihhh apaan sih. Bikin jijik aja." Maki Khalil dengan pandangan iri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

The End



ALHAMDULLILALLAH YAAA. SUDAH END. UNCH UNCH WKWKKWK. GIMANA SAMA PART INI?

Cold Girl Meet Cute BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang