PART 59

3.7K 101 2
                                    

Jujur setelah kepergian Fitri gue kehilangan dia, biasanya se monoton apapun hidup gue masih ada yang suka nemenin gue , minimal nemenin gue ribut kalo lagi istirahat, sekarang sepi, gue kebanyakan ngabisin waktu ditempat gue. Ruangan gue gak terlalu besar, ukuran 3x2meter, dipojokan ada loker setinggi gue lebih dikit, ada komputer diatas meja, dan ada satu matras tidur, lumayan buat tidur kalo lagi nunggu buka.

Untuk posisi yang saat ini gue gak terlalu kerja capek lagi, gue tinggal ngawasin kerjaan anak anak, nyusun schedule mereka, sama menerima reservasi dari tamu untuk event event gede. Yang mana tamunya juga gak sembarangan, kebanyak dari perusahaan BUMN ataupun swasta yang sudah ternama ada juga dari instansi pemerintah. Pantesan Fitri punya banyak koneksi, yang bikin dia gampang cari kerjaan.

Untuk kuliah gue juga relatif lebih ringan, karena beberapa mata kuliah semester ini udah gue ambil pada semester sebelumnya, jadi gue tinggal ambil sisanya. Dikampus gue masih sering ketemu sari, karena jujur gue dikampus jarang ngobrol sama yang lain, kalo ada perlu mereka yang suka nyamperin gue, atau kalau gue ada perlu gue yang nyamperin mereka.

Otomatis temen gue cuma sari dikampus,
"Den, lo gak ada kelas ya habis ini" kata sari, setelah sekian lama gue paksa akhirnya dia baru mau manggil nama gue , gue gak mau keliatan tua banget.
"iya sar, kenapa" kata gue, setelah kelas selesai siang itu
"ooo, gak. mau ngajak makan siang doang" kata sari
"ok, gue juga laper sar, tadi pagi gak sarapan" kata gue
"lo mau makan den?" tanya sari
"terserah, gue ikut aja yang penting kenyang, laper banget sar" kata gue
Dia ngajak gue makan di rumah makan padang, 
"kalo disini pasti kenyang ya" kata sari sambil ketawa
"pasti la, bebas nambah kan" kata gue
"iya" kata sari
Gue makan dengan lahap banget, pake nambah
"makan nya pelan pelan den, kayak udah lama gak makan aja lo" kata sari
"Gue laper banget sar, thanks ya sudah nraktir" kata gue dengan mulut masih penuh nasi, dia cuma senyum aja

"huuuh,, kenyang banget gue sar" kata gue setelah selesai makan,
"lo kalo makan kayak anak kecil den," katanya
"Gue kalo laper suka kalap," kata gue ketawa
"eh den, lo udah ada rencana skripsi mau ngambil bahannya dimana?" kata sari
"belom kepikiran sar" kata gue
"pikirin dari sekarang den, semester depan kita udah mulai nyusun" katanya
"hmmm, iya ya, kalo lo dimana" tanya gue
"kalo gue dikantor papa den, biar gampang pas minta bahannya" katanya
"weih, enak lo sar, lah gue belom ada planning" kata gue
"lo ikut gue aja, dikantor papa, kan yang penting judulnya beda" kata sari
"saran bagus tuh, boleh kalo papa lo gak keberatan" katanya
"iya, nanti gue ngomong sama papa, dia pasti gak keberatan" kata sari
"thanks ya" kata gue , dia senyum ke gue
Setelah itu kita kembali ke kampus.

Sejalannya waktu hubungan gue gwma sari makin deket, gue tambah sering ketemu sama dia, cuma sekedar bahas masalah nanti skripsi kita, atau sekedar cari cari jurnal yang bakal kita jadi referensi buat judul skripsi kita nanti
"lebih baik kita cari sekarang, nanti pas kita ajukan judul dosennya bisa pilih mana yang bagus" katanya ke gue , gue setuju aja, toh dia udah bantuin gue.

Masuk semester 7, saat dimana tingkat stress meningkat dan emosi sedang labil labilnya semester dimana kita bakal habisin waktu cuma sekedar buat nyari nyari dosen.
"den, besok lo bisa ke kantor papa, nanti gue tunggu disana" kata sari, setelah kita dapet surat referensi dari kampus ke perusahaan yang bakal kita tuju nanti.
"oke, siang sebelum makan siang aja ya" kata gue , sari senyum aja.yang artinya setuju.

Besoknya gue langsung kekantor papa sari, kantornya lumayan besar ada 2 lantai, lantai 1 untuk lever staff, sedangkan lantai 2 untuk level manager dan ruangan meeting. ternyata papa nya punya usaha dibidang kontruksi bangunan, jadi ruangan kantornya bagus, penempatan ruangan sangat efektif, tidak ada space ruangan yang sia sia. Sari nunggu gue dibawah, dilobi kantor.

"hai den, jauh gak" kata sari
"gak terlalu sar" jawab gue
"yuk, langsung ke ruangan papa aja, kebetulan dia lagi gak ada kerjaan" kata sari, gue manggut, lalu kita langsung keatas.
sari langsung masuk ke ruangan papa nya, ruangannya cukup gede, disana ada foto keluarga mereka, gede tertempel didalam ruangan.
"pa, ini deni yang waktu itu sari pernah cerita" kata sari, papa sari berdiri, gue langsung menjabat tangannya
"saya deni pak" kata gue
"ooh ini toh yang namanya deni, sari banyak cerita tentang kamu, terus jangan panggil Bapak, panggil om saja" katanya
"iya om, maaf" kata gue
"duduk den" katanya nyuruh gue duduk, gue langsung duduk sari duduk disamping gue
"sari sudah cerita, katanya kalian mau ambil bahan skripsi disini ya?" tanya nya
"iya om, rencananya begitu" kata gue
"memang kalian sudah siap apa yang akan kalian teliti nanti" katanya
"kebetulan sudah om, sari udah jauh jauh hari ngajak nyiapin, jadi nanti gak repot lagi" kata gue
"ooo, bagus kalo gitu, kalian boleh ambil bahan seperlu kalian, kalo ada kesulitan bisa langsung tanya ke bagian HRD, mereka akan bantu" katanya
"iya om, makasih banyak sebelumnya" kata gue , dia cuma ngangguk
"kamu juga sar, skripsi yang serius, jangan main terus" katanya kepada sari
"yeee papa, emang kapan sari gak serius, buktinya aja sari cepet skripsi nya" katanya manja, papanya cuma ketawa
"yaudah kamu kebawah sana, temuin mbak yanti, dia orang HR, bilang aja mau skripsi disini" katanya
"iya om, terima kasih banyak sekali lagi" kata gue , dan kita langsung kebawah, gak susah nyari mbak yanti, orangnya gendut, mukanya bulet
Setelah dapet sedikit arahan dari dia, sari ngajakin makan siang lagi.
"Gue gak enak nih sar, lo nraktir mulu" kata gue
"gapapa, lagian gak seberapa juga" kata sari
Selepas makan gue langsung balik ke tempat kerja, sari balik lagi kekampus.

Selama skripsi sari banyak banget bantu gue, katanya dia ngerti kesibukan gue jadi dia bakal semampunya bantu, kadang gue merasa gak enak sama dia, "sar, lo baik banget sama gue , entah gimana gue bisa bales" kata gue, disela sela waktu bimbingan kita
"santai aja den, apa yang lo rasa sulit tinggal ngomong, kalau gue bisa pasti gue bantu" katanya, jarang jarang gue dibantuin cewek.
"tapi lo gak keberatan kan" kata gue
"nggak lah, kalo keberatan gue gak bakal bantuin lo" katanya, gue cuma nyengir
"den, lo kapan libur" katanya
"lusa, kenapa?" tanya gue
"ooh nggak, gue pusing, pengen refreshing, mau nemenin gue gak" katanya
"siap, mau kemana" tanya gue, itung itung bales budi
"nonton aja yuk, gue udah lama gak nonton" katanya
"oke, tapi gue yang bayar ya, gue udah gajian, lagian masa lo terus yang nraktir" kata gue , dia setuju.

Lusanya sesuai janji gue kita ketemuan di salah satu mall di palembang (ahirnya palembang ada mall), ternyata dia udah datang duluan.
"sorry, lo kelamaan nunggu gue ya" tanya gue
"nggak kok, gue nya aja yang telalu cepet datengnya" kata sari
"hehehe, mau nonton apaan?" tanya gue
"nanti liat aja diatas" kata sari
Lalu kita naik ke lantai paling atas, setelah pilih pilih film, akhirnya sari milih satu film, setelah beli tiket, kita tunggu studio buka, sari maksain buat dia yang beli makanan, gak lama kita masuk, sepanjang film sari fokus banget, gue yang gagal fokus, mata gue cuma merhatiin dia, ternyata dia bener bener sudah tumbuh dewasa, sari yang dulu gue kenal masih anak waktu SMA sekarang sudah jadi gadis yang cantik.
Setelah film berakhir sari maksain gue untuk foto, waktu itu photobox lagi bener bener booming, setelah dipaksa berkali kali akhirnya gue mau, sumpah gue jarang banget foto, setelah itu dia seneng banget, "lo seneng banget sar" kata gue
"iyalah, gue seneng hari ini den" katanya
"bagus deh" kata gue
Kita duduk disalah satu ayunan yang disedian di mall.
"sar, lo kok belum punya cowok sih" kata gue
"belum dapet yang cocok" katanya
"oooo, kirain lo gak suka cowok" kata gue
"sialan lo, gue normal kali den" katanya
"makanya pacaran" kata gue
"yeee, pacaran itu gak bisa dipaksa, harus ada yang pas baru enak jalaninnya" kata sari
"ooo, iya ya" kata gue
"terus lo sendiri gimana, masih pegang prinsip yang sama" tanya dia
"iya sar" kata gue
"susah kalo gitu, lo gak bakal nikmatin rasanya pacaran" kata sari
"gak perlu pacaran untuk disayangin orang sar, gue gak butuh pacar, gue butuh orang yang sayang gue, udah cukup, pacaran itu cuma status doang" kata gue
"ooo gitu, tapi kan dengan status artinya lo secara gak langsung ingin orang yang lo sayangi gak diambil orang" katanya
"emang dengan pacaran itu bakal ngindarin orang dari selingkuh? nggak kan" kata gue
"bener juga ya, jadi menurut lo enaknya gimana" kata sari
"yah enakan gini, single tapi banyak yang sayang" kata gue sambil ketawa
"iss narsis lo den" katanya ketawa
"lo masih suka kontak sama oca dan oliv den" katanya
"kalo oca pernah ketemu waktu itu, pas dia balik kesini. Terus kalo oliv lost contact, terkahir waktu gue ke jogja sempat ketemu sebentar" kata gue
"ooo, lo masih belum bisa mutusin" katanya
"entahlah sar, kayaknya gue harus mulai lupain semuanya, jujur gue pesimis mereka inget gue , dulu kan kita masih SMA belum bisa melek, belum tau kalo diluar masih banyak yang lebih baik kalau ibarat pepatah bagai katak dalam tempurung, waktu itu oca masih sempat bilang kalau dia masih nunggu gue, tapi gue gak tau sampai kapan dia bakal nunggu gue , gue malu sar , Gue malah pengen ngomong ke mereka untuk lupain gue" kata gue
"ooo gitu, lo kok berubah den" kata sari
"berubah gimana?" kata gue
"lo gak kayak deni yang dulu gue kenal, deni yang dulu gue kenal gak gampang pesimis, deni yang dulu gue kenal selalu optimis, berani, bukan yang kayak gini cengeng" katanya, gue kaget denger ucapan dia, tapi mau gimana lagi, memang kenyataanya demikian, gue perlahan udah mulai ngelupain mereka, semakin banyak orang yang gue sayangi semuanya pergi satu persatu. Banyak temen yang bilang gue beruntung karena banyak yang suka, tapi manurut gue malah sebaliknya, gue gak butuh banyak orang yang suka, yang gue butuh seseorang yang akan selalu ada disamping gue , nemenin gue , seseorang yang selalu menjadi tempat gue berkeluh kesah.

Perfect CoupleWhere stories live. Discover now