#Dia si putri Es (?)

3.9K 250 1
                                    

"nama Anggiprillya Mahendra, pindahan dari Bandung, alasan pindah karena orang tua di pindah tugaskan ke jakarta"

Seperti biasa, prilly memperkenalkan dirinya dengan ekspresi Datar. Apa yang menarik di sini? Sudah banyak sekolah yang ia tempati, ternyata tidak jauh beda dengan sekolahnya yang dulu dulu. Lihatlah semua mata kini tertuju padanya, bisikan bisikan muncul untuk dirinya. Tatapan tatapan kagum sampai tatapan sinis ia dapatkan disini "huh,, apa pedulinya gue"

"Sekarang kamu duduk di bangku kosong itu" guru itu menunjuk bangku kosong kedua di barisan kedua.

"Hai prill"

"Cuek amat sih"

"Istirahat makan bareng yuk!!"

"Pulang nanti mau pulang bareng abang gak?"

"Huuuuhhhh"

Berbagai sorakan mengiringi langkahnya. Memang selalu begini bukan? Apa gunanya peduli? Saat suasana bising karena godaan godaan yang ia dapatkan tanpa di sadari ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikannya.

Sepasang Mata Hazle coklatnya, bulu mata yang lentik juga Alis matanya yang tebal. Rahangnya yang kokok dengan tubuhnya yang tegap. Dan kulit putihnya yang melengkapi kesempurnaannya di mata kaum Hawa.

"Semuanya sama  saja"

Inilah kehidupannya di sekolah, selalu jadi pusat perhatian, pusat kekaguman bahkan pusat kebencian. Tidak ada rasa senang ataupun sedih baginya. Menurutnya Ia terlalu profesional menjalani hidupnya yang tidak aneh ini. Sudah 6 sekolah yang ia tempati dalam satu semester ini, dan ini yang ke7 semuanya tidak berbeda. Apakah ia tidak bisa menemukan sesuatu hal yang menarik baginya di sekolah? Dan Kenapa selalu saja begini?

Rasanya ia ingin berhenti sekolah. Namun apa daya, itu akan merendahkan Image Keluarganya yang sangat terpandang. Keluarga yang memiliki cabang perusahaan dimana mana, keluarga yang selalu jadi bahan perbincangan di dunia perbisnisan dan tentu saja ia tidak ingin membuat perusahaan yang di bangun orangtuanya hancur begitu saja karena ulahnya.

"Hai prill, namaku Gritte" seseorang bernama gritte mengulurkan tangannya pada prilly.

"Hay juga" Prilly hanya menjawab dengan senyum yang di paksa sambil membereskan bukunya kedalam tas..

Menyadari tidak ada balasan atas uluran tangannya. Gritte kembali menarik tangannya. Gadis yang kini ada di hadapannya memanglah cantik, entah kenapa ia sangat yakin jika Prilly bersikap seperti ini akan banyak pria yang mengagumi sosok prilly.

"Mau ke kantin bareng gak?" Ajak gritte. Ia ingin sekali berteman dengannya. Sehubung prilly baru masuk sekolah, apa salahnya jika ia bisa menjadi teman pertama prilly

"Sorry tapi gue mau keperpus" jawab prilly cuek dan berlalu di hadapan Gritte. Memang banyak yang ingin berteman dengannya, namun mengingat banyak juga yang memanfaatkan dirinya, apa salahnya ia tidak mudah percaya dengan orang yang baru ia kenal toh ini juga demi kebaikannya sendiri.

Gritte masih diam ditempat menatap kepergian Prilly "Cewek es" gumamnya. Kenapa seseorang yang menawan harus menjadi Es? Sekarang dikelasnya menjadi ada 2 es. entah kenapa rasanya prilly lebih dingin dari siapapun. Sebelumnya ia belum pernah menemukan sosok gadis seperti prilly, Gadis yang memang lebih dingin dibandingkan dengan kutub selatan ataupun kutub utara sekalipun

Sepanjang perjalanan Prilly jadi pusat perhatian. Pusat perhatian karena mereka baru melihat prilly, karena mereka baru melihat Gadis Cantik seperti Prilly dan karena mereka memang mengetahui status Prilly.

Prilly berjalan dengan Santainya, dengan Erphone yang menutupi telinganya. Inilah Prilly, Dingin dan sangat Menarik. Rambutnya yang digerai indah, wajah yag hanya di balut lip glos dan bedak tipis, begitu Cantiknya ia berjalan. Ia memang anak baru, tapi dalam dirinya tidak ada rasa ragu untuk menjelajahi lebih dalam tentang sekolah barunya. Tersesat? Terserah, memang ia peduli?
_____________________________________

Puteri EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang