Bagian 01

798 86 103
                                    

Bajuku sobek, tapi aku lebih dari kata baik-baik saja.

Aku menggerakkan kaki menyusuri trotoar temaram ini dalam diam. Tubuhku sungguh remuk akibat kejadian tadi. Tetapi aku tetap berusaha menguatkan diri agar dapat kembali ke rumah.

Asal kalian tahu saja, aku ini gadis paling kuat. Namun tidak sekuat Doo Bong Soon pastinya.

Setelah berjalan sedikit, aku menemukan sebuah halte bus. Halte tersebut sunyi. Tidak ada orang di sana. Aku duduk dengan lemas di kursi dingin itu sembari memerhatikan jalanan yang terlihat sangat sunyi. Sesekali ada satu kendaraan melintas.

Di ujung jalan terdapat toko yang menjual barang-barang kuno, aku pernah ke sana sesekali. Pemiliknya adalah seorang kakek yang sangat ramah pada siapapun. Kalau ke sana ia pasti memberikan sebuah teh hangat dan mengajakku berbicara mengenai hal-hal ringan sebelum pada akhirnya pamit pulang ke rumah dengan jiwa yang entah karena apa selalu terasa tenang.

Kemudian ponselku bergetar. Layar ponselku menunjukkan nama 'Shin Kyungra'. Aku pun mengangkat telepon tersebut.

"NAM JI HYE!" pekik gadis itu cukup keras, sampai aku menjauhkan ponsel dari telinga. Kuhembuskan napas panjang setelah mendekatkannya kembali. "Kau mengaggetkanku."

"Hei, Ji. Kudengar kau dibawa mereka lagi ke belakang sekolah," kata Kyungra cepat. Lalu ia melanjutkan, "Kau baik-baik saja?"

Napasku terhembus lagi secara perlahan. "Ya, aku baik-baik saja."

"Kau yakin? Kau tidak bohong, kan?" Kyungra terdengar curiga.

Sejenak aku terdiam. Kuperhatikan bagian tubuhku yang terlihat sembap akibat pukulan tadi. Warna birunya sungguh mengganggu. Kyungra pasti akan menyadarinya esok hari.

Jadi kuhirup sedikit udara dan berkata dengan santai, "Mereka hanya sedikit memukulku. Kau tidak perlu khawatir."

"Kau bilang apa?! Sedikit? Hei Ji, kau ini benar-benar, ya. Bagaimana bisa kau santai begitu ketika menerima pukulan? Kau tahu betapa khawatirnya aku? Sudah, jangan berlagak seolah kau kuat dan ayo telepon polisi. Kita harus menendang mereka ke penjara sebelum...."

"Kyung," selaku cepat sebelum ia melakukan rapper yang mampu mengalahkan Suga BTS. "Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir."

"Tapi, Ji....,"

"Setidaknya mereka masih mengijinkanku tetap hidup hari ini, jadi tidak usah berlebihan," ucapku mencoba menenangkannya. Aku paling tidak suka membuat orang lain cemas hanya karenaku. Terutama orang itu adalah Kyungra.

"Baiklah." Kyungra menghela napas malas. Lalu gadis itu terdengar seperti berkobar. "Kali ini aku akan melepaskan mereka karenamu, tapi awas saja nanti kalau aku tidak ada les dan mendapat mereka berulah lagi, akan kupotong leher mereka sau persatu tanpa ampun," ungkapnya mengancam, namun terkesan mengerikan bagaikan seorang psikopat.

Aku jadi bergidik ngeri. Gadis ini lebih ganas dari dugaanku. Namun tak lama kemudian aku terkekeh kecil sambil berucap, "Terserah kau saja." Dan segera berhenti karena merasa perih di sekitar bibir. "Sudah. Tidur sana."

"Tunggu dulu!" serunya tiba-tiba.

Alisku mengernyit. "Kenapa lagi?"

Enigma, TicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang