7 - Salah paham

11.5K 878 49
                                    

Tanpa kita tau, sebenarnya bukan orang yang selalu membuat kita tersenyum yang selalu ada di pikiran kita. Tapi orang yang membuat kita kesal yang akan kita kenang selamanya.

🌟🌟🌟🌟🌟

PRILLYANA ALENA

Tunggu tunggu. Menikah? Apa telingaku masih waras? Dan siapa mereka?

Aku termenung sebentar mengingat kejadian kemarin dan seketika aku ingat.

Dia cowok yang aku temui di Mall kemarin?

"Bunda ini ngomong apaan sih? Ali gak kenal sama dia--!". Seketika aku reflek menoleh ke arahnya.

"Bunda gak ngajarin kamu jadi cowok pengecut Alian. Setelah kamu menidurinya semalam dan sekarang kamu bilang kamu gak kenal sama dia??"

Mulutku menganga lebar begitupun dia. Ku alihkan pandanganku menatap wanita paruh baya itu.

"Apa?" Tanyaku lirih. Kini tatapanku beralih ke arah Ali yang berdiri tak jauh dariku. "Lo apain gue semalem? Lo...Lo...!" Aku tak mampu meneruskan kata-kataku.

Aku lalu beranjak dari tempat tidur dan berniat pergi. Tapi mendadak Ali menubruk tubuhku dan memelukku sangat erat. Membuat mulut wanita itu menganga lebar.

"ALIAAAAAAAAN!!!" teriak wanita itu gemas. Aku hanya bisa terdiam. Aku syok karena mendapat serangan mendadak seperti ini. Ingin aku memukul kepalanya tapi kedua tanganku terkunci.

"Ini danger Bun. Mendingan Bunda keluar. Biar dia pake bajunya dulu..!" Jelasnya dengan kedua tangan masih memelukku. Kepalaku bersandar di dadanya. Terasa nyaman...

Tunggu. Tadi dia bilang apa? Aku pake baju dulu? Jadi sekarang aku naked? Ya Tuhan...

"Lepasin!" Titahku. Tapi dia menggeleng.

"Lepasin Ali!" Kali ini suara wanita itu yang menginterupsi.

"Bunda keluar dulu..bukan muhrim jadi Bunda gak boleh liat---AAAAW!" jeritnya karena telinganya di tarik oleh wanita itu. Tapi herannya kenapa tangannya tidak lepas dari tubuhku?

"Kamu yang bukan muhrim Ali. Cepet lepasin..!"

Perlahan pelukannya mengendur dan tangannya terlepas dari tubuhku. Dengan gerakan cepat aku langsung menarik selimut sebatas dadaku.

Cowok yang bernama Ali itu terlihat sedang mengusap daun telinganya. Perlahan aku meraba keningku yang terdapat sebuah benda. Aku mengambilnya dan mengamatinya.

Seperti sebuah kompres. Tunggu. Ini kan kompres byebye fever? Kompres buat bayi?

Aaaargh..memangnya aku bayi sampai di beri kompres seperti ini?

Baru saja aku ingin mengeluarkan kalimat protesanku tapi wanita itu bersuara lagi.

"Pakai baju kamu. Saya tunggu di luar!" Titahnya sambil menatap ke arahku. Aku perlahan mengangguk. Wanita itu keluar tapi Ali masih berdiri di tempatnya.

"Ngapain lo masih di sini?" Tanyaku ketus.

"Mau liat siaran langsung!" Sahutnya sambil tersenyum jahil ke arahku. Tanganku reflek meraih bantal dan melemparkan ke arahnya. "Weits...gak kena!" Godanya sambil menghindar dari bantal yang hampir mendarat ke wajahnya.

"ALIAN..!!" teriak wanita itu.

"BENTAR BUUUN...SIARAN LANGSUNG BELUM DI MULAI!!" balas Ali tak kalah nyaringnya.

Seketika mataku mendelik ke arahnya. "Keluar atau gue teriak?" Ancamku.

"Teriaknya ntar aja neng. Waktu malam pertama kita!!"

[SUDAH TERBIT] Dear My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang