9 - Rayuan Alian

10.8K 847 16
                                    

Masa lalu tidak untuk di kenang...tapi di lupakan.

🌟🌟🌟🌟🌟

PRILLYANA ALENA

Ngapain dia ke sini?

Aku kembali keluar dari kamar dan langsung menuju ruang tamu.

"Biar saya aja Bi!" Seruku saat Bi Minah sudah siap akan membuka pintu.

"Iya Nyah!" Sahutnya sopan dan kembali ke dalam.

Aku langsung membuka pintu. Tampaknya ia sedikit terkejut melihat kedatanganku.

"Kok tau gue dateng? Udah kecium baunya ya?" Godanya. Aku berdecih pelan.

"Ada urusan apa lo kesini?" Tanyaku dingin.

"Gue gak di suruh masuk nih?" Tanyanya sambil celingak celinguk.

"Maaf. Hari ini gue sibuk. Gak menerima tamu--!"

"Gue yang mau beli rumah ini!" Potongnya. "Gue liat di depan pager kalo rumah ini mau di jual. Jadi bisa gak kita ngobrol bentar? Nego harga sekalian..!"

Aku diam. Dalam diam aku berpikir. Apa benar dia mau membeli rumahku ini? Atau hanya akal-akalan dia saja?

"Kenapa lo mau beli rumah gue?"

"Karena lo jual!"

Huuft. Aku memutar bola mataku. Kesal dengan tingkahnya.

"Silahkan Den minumnya!!"

Suara Bi Minah membuat aku dan Ali menoleh serempak. Bi Minah meletakkan 2 gelas orange jus ke meja dan kembali ke dalam tanpa berkata apapun.

Tunggu. Kenapa Bi Minah ambilin minum segala sih?

Tiba-tiba Ali menyerobot masuk dan menuju sofa ruang tamu. Mendaratkan bokongnya di sana dan langsung meraih minumnya. Aku hanya bisa melongo menatapnya.

Ali kembali meletakkan orange jusnya yang tinggal setengah gelas. Langkah kakiku perlahan menghampirinya.

"Gak sopan banget sih lo?"

"Gak sopan gimana maksudnya? Bukannya lebih gak sopan kalo tuan rumah udah bikinin minum trus gak kita minum? Gak menghargai itu namanya!"

Aku mendengus dengan kasar. Bisa gila kalau aku selalu bertemu dengannya.

"Duduk donk. Masa gue duduk sendirian di sini. Kesannya gue kayak gak menghormati Tuan rumahnya!"

Aku dengan terpaksa duduk. Ujung sofa pilihanku. Agak jauh darinya.

"Loh kok di situ. Sini...!" Titahnya sambil menepuk sofa di sebelahnya. "Duduk sebelahan sini biar romantis. Orang nikah aja duduknya sebelahan masa kita gak?"

Mulutku seketika menganga lebar. Untung saat ini aku duduk menjauh darinya kalau tidak mungkin kepalanya yang akan jadi sasaran pukulanku.

"Gue gak suka basa basi..langsung ke intinya aja!" Kataku ketus. Ali malah tersenyum lebar menanggapinya.

"Slowly kali Prill. Ngebet banget pengen nikah sama gue!"

Haisshh....

Emosiku sudah mencapai puncaknya. Ingin sekali aku memukul kepalanya dengan hammer.

"Heh bocah. Lo kalo ngomong gak pake otak ya---!"

"Emang gak pake otak..tapi pake mulut!".

Lagi-lagi dia memotong kata-kataku. Aku langsung berdiri dari sofa dan sudah siap mengumpat. Tapi deringan telpon membuat konsentrasiku bercabang.

[SUDAH TERBIT] Dear My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang