01. CARAKA

27.4K 2.4K 57
                                    


Hampir 12 tahun Raka hidup seperti ini. Seorang diri, merasa tak ada yang mendukung setiap langkah yang ia tempuh. Entah mereka—orang tua—yang bertindak tidak adil padanya, atau Raka sendiri yang membuat dirinya pergi jauh meninggalkan mereka.

Raka hanya mengikuti kata hati, melakukan apapun yang menjadi bakatnya. Sayang mereka tak sama sekali mau tahu keinginan hati putranya ini. Mungkin mereka egois. Mungkin juga Raka yang durhaka. Entahlah, yang pasti Raka merasakan kesepian yang mendalam sekarang.

Terutama dalam saat-saat seperti ini. Manakala ia diperbolehkan pulang setelah mengembara dalam bentang langit biru bercampur awan ganas. Tatkala Raka dihadiahi senyuman atas kemampuannya menghantarkan ratusan orang kembali ke tanah yang mereka rindu, sedang tak pernah ada yang menyambut kedatangan Raka di bangunan yang sering ia sebut dengan rumah. Bertanya apakah pesawatmu telah mencumbu aspal Bandara saja tidak pernah, Apalagi pesan 'Mama merindukanmu'. itu mustahil. Kalimat itu sudah lenyap sejak keputusan yang ia ambil belasan tahun yang lalu.

Lalu apakah Raka menyesali keputusan ini? Entahlah. Raka tak pernah mendapatkan kepastian yang utuh soal ini. Selalu berbanding sama. Ia menyukai terbang. Pun ia menyayangi orang tuanya. Ia tidak bisa memilih salah satu, untuk melepas yang lain.

Raka hanya akan terus pulang dengan selamat, sekalipun tak pernah diingiinkan. Raka akan selalu pulang, hingga restu orang tuanya terlampir pada setiap kepergiannya yang sebentar. Raka akan terus pulang, untuk meluluhkan kerasnya hati Mama dan Papa.

"Raka..."

Raka memutar pandangan. Mengelilingi setiap sudut cafe, untuk menemukan pemilik suara merdu itu. Mama dan Papanya bisa jadi menentang keputusan Raka, tapi tidak dengan wanita ini. Tersenyum lebar, setiap kali ia mendarat dengan selamat. Tak sadar, Raka telah menyelipkan segaris senyum di atas bibirnya.

"Re, sudah lama??" sapa Raka ringan, mengambil duduk tepat di depan kekasih hatinya yang cantik.

"Baru juga kok." Sahut si gadis cantik dengan mata berbinar-binar. Jari jemarinya melambai di udara, meminta perhatian seorang waitress, "orange juice aja ya, Raka? Biar seger. No coffee. Kamu harus segera tidur setelah ini. Mau makan apa?"

"Terserah kamu."

"Kok terserah aku sih. Spaghetti, mau?"

Raka mengulum senyum. Mengangguk menyetujui. Membiarkan wanita ini mengatur apapun yang dia suka. Setidaknya masih ada yang memperhatikan asupan gizinya. Ini cukup untuk mengobati rasa kesepian dalam benak Raka.

Namanya Rea Anjani. Tubuhnya yang ramping tinggi, berpadu sempurna dengan wajah cantik yang tak pernah gagal membuat setiap mata pria terpesona. Kain apapun yang melekat pada tubuhnya selalu terlihat indah. Senyumnya terasa lembut mencumbu mata. Tutur katanya halus. Pembawaannya manja, sesekali keras kepala merajai.

Raka menemukannya hampir empat tahun yang lalu. Dalam sebuah pesta ulang tahun vice president maskapai tempatnya bekerja. Profesi Rea yang memang seorang model tampaknya menjadi magnet bagi setiap pasang tatap. Hampir semua rekan Raka berlomba merebut kerlingan cantik wanita ini. Dan entah bermimpi apa semalam, Raka yang beruntung mendapatkan hati Rea Anjani.

"Aku sengaja atur ulang jadwal pemotretanku hari ini supaya bisa langsung ketemu kamu tahu, Ka. Si Fia sampai marah-marah karena aku seenaknya saja minta rescedule." Wanita cantik ini mulai menggerutu. Bibir merahnya terkerucut sebal berulang-ulang, "Tapi kamu malah bilang kalau pesawatmu delay. Jahat banget."

"Maaf Re." Ujar Raka, lalu menyeruput minumannya perlahan, "Namanya cuaca, ya susah diprediksi. Kami akan jalan kalau memang sudah dapat komando yang jelas. Kalau mereka bilang tunggu, kami bisa apa?"

ALKAWhere stories live. Discover now