Sebuah gelanggang besar bernuansa putih dengan deret kursi memanjang berbentuk anak tangga penuh akan penonton sedang menenteng miniatur bendera Brusel di tangan mereka yang digoyangkan penuh semangat ke udara, diselingi teriakan menyemangati para atlet dengan penuh semangat, sambil berpaling ke arah pintu masuk gelanggang yang terbuat dari dua buah kaca tebal dengan beberapa penjaga di ujung pintu. Di tengah lapangan telah ditata apik segala pernak-pernik lomba memanah yang akan berlangsung sebenatar lagi. Namun persiapan masih belum cukup hingga beberapa orang juri, maupun staff pengawas sibuk lalu lalang disekitar tempat lomba.
Dua puluh buah papan sasaran diletakkan dalam jarak 70 meter jauhnya ke depan. Sementara di sisi kanan dan kiri, berbaris kursi-kursi bagi para atlet maupun staff yang sedang mempersiapkan perlengkapan busur dan panah mereka masing-masing.
Suara berdenging timbul dari pengeras suara di sudut atas tembok. Kamera wartawan mulai dinyalakan dan menyoroti gelanggang. Seorang pria pembawa acara masuk ke dalam gelanggang karena sebentar lagi pertandingan akan dilangsungkan setelah peresmian dari kaisar. Pintu masuk terbuka, berhamburan pengawal resmi istana yang mengenakan tanda pengenal dan pin resmi kerajaan dalam balutan jas hitam yang juga dilengkapi peralatan pengamanan. Mereka berhamburan ke masing-masing sudut gelanggang besar sambil menunggu iringan kaisar masuk ke dalam ruangan.
Beberapa menit setelahnya Algi melintas masuk, diikuti Hazal yang berjalan beriringan bersama Cambria. Suara tepuk tangan tiba-tiba pecah dan penonotn berdiri dari duduk mereka. Hazal membalas dengan melambaikan tangan pada para rakyatnya yang begitu antusias melihatnya siang itu.
Pembawa acara mulai menyalakan mik, dan kamera mulai tersambung ke stasiun televisi nasional dan menyiarkan apa yang terjadi di tempat itu. Suara tepuk tangan masih tak berhenti, sampai pembawa acara mulai mencoba mengalihkan perhatian para penonton.
"Dengan segela hormat, kami ucapkan selamat datang pada King Hazal dan Ratu Cambria, yang akan membuka lomba memanah tingkat nasional ini secara resmi" suara tepuk tangan menggema lagi, lalu perlahan mereda dan para penonton duduk kembali di kursi mereka masing-masing.
Hazal berjalan menuju ke tempat pembawa acara tadi berada dan berdiri di atas panggung yang tepat berada di tengah tengah arena memanah, sementara Cambria yang hari itu nampak dalam balutan pakaian sederhana sebatas menunggu di pinggir panggung sambil mengamati lelaki karismatik dengan rambut cokelat berkilau yang disisir rapi ke belakang dan mempertegas rahang kotaknya yang dihias senyum menawan dari bibirnya yang merah muda berisi.
"Hari ini turnamen memanah nasional akan dibuka secara resmi untuk seminggu ke depan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, dari turnamen ini kita akan menemukan bibit-bibit baru yang akan membawa harum nama Brusel. Negara yang tidak pernah keluar dari sepuluh besar negara peraih medali emas terbanyak dalam petandingan antar negara, dan salah satu penyumbang terbesar tentu saja adalah dari cabang memanah.
Seperti biasa, tiga nomor akan dimainkan hari ini. Tradisional, nasional dan internasional akan dilombakan dalam jarak antara 30, 50, 70, sampai 90 meter. Aku akan membuka acara ini secara resmi setelah lagu kebangsaan kita, Glory For Brusel berkumandang" musik dimainkan, para tamu yang hadir berdiri dengan khitmat sambil meletakan tangan mereka di dada penuh akan rasa bangga sambil menyanyikan bait demi bait lagu itu dalam ruangan.
Selang satu menit, musik berhenti. Tepuk tangan menggema sesaat dan pengunjung duduk kembali. Hazal melanjutkan pidato pembukanya.
"Acara akan dimulai setelah aku menancapkan anak panah ke salah satu sasaran, dan bukan hanya aku, karena ratuku yang juga pernah tergabung dalam salah satu kelompok memanah yang membanggakan Brusel juga akan melakukan tradisi yang sama. Salah satu bentuk penghargaanku padanya" Hazal berpaling dengan senyum pada Cambria, gadis itu telah mengerti isyarat yang diberikan padanya. Lomba mereka pun akan dimulai sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen
General FictionTentang ratu yang tidak pernah dicintai sang kaisar hingga ia harus menyingkirkan banyak wanita yang ingin mendekati kaisar agar bisa menjadi satu-satunya untuknya. Namun meski telah mengotori tangannya dengan banyak darah, dan intrik, tak sekalipun...