1. Gara-Gara Dare

257 19 2
                                    

"Dare!" seruku kepada dua orang yang duduk di sebelahku.

Perkenalkan namaku Serina Malik biasa dipanggil Serina. Aku anak ketiga dari 3 bersaudara. Aku mempunyai abang dan seorang kakak. Abang dan kakakku adalah saudara kembar. Mereka 2 tahun lebih tua dariku. Aku baru saja lulus dari SMP dan akan melaksanakan MPLS besok pagi. Kedua saudaraku sekarang duduk di kelas 11. Kalian pasti bertanya kenapa aku dan kedua kakakku cuma berbeda satu tingkatan, yah karena aku dulu terlalu dini untuk di sekolahkan. Ya jadi beginilah.

Sekarang aku duduk bersama kedua sahabatku di sebuah cafe. Di sebelah kiriku ada gadis berkacamata dengan rambut hitamnya yang dikucir kuda. Di sebelah kananku ada gadis berwajah western dengan rambut setengah pirang alaminya. Aku dan kedua sahabatku sedang asik bermain ToD. Ituloh permainan yang sekarang sedang hitz dikalangan anak muda jaman sekarang.

Ya begitulah kami selalu mengikuti tren masa kini. Namun masih mengikuti batasan-batasan yang wajar. Kami juga mengikuti perkembangan fashion masa kini. Walaupun begitu, kami bertiga anti dengan yang namanya baju kurang bahan. Memamerkan bentuk tubuh dan mengumbar-umbarnya secara gratis kepada para lelaki yang haus seperti itu. Meskipun kita anak modern tapi kita masih memegang teguh agama-agama yang berlaku.

Jangan menilai sesuatu dari covernya saja. Walaupun dilihat-lihat dari luar aku seperti anak yang ugal-ugal atau urakan tapi bukanya sombong atau pamer, tapi aku juga tak lupa mengerjakan kewajiban sholatku. Baiklah segini dulu perkenalannya, kita kembali ke topik sebelumnya.

"Serius lo mau dare?" tanya si kacamata atau kalian bisa memanggilnya Maura.

Aku adalah tipe orang yang ingin menguji nyali. Ingin mencoba hal-hal baru yang menantang. Memilih dare misalnya.

"Serius lah." Jawabku. Kedua sahabatku saling pandang dan saling melemparkan seringai mereka.

Sepertinya aku salah memilih dare. Aku merutuki diriku sendiri, sepertinya akan datang musibah yang besar kepadaku. Mereka manatapku dengan pandangan ingin membunuhku. Ingin ku putar waktu kembali ke sebelumnya dan aku akan memilih truth.

"Jangan aneh-aneh dare nya." Peringatku kepada mereka. Bukannya aku takut atau apalah. Aku juga orangnya memegang omonganku sendiri. Namun aku tidak yakin dengan kedua sahabatku. Mereka pasti merencanakan sesuatu yang akan membuatku malu habis-habisan. Itulah mereka.

"Kalem Ser tenang aja. Paling cuma buat lo malu aja udah cukup." Ucap si pirang dengan tawa mengejeknya. Kalau bukan temanku pasti udah aku buang dia ke antartika. Tapi aku urungkan niatku mengingat dia adalah sahabatku.

Mereka berbisik-bisik satu sama lain. Memikirkan dare yang akan mereka berikan kepadaku nanti. Disaat mereka sedang berbisik kupanjatkan do'a agar mereka tidak memberikan dare yang terlalu aneh dan sangat membuatku malu.

Setelah itu mereka berdua menatapku dengan seringaian yang ingin membunuhku. Perasaan ku sudah tak enak dengan hanya meilhat seringaian mereka. Aku bergidik ngeri dengan hal itu.

"Oke, dare dari kita adalah..." aku menatap si kacamata dengan penasaran, ia sengaja menggodaku dengan menggantungkan kalimatnya. Ingin sekali ku tabok, tapi aku masih sadar kalau dia masih sahabatku.

"Apaan?" tanyaku yang sudah penasaran.

"Lo liat ke arah pintu." Si kacamata alias Maura menunjuk pintu cafe tersebut. Refleks aku menoleh mengikuti arah yang dia tunjuk.

"Nanti kalo ada cowok yang pakai baju warna hitam masuk lewat pintu itu," Maura masih menunjuk ke arah pintu, "lo harus minta foto ke dia yah lo foto berdua lah. Terus lo upload di sosmed lo. Tapi kalo dia nolak lo harus jalan kaki ke sekolah baru kita besok." Aku membulatkan mataku sempurna.

Kemakan DareWhere stories live. Discover now