26. Tidak Bisa

9.7K 700 87
                                    

Disarankan untuk membaca ulang part 25 karena ada perubahan di bagian akhir chapter.

***

Suasana awkward terjadi di antara Latisha dan Asyra. Latisha terus memperhatikan Asyra yang tak kunjung juga menatapnya. Desahan berat lolos dari bibir merah muda Latisha.

Farrel yang duduk di hadapan Latisha mengamati tiap detik gadis itu. Hatinya teriris perih ketika mendapati Latisha memandang sedih Asyra. Ini semua karenanya. Jika dia tidak menyatakan perasaannya hari itu, mungkin tak ada kecanggungan yang terjadi di antara mereka.

Canda tawa yang mengisi kebisingan di kantin tak dapat membuat Latisha merasa tenang. Ada perasaan khawatir di dirinya ketika melihat Asyra yang selesai memakan mi ayamnya.

"Gue cabut duluan," ucap Asyra tanpa memandang Latisha. Spontan Latisha berdiri dari duduknya. Dia berlari mengejar Asyra dengan tergesa-gesa.

Garson, Raffa, dan Ara hanya memandang Latisha dan Asyra yang kian menjauh. Namun, rasa sakit singgah di hati Farrel, merasa cemburu dengan sikap perhatian Latisha.

"Asyra!" Teriakan Latisha berhasil menghentikan langkah Asyra. Tanpa membalikkan tubuhnya, Asyra menanti Latisha mengatakan sesuatu.

"Lo kenapa?" tanya Latisha dengan suara paraunya yang menahan tangis.

"Nggak apa-apa."

"Maaf. Maaf kalau gue ada salah sama lo, Syra." Latisha menunduk. Tangisnya tumpah begitu saja tak memandang tempat. Dadanya seperti diremas sehingga dia sulit bernapas. Kenangan-kenangannya bersama Asyra berputar kembali.

Asyra yang mendengar membuat dirinya dengan berat hati memandang Latisha. Ada perasaan kesal di dirinya ketika melihat Latisha yang menangis karena dirinya. Cowok itu lantas berjalan menghampiri Latisha yang menunduk. Dia memegang puncak kepala Latisha sehingga gadis cantik di hadapannya mendongak dengan matanya yang memerah.

Asyra tersenyum tipis. Perasaan ingin memilikinya mencuat kembali. Namun, ketika terbayang wajah Farrel, cowok itu menepis perasaannya itu. Asyra melangkah mendekat ke Latisha yang menunduk. Dia memperhatikan bahu kecil Latisha yang bergetar. Jemari Asyra memegang puncak kepala Latisha.

Latisha mendongak. Dia dapat melihat sorot mata teduh Asyra. Air matanya mengalir lebih kencang dari sebelumnya.

"Jangan nangis," pinta Asyra dengan lembut.

"Kenapa lo jauhin gue?" Asyra mendesah berat mendengar pertanyaan Latisha.

"Karena gue sayang lo, Tish." Latisha tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Dadanya terasa sesak menerima pernyataan cinta kedua. Namun, entah kenapa yang kali ini berhasil membuat perasaannya lega.

"Gu-Gue juga, Syra."

"Makasih lo udah sayang sama gue. Tapi, maaf, gue nggak bisa lanjutin perasaan ini." Mata Latisha membulat setelah Asyra mengucapkan untaian kata yang disusun sedemikian mungkin. Dada Latisha seketika merasa sesak.

"Kenapa?" Latisha menatap Asyra dengan matanya yang memancarkan kepedihan. Dia menanti cowok tampan di hadapannya, menuntut penjelasan.

"Karena bukan gue yang terbaik buat lo, Tish. Tapi, Farrel." Latisha terdiam. Diaa tak bersuara sedikit pun. Pikirannya kacau. Latisha menghapus jejak air matanya. Ukiran seperti bulan sabit dia paksakan untuk melukis wajah ayunya. Dia menatap Asyra seolah tak peduli dengan rasa sesak yang ada.

"Nggak ada yang tahu siapa yang terbaik buat gue, Syra. Makasih lo udah pernah ngisi hati gue. Kalau itu keputusan lo, gue cuman bisa menerima dan mengikhlaskannya." Latisha berlalu meninggalkan Asyra yang mematung setelah mendengarkan perkataan Latisha. Dia tak sedikit pun bergerak dari tempatnya berdiri karena perkataan Latisha berhasil menohok hatinya.

***

Suara dentuman musik memenuhi salah satu club malam yang terkenal di kawasan Jakarta Selatan. Lampu-lampu berwarna berputar di pusat lantai dansa. Aroma alkohol memenuhi tiap ruang di tempat itu. Tidak lupa, asap rokok bertebaran di udara.

Seseorang dengan angkuh duduk di atas sofa hitam yang tampak elegan. Sesekali dia mengembuskan asap rokoknya.

"Besok kita mau ngapain lagi?" Sosok itu melepaskan sebatang rokok yang terselip di bibirnya. Dia lantas meletakkannya di asbak. Senyum tipis, tetapi nampak mengerikan, terbit di wajahnya.

"Nyakitin dia."

"Kita udah nyakitin dia."

"Belom. Belom klimaksnya. Gue mau buat dia semakin menderita."

Kedua orang itu tertawa layaknya telah mendapatkan kemenangan. Kemudian mereka menyusun rencana-rencana mengerikan yang akan merenggut kebahagiaan seseorang. Orang itu adalah ...

Latisha Fredella.

***
Sorry lama update. Diusahakan ya aku update cepet doain aja wattpad ga eror lagi:( btw follow ya moanaart itu second account aku khusus untuk graphic. Buat kalian yang mau pesen cover bisa disitu tapi nanti wkwk

Sekali lagi maaf karena lama update:")

Behind The Smile [NEW VERSION]Where stories live. Discover now