5. Karena Perkelahian

2.8K 462 35
                                    

Seperti biasa, pagi-pagi sekali Jihoon sudah datang ke sekolah. Ia berjalan menyusuri koridor yang masih sepi ini sendirian. Ia suka sendiri, karena sendiri ia dapat ketenangan.

Ia merogoh saku jaketnya mengambil kunci ruang klub vokal. Seperti biasa, ia menaruh semua barangnya di atas kursinya.

Melangkah ke arah piano itu dan duduk dikursi. Memainkan jemari lentiknya diatas tuts hitam dan putih itu. Hanya jarinya yang bermain, mulutnya diam. Meresapi nada-nada indah yang ia mainkan, sampai–

"Wah, kau keren, hyung." Puji Seokmin.

Yang dipuji menoleh ke arah sumber suara dan mendapati sang adik kelas yang sedang tersenyum lebar. Ia memutar bola matanya malas.

"Tidak salah kau jadi ketua." Ucapnya lagi dan kembali dihiraukan oleh si mungil.

Baru menekan satu tuts, Seokmin kembali bersuara, "Hyung, ini proposal yang kemarin kau tugaskan padaku." Ujarnya sambil memegang kumpulan kertas tersebut.

Kali ini omongan si pria kelebihan kadar bahagia itu sukses membuat atensi Jihoon berpindah pada pria jangkung itu, "Apa katanya ?" Tanyanya dengan nada tidak bersahabat.

"Lebih bagus kalo klub kita ikut, jadi mereka setuju."

Jihoon menganggukkan kepalanya, "Bagus, gomawo." Senyum itu merekah sempurna, tapi setelah kau berkedip, hilang senyumnya.

Baru saja Jihoon mau menekan satu tuts untuk yang kedua kalinya, Seokmin kembali bersuara, "Hyung, kau dekat dengan Soonyoung sunbae ?"

Merasa nama sahabatnya disebutkan, mendongak dan menatap datar lelaki yang kini sudah ada disebelahnya, "Kenapa kau bertanya soal dia ?"

"Tak apa. Kebetulan tadi aku berpapasan dengannya." Jawab laki-laki itu sambil memasukkan tangannya ke saku jasnya.

Jihoon mendengus kasar, "Kalau kau sudah tidak ada urusan disini, lebih baik kau keluar."

"Aku mengganggumu, hyung ?"

Sangat mengganggu.

Jihoon tidak membalas pertanyaan itu dan malah sibuk berdiri dari bangkunya dan mengambil tasnya. Mood-nya bermain piano sudah hancur.

Ia menggendong tas merahnya dan menjinjing jaketnya lalu keluar dari ruangan itu meninggalkan Seokmin yang tersenyum senang.

Baru saja berjalan satu langkah, ia ditabrak oleh seseorang. Itu Wonwoo.

Tidak sakit, harusnya aku terjatuh sekarang.

Namja yang lebih tinggi itu dengan sigap menahan si ketua sebelum bokongnya mendarat dengan manis dan mencicipi dinginnya lantai koridor. Tapi, Wonwoo yang tersungkur.

"Hyung, kau tak apa ?" Tanyanya khawatir. Ia memegang pundak namja manis itu.

Jihoon dengan sigap langsung berdiri dan membuat pegangan itu terlepas dari pundaknya, "Gwaenchana." Gumamnya sambil merapikan seragamnya.

Kini namja manis itu sudah siap dengan matanya yang tajam, berdiri dengan angkuhnya menatap si penabrak yang sedang merapikan seragamnya.

"Ada apa kau berlari seperti orang gila di pagi buta seperti ini ?" Sentaknya.

Wonwoo masih berusaha mengatur napasnya, "Bentar, tarik napas dulu." Pintanya sambil memegang dadanya.

"Soonyoung, Ji!" Teriaknya.

Jihoon menjauhkan sedikit telinganya dari sahabatnya karena ia teriak terlalu kencang, "Wae ?" Tanyanya tidak minat.

"Ia berkelahi di kantin."

Love Blossom | SoonHoonWhere stories live. Discover now