BAB 8 - Midnight Attack

18.9K 2.3K 91
                                    

Aku takut.

"Ada apa manis? Kau sebegitu takutnya padaku?'' kedua iris abu-abu itu menatapku dingin dengan senyuman menakutkannya. Tangannya menghapus air mataku dengan sekali gerakan.

Dia menatapku lekat-lekat sambil membelai pipiku perlahan, ''Kau sangat menyedihkan. Gadis malang.''

Ada apa dengannya? Kenapa Alvis sangat berbeda dari biasanya? Apa dia benar-benar Alvis yang kukenal?

"Kenapa mereka sangat terobsesi dengan gadis lemah seperti ini sih?''

Aku bisa mendengar suara pikirannya, tapi tak bisa bergerak. Tatapannya mengunciku, seperti sebuah hipnotis yang memaksaku untuk terus menatapnya.

Bibirku bergerak untuk melafalkan namanya. "Al ... vis ...''

Mendengar panggilanku, wajahnya berubah seketika. Berubah menjadi semakin dingin, juga semakin menakutkan.

Cengkraman tangannya yang sebelumnya mengendur kini kembali mengerat dileherku.

"Ukh...'' pandanganku buram karena air mataku serta tenggorokanku yang terkecat. Walau begitu, tetap saja ...

Tetap saja aku menatap wajahnya, dengan seribu jarum yang terasa menusukku tepat dijantung. Sakit di leherku yang tercekik tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dadaku yang seperti ditusuk, diiris dan dihantam secara bersamaan. Bahkan mungkin tak ada kata-kata yang saat mewakilkannya saat ini.

Brak!

"Carina!'' Rio menatapku dengan wajah terkejut serta cemas. Dia tak bergerak dari tempatnya semula, melainkan mengepalkan kedua tangannya seraya menatap nyalang Alvis yang berada dibelakangku. Posisi tubuhnya seakan-akan bersiap menyerang lawan dihadapannya.

"Jangan macam-macam. Kau tahu aku kan? Aku tak akan segan-segan melukainya.'' kata Alvis dengan dinginnya, bisa kurasakan hingga ketulang rusukku.

"Lepaskan dia.'' gigi Rio bergemelutuk, matanya tak lepas dari Alvis.

Duk!

Seseorang menendang Alvis membuatnya melepaskan cengkramannya dariku. Sesaat kemudian kurasakan seseorang menangkap tubuhku yang limbung, dan ketika itu pula aku sadar bahwa aku tak berada dikamarku lagi.

Ini teleportasi!

Dengan perasaan ngeri aku menoleh ke arah wajah orang yang memelukku.

"Uhuk! Al ... vis ...'' suaraku parau, tenggorokkanku sangat sakit, bahkan hanya untuk sekedar berbicara. Mataku menatapnya dengan penuh ketakutan, membuatku tanpa sadar beringsut mundur.

Alvis terkejut, membuat dirinya langsung menangkap kedua bahuku. "Jangan takut. Ini aku, Alvis.''

Ada yang berbeda dari dirinya saat mencengkeram leherku sebelumnya. Tak ada senyuman dingin dan menakutkan disana. Tak ada tatapan menakutkan, tak ada aura mengancam, dan juga tak ada perlakuan kasar.

Tidak.

Mereka adalah dua orang yang berbeda.

Aku yakin itu.

"Kau baik-baik saja? Maafkan aku. Aku terlambat.'' wajahnya pias, dia terlihat sangat khawatir.

"Alvis.'' suara serakku bergetar. Aku mencengkeram lengan bajunya dengan gemetar, air mataku kembali berurai.

Alvis langsung menarik kedua bahuku dan memelukku erat. Hangat. Tenang. Lega. Itulah yang kurasakan.

"Kukira itu kau. Kukira kau ingin membunuhku. Kukira kau berubah membenciku. Kukira kebaikanmu selama ini palsu. Kukira perlakuanmu padaku selama ini pura-pura.'' bisikku sambil terisak. Suaraku mulai hilang akibat cengkraman orang itu dileherku. Orang yang sebelumnya kukira adalah Alvis.

HOLDER : Descendants of The Witch (END)Where stories live. Discover now