BAB 20

5.2K 421 76
                                    

"Sasuke-kun.."

Panggil Hinata lirih.

"Ada apa?" balas pemuda itu datar. "Umm... akhir-akhir ini aku merasakan sikap Sasuke-kun berbeda?" lanjut gadis itu malu-malu.

"Hm."

Sasuke tak menjawabnya, malah memberinya air yang Sasuke ambil langsung dari sumber air di tempat itu dengan kedua tangannya.

"Di bawah sana tadi panas, jadi minumlah...." pemuda itu mengalihkan pembicaraan.

Hinata menyibakan rambut indigo-nya, membuat senyuman tipis terangkat dari bibir Sasuke.

Hinata terlihat begitu manis.

"Humm." Hinatapun kemudian meminumnya.

Tanpa lanjut membahas masalah perbedaan sikap Sasuke tadi. Mereka pun melanjutkan pencarian, menaiki tangga-tangga yang jumlahnya banyak tempat itu, memasuki ruangan gelap, melompat-lompat di tiang raksasa.

"Aku merasa agak dingin." ucap Hinata tiba-tiba sembari memeluk tubuhnya.

Sasuke melirik gadis itu sekilas, membuat wajah Hinata bersemu merah.

"Itu karena pakaianmu seperti itu." ucap balas Sasuke datar seperti biasa.

Sontak manik indigo itu membola, "Ta-tapi kan... ini seragam misiku!" lanjut Hinata malu.

Sasuke kembali tersenyum tipis, "Tapi kalau dinginnya cuma segini, tak apa kan. Apa kau mau kupinjamkan jubahku yang lusuh ini?" balas Sasuke.

Hinata terdiam, namun kemudian ia tertawa kecil. Sejak kapan seorang Uchiha Sasuke peduli? Ah sejak lama. Hanya Hinata tak mengetahuinya saja.

Membuat alis Sasuke menaut, "Kenapa?" tanya pemuda itu.

"Ah, bukan apa-apa." balas Hinata masih terkekeh. Sementara Sasuke hanya menghembuskan nafas kesal.

"Hm. Baiklah kau masih merasa dingin tidak? Jika tidak aku akan meminjamkan jubahku." ucap Sasuke.

Mendengarnya wajah Hinata memerah, Gadis itu menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa, Sasuke-kun." balasnya lirih.

Sudut bibir Sasuke kembali terangakat. Hinata selalu membuat dunianya serasa lebih indah. Ya, lebih indah dan penuh warna. Eaaa...

Tanpa mereka sadari, perasaan hangat itu mulai tumbuh diantara mereka. Sebuah ikatan dari benang merah yang mengikat keduanya. Apakah ini sebuah takdir? Semoga saja.

Bersama dengan Hinata, Sasuke merasa tenang. Begitu pula sebaliknya. Hinata juga merasakan hal yang sama. Lambat laun luka yang dibuat Naruto tertutup dengan adanya kehadiran Sasuke dalam hidupnya. Sebenarnya semenjak mereka menjalankan misi bersama beberapa bulan lalu, mereka sudah memiliki ikatan yang kuat diantara keduanya. Semoga saja Kami-sama memberikan kebahagiaanya untuk Sasuke dan Hinata.

***

Terlihat langit sudah berubah gelap, di malam hari ini, Sasuke dan Hinata memutuskan untuk mengisi perut kosong mereka dengan membuat Ramen instan di salah satu bangunan tua yang ada di kota.

"Naruto-kun menyukai ini." gadis bersurai indigo itu bergumam lirih. Mata Amethyst-nya sedikit meredup. Dan Sasuke tahu itu.

Dahi Sasuke mengernyerit, "Apakah kau masih memikirkannya?" tanya Sasuke menghentikan kegiatan makannya.

Hinata melirik Sasuke sekilas, "Anoo, tidak... hanya saja ---" balas gadis itu bingung.

Sasuke menghembuskan nafas panjang, meletakkan mangkuk ramennya. Nafsu makannya hilang seketika.

"Hinata," panggil nya membuat gadis bermata bulan itu menatapnya ragu.

Sasuke menatap lurus kearah ramen instannya dengan pandangan kosong, "Waktu itu aku memukanmu sedang menangis diatas makan Neji dan kau hendak mengakhiri hidupmu, entah apa yang membuatku menghalangi niat burukmu itu aku tak tahu. Tapi yang aku tahu kau berbuat seperti itu hanya karena Naruto si Baka itu, kan?" terang pemuda itu panjang lebar.

Sementara Hinata menatap sasuke dengan tatapan tak percaya. Amethyst-nya melebar. Pemuda itu bercerita kepada dirinya? Apa Hinata tak salah dengar?

"Namun, saat aku hendak membawamu pulang. Tenori muncul, dan menyerangku. Bersyukur aku bisa menanganinya walau dengan satu tangan." lanjut pemuda itu.

Sementara Hinata masih tak bergeming dan masih mendengarkan penjelasan Sasuke.

Kemudian Sasuke menatap gadis di hadapannya itu dalam, dari sorot matanya Hinata merasakan ada sorot harap dan sedikit kecemasan.

"Hinata!" panggil Sasuke menoleh kearah gadis itu. Membuat Hinata mendongkakan wajahnya menatap Sasuke dengan ragu-gau.

Sasuke memejamkan matanya, mencoba mengingat kejadian bebeberapa tahun yang lalu itu,

"Waktu itu, aku melihatmu dibully. Ada tiga anak nakal yang mengataimu dengan sebutan monster byakugan. Saat itu aku ingin menolongmu, tapi saat aku ingin bertindak, Naruto lebih dulu menolongmu. Aku hanya diam, membiarkannya dipukuli tanpa membantunya. Aku merasa sedikit menyesal waktu itu. Mungkin itu aku menyesel karena sejak kejadian itu Naruto yang menjadi cinta pertamamu." lagi-lagi pemuda Uchiha itu berbicara panjang lebar.

Hinata kembali terpaku. Sasuke menyesal karena membiarkan Naruto yang jadi cinta pertamanya? Kenapa? Hinata tak tahu apa yang tengah dipikirkan pemuda di hadapannya ini. Hinata sebenarnya ingin berkomentar tapi entah kenapa Hinata rasa saat ini dirinya hanya butuh diam. Mendengarkan seorang Uchiha Sasuke bercerita.

"Hinata aku sebenarnya ragu untuk mengatakan ini. Jujur aku bukanlah seorang pria yang pandai mengutarakan kata-kata. Aku hanya menyampaikan apa yang aku rasakan saat ini. Aku ---" Sasuke menghentikan kalimatnya. Membuat Hinata sedikit menautkan alisnya.

"Aku merasa senang bersamamu, Aku juga merasa nyaman dan tenang saat kau disiku. Aku tidak tahu apa sebenarnya perasaan ini. Tapi aku rasa aku tertarik padamu." lanjutnya dengan sebuah senyuman tulus kini benar-benar terukir diwajah tampannya.

Hinata semakin tertegun mendengar penyataan yang Sasuke nyatakan. Mata lavender-nya kembali membulat sempurna. Perasaan hangat menjalar dalam diri gadis itu. Wajah gadis itu sudah semerah tomat tentunya sekarang. Gugup. Hanya itu yang bisa lakukan sekarang.

"Anoo ...."

"Anoo... ettoo ...." balas gadis itu gugup.

Mendengar Sasuke berkata demikian benar-benar membuat Hinata merasa sungguh bahagia. Hatinya menghangat.

Gugup. Namun Hinata mencoba untuk tetap tersenyum tulus.

Tak lama kemudian Sasuke mendekat kearah Hinata. Tangannya terulur menyentuh pipi gembil gadis itu. Membuat wajah gadis itu seperti kepiting rebus sekarang.

"Ano, etoo, anoo... Sasuke-kun ...." panggilnya lirih.

Namun Sasuke malah semakin menatapnya dalam. Semakin mendekat dan menghapus jarak diantara keduanya. Untuk pertamakalinya kedua bola mata berwarna amethyst itu membuatnya terpukau. Hinata memejamkan matanya ketika menyadari onyx Sasuke seolah menatapnya intens. Hinata menahan nafas.

***Bersambung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***
Bersambung

BAB 20 © 30 Mei 2016

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 06, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

STORY 2 : The Last •Sasuhina• [✔]Where stories live. Discover now